Wulan tertatih-tatih melangkahkan kaki menuju kelas. Kakinya masih terasa sakit meski sudah dipijat oleh Mbok Minah. Ia meraba-raba dinding lorong untuk menopang tubuhnya agar dapat berjalan dengan seimbang. Pagi ini karena kakinya masih sakit, ia diantar ayah ke sekolah. Sebelumnya ayah telah menyarankan kepada Wulan untuk meminta izin tidak masuk sekolah. Namun, Wulan menolak sebab akan diadakan ulangan matematika hari ini. Lagipula, menjelang ujian semester dilaksanakan ia menjadi sangat sibuk. Jadwal les tambahan menumpuk, dan ia tidak mungkin melewatkannya begitu saja."Aduh!" seru Wulan hampir terjatuh, tapi seseorang dengan sigap membantunya menyeimbangkan diri.
Wulan mengerjap melihat Hadi berada di sampingnya.
"Hati-hati kalau jalan," ucap Hadi, tangannya masih memegang lengan Wulan-membantunya berjalan.
"Sakit tahu!" gerutu Wulan.
"Memangnya kenapa, sih kakimu?" tanya Hadi sembari mengalihkan pandangannya ke kaki Wulan.
Wulan mengiba, "Keseleo."
Hadi bertanya dengan nada terkejut, "Kok bisa?"
"Kemarin, tuh aku belajar jalan pakai sepatu ber-hak, terus jatuh."
Hadi menggeleng heran. "Wulan, jelas-jelas kamu nggak terbiasa pakai gituan. Terus kemarin ngapain sih, latihan jalan pakai sepatu ber-hak segala?"
"Untuk kompetisi fashion show," jawab Wulan lirih.
Hadi menggeleng lagi. Ternyata sahabatnya yang satu ini benar-benar berniat mengikuti kompetisi tersebut. Hadi hanya bisa mengherani Wulan, lantas membantu gadis itu berjalan sampai ke kelas. Setibanya di kelas, Hadi menanyakan lagi perihal kompetisi yang sampai-sampai membuat Wulan celaka.
"Kamu serius mau ikutan kompetisi itu?" tanya Hadi penasaran. "Ambis banget, sih sampai mencelakakan diri sendiri."
"Sebenarnya, bukan aku ... tapi, Ema. Dia pengin aku ikutan kompetisi ini. Katanya, aku harus berubah ... tapi, aku nggak terlalu keberatan juga, sih. Aku juga nggak mau dirundung terus sama Susi gara-gara aku jelek," jelas Wulan yang tanpa sadar menyebut Susi sebagai alasannya mengikuti kemauan Ema.
"Dirundung? Sama Susi?" Hadi kaget bukan kepalang karena tak pernah tahu perihal perundungan yang dilakukan Susi kepada Wulan. "Susi anak IPS 5 itu? Selingkuhannya Kevin 'kan?" tanya Hadi memastikan.
Ups! Wulan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia baru sadar telah menyebut nama Susi dalam kalimatnya tadi. Kini ia bingung bagaimana menjelaskannya kepada Hadi. Sementara itu, Hadi terus mendesak agar Wulan mengatakan yang sebenarnya. Beribu pertanyaan keluar dari mulut Hadi, membuat Wulan tidak berkutik. Sehingga jalan satu-satunya hanyalah jujur. Terpaksa ia utarakan semuanya kepada Hadi.
"Kenapa kamu sembunyikan semua itu dari aku?" tanya Hadi. Wajahnya memerah lantaran menahan amarah. Tangannya terkepal-geram.
"Hm ... eee ... aku ...," Wulan terbata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
Teen FictionKamu itu cantik! Nggak perlu muluk-muluk untuk jadi cantik karena cantik nggak cuma soal fisik. Cerita ini diikutsertakan dalam kompetisi Writing Project yang diselenggarakan oleh @RdiamondPublisher #WPRD2TimHipHop #WritingProjectDiamond #RDiamondP...