Kado Misteri

37 35 8
                                    

Sore itu, Hadi membantu Ema mengangkat barang-barang Ema dan memasukkannya ke mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, Hadi membantu Ema mengangkat barang-barang Ema dan memasukkannya ke mobil. Hari ini Ema benar-benar akan pindah. Sejak tadi Ema secara sembunyi-sembunyi mengusap air matanya yang hanya menitik di sudut mata. Sungguh menahan tangis sangatlah menyesakkan.

"Jangan sedih, kita masih di bumi yang sama." Hadi mengacak rambut Ema sembari cengengesan.

Ema memukul pelan lengan Hadi, lantas memeluknya erat sekali. Ia tidak lagi bisa menyembunyikan kesedihannya. Ema terisak dalam dekapan hangat yang Hadi ciptakan.

Setelah semua beres, mobil produksi negeri matahari terbit itu meluncur ke jalanan menuju lokasi tempat tinggal baru Ema. Di sepanjang perjalanan, Ema menatap kosong ke luar jendela. Hadi masih setia menyetir, sesekali melirik spion dalam yang memantulkan wajah kusut gadis itu. Hadi berceloteh macam-macam di sepanjang perjalanan. Mengajak Ema bicara banyak hal agar gadis itu lagi murung. Tak jarang obrolan mereka di iringi canda tawa ria Hadi. Mira hanya menggelengkan kepala mengawasi sejoli ini.

Mobil merapat di pinggir jalan sebuah rumah bergerbang hitam. Hadi bersama Ema dan Mira turun dari mobil. Hadi dengan cekatan menurunkan koper dari bagasi mobil ketika pria paruh baya berseragam satpam membukakan gerbang. Di bantu Ema dan Pak satpam, pekerjaan mengangkut barang selesai seketika.

🌙🌙🌙

Sore itu di tempat yang berbeda, Wulan terengah-engah setelah mengayuh sepedanya jauh dari rumah menuju sebuah toko jam tangan. Rasa lelah Wulan terobati seketika kala melihat di salah satu etalase terpajang beberapa puluh deretan jam tangan. Pada etalase tersebut terpampang sebuah kertas bertuliskan "DISKON 20%". Wulan mendekati etalase itu. Matanya berbinar menatap deretan jam tangan yang tak kalah keren dari jam tangan di etalase lain yang tak bertuliskan kata diskon.

Jam tangan di etalase itu memiliki model yang berbeda-beda. Setelah beberapa kali menimbang-nimbang pilihan yang cocok, Wulan segera menjatuhkan pilihannya kepada sebuah jam tangan berwarna biru gelap. Jam tangan itu tampak indah di mata Wulan. Setelah yakin dengan pilihannya, segera ia bawa jam tangan itu ke kasir untuk di bayar.

Tidak jauh dari meja kasir, seorang gadis bersama kekasihnya sedang memilih beberapa jam tangan yang cocok dengan warna kulit gadis itu. Air muka mereka tampak berseri. Senang bukan main gadis itu dibelikan jam tangan baru oleh kekasihnya.

Eh, itu Wulan 'kan? Tanpa sengaja gadis itu melirik ke arah Wulan. Tatapannya berubah tajam, ia perhatikan benar aktivitas gadis culun itu. Selang beberapa menit, Wulan beranjak, buyar pandangan gadis itu karena sang kekasih menepuk pundaknya.

Wulan melangkah keluar toko dengan gembira. Plastik putih berisi jam tangan yang baru saja ia beli, ia taruh di dalam keranjang sepedanya. Sebelum pulang, ia mampir ke toko buku untuk membeli lem dan kertas kado.

Wulan tiba di rumah dengan membawa barang belanjaannya. Ia segera menuju ke kamar lalu sibuk membungkus kotak kecil berisikan jam tangan tadi menggunakan kertas kado. Sudah hampir empat kali Wulan mengubah gaya dekorasi kadonya. Sudah menghabiskan banyak kertas untuk menulis kalimat-kalimat manis yang akan ia sematkan dalam kado tersebut. Bahkan setelah semuanya selesai, tiada lagi lem yang tersisa. Semuanya habis terpakai dan sisanya terbuang sia-sia karena kesalahan teknis dalam mendekorasi.

"Akhirnya, jadi juga!" seru Wulan riang. Tak jemu ia pandangi kotak yang telah berbalut kertas kado itu. Hatinya tak sabar menunggu hari esok yang begitu mendebarkan.

Keesokan harinya saat sekolah masih sepi-hanya beberapa murid yang terlihat berlalu-lalang dan tukang kebun yang sibuk menyapu halaman sekolah, Wulan mengendap menuju loker kelas XI IPS 3. Wulan waspada mengawasi situasi sekitar. Setelah di rasa aman, ia menjamah loker sang ketua basket lalu menyelundupkan sebuah kotak kecil yang berbalut kertas kado.

Selamat ulang tahun, Kevin. Semoga kamu suka! Wulan bergegas meninggalkan tempat itu sebelum aksinya diketahui orang lain.

🌙🌙🌙

"Hadi," panggil Wulan ketika pria itu baru saja duduk di kursinya.

Hadi berdeham.

"Nih!" Wulan menyerahkan sebuah kotak bekal berwarna ungu.

"Buatku?" tanya Hadi tak percaya yang kemudian dibalas anggukan dari Wulan.

Spontan Hadi buka tutup kotak bekal itu dan mendapati nasi goreng kesukaannya. Mata bundarnya terbelalak senang. Ia segera menyendok nasi goreng itu dan menyantapnya dengan lahap.

"Dalam rangka apa, nih?" tanya Hadi dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.

"Bukan apa-apa, sih. Aku lagi senang saja," jawab Wulan.

"Senang kenapa?" Hadi mengangkat sebelah alisnya, bingung.

"Mau tahu?" Wulan menggoda.

"Iya, cepat katakan ada apa!"

"Hari ini Kevin ulang tahun!"

Hadi menatap Wulan tak percaya. "Hanya itu?"

Wulan menggeleng. "Aku berhasil menyelundupkan kado di lokernya. Aaaa ..., pasti Kevin suka!" Wulan girang mengatakannya.

Hadi mengunyah pelan nasi goreng yang sedang ia makan. Selalu saja Kevin!

🌙🌙🌙

Suasana kantin siang itu sangat ramai. Riuh rendah suara siswa yang asyik dengan obrolannya terdengar. Bangku-bangku di kantin sudah kosong, tapi beberapa siswa terpaksa menyingkir ketika Kevin, Susi, Rena, dan Andi datang meminta tempat duduk mereka.

"Sayang, mau makan apa?" tanya Susi pada Kevin.

"Aku mau mi Aceh, deh."

"Kalian?" tanya Susi kepada Rena dan Andi yang spontan saling toleh.

"Apa saja, deh." Rena menjawab asal.

"Aku jus melon saja," putus Andi.

Sambil menunggu pesanan, dua sejoli itu mengobrol kesana-kemari. Membahas liburan pekan ini dan banyak hal lain. Rencananya, akhir pekan nanti mereka akan liburan ke pantai sekaligus merayakan ulang tahun Kevin. Usulan itu disambut baik oleh Kevin.

"Eh, jam tangan kamu baru?" tanya Susi masih dengan lekat menatap jam tangan berwarna biru gelap yang melingkar di pergelangan tangan kekasihnya.

"Oh, iya, thank you, baby!" Kevin mencubit pipi Susi dengan gemas.

Susi yang langsung mengerti akar kejanggalannya segera menyergah, "Thanks buat apa? Ini bukan dari aku!"

Kevin terkejut mendengar pengakuan Susi. "Lalu, ini dari siapa? Aku dapat ini di loker. Kupikir kamu yang sengaja ngasih kado misteri buat aku, Sayang."

Melihat percekcokan Susi dan Kevin, Rena turut mengamati jam tangan tersebut. Jam tangan itu tidak asing baginya. Tidak butuh waktu lama untuk menyimpulkan bahwa jam tangan itu adalah jam tangan murahan yang Wulan beli di toko yang sama, kemarin sore.

"Nggak salah lagi, ini dari Wulan!" seru Rena di tengah keributan mereka. "Kemarin, aku lihat dia beli jam tangan ini."

Susi melirik Rena sekejap. Sikap posesifnya kumat seketika. "Lepas jam tangan itu!" suruh Susi pada Kevin.

Kevin menurut.

Kevin menurut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang