"Ran, bawakan makan malam dan susu cokelat buat Hadi!" perintah Mama Rosa."Baik, Nya." Mbak Rani bergegas menuju dapur untuk mengambilkan makan malam.
Mama Rosa kini sibuk mengompres muka Hadi yang lebam. Tidak henti-henti wanita berambut pendek sebahu itu menasihati Hadi. Hadi hanya mendengarkan nasihat Mama Rosa sembari mengangguk ringan. Sesekali ia meringis menahan sakit.
"Hadi, ini adalah yang terakhir kalinya. Besok-besok mama nggak mau kamu pulang dengan keadaan begini apa pun alasannya," kata Mama Rosa serius.
"Iya, Macan …."
"Ha? Apa, macan?!" Mama Rosa kaget ketika dijuluki macan oleh anaknya.
"Idih, mama galak benar, dah. Macan itu akronim dari Mama Cantik."
Mama Rosa mendeoh. "Ah, anak mama yang paling ganteng ini, bisa saja gombalin mama."
"Ini makan malamnya, Nya." Mbak Rani datang membawa sepiring nasi dan segelas susu cokelat. Ia meletakkan di atas meja kecil di dekat sofa. Sejurus kemudian dia kembali lagi ke dapur untuk mencuci piring.
"Sekarang kamu makan dulu ya, biar mama yang suapin."
Hadi tidak menolak ketika Mama Rosa menyuapkan sesendok nasi kepadanya. Biasanya ia akan menolak karena terkadang baginya, Mama Rosa bersikap berlebihan dan suka memperlakukannya seperti anak kecil. Meskipun tidak setiap hari Mama Rosa bersikap begitu karena beliau juga punya banyak tuntutan kerja. Malam itu, disuapi oleh Mamanya, Hadi makan dengan lahap. Dengan telaten Mama Rosa menyuapi Hadi hingga suapan terakhir.
"Ma," panggil Hadi di tengah-tengah ia menyantap makan malamnya.
"Ya, Darling?" Mama Rosa menghentikan suapannya. Kini netranya fokus menatap anak lelaki satu-satunya itu.
"Hadi senang banget, Ma."
"Senang kenapa?"
"Senang karena babak belur."
"Hus, kalau ngomong suka ngawur!" sentak Mama Rosa.
"Hadi serius, Ma," kata Hadi, "kapan lagi coba mama seperhatian ini ke Hadi? Andai tadi Hadi nggak babak belur, pasti sudah kena omel kerena pulang telat. Maafkan Hadi ya, Ma. Hadi lupa kalau hari ini ada jadwal ekstrakurikuler taekwondo. Jadi pulangnya telat, deh. Mama nggak perlu khawatirkan Hadi lagi. Hadi bisa jaga diri."
Mama Rosa mengusap lembut rambut Hadi. Matanya berkaca-kaca. Ada haru campur perasaan bersalah di dadanya. "Maafkan Mama ya, Nak. Mama sering nggak punya waktu untuk memperhatikanmu."
"Nggak masalah, Ma." Hadi menggeleng pelan. Lalu mengambil alih piring itu dari tangan Mama Rosa. "Mama pasti lapar juga, kan? Sekarang gantian Hadi yang suapin mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
Teen FictionKamu itu cantik! Nggak perlu muluk-muluk untuk jadi cantik karena cantik nggak cuma soal fisik. Cerita ini diikutsertakan dalam kompetisi Writing Project yang diselenggarakan oleh @RdiamondPublisher #WPRD2TimHipHop #WritingProjectDiamond #RDiamondP...