Guys, akhir-akhir ini aku sibuk kan maeenn.
Maaf untuk cerita yang tidak menarik. Mari, pasang earphone-mu lalu dengarkan lagu Runtuh dari Feby Putri dan Fiersa Besari."Tak perlu menangis. Jadilah gadis yang kuat. Beberapa orang boleh mendefinisikan cantik sebagaimana yang telah mereka tetapkan dalam standardisasi kecantikan. Tapi jangan jadikan itu sebagai tolak ukur bagimu untuk mencintai dirimu sendiri.
"Nak, di luar sana ada banyak orang yang perlahan melemah oleh kecantikan yang mereka miliki. Ada banyak orang yang mati dibunuh kecantikannya sendiri. Bunda tak pernah bosan mengingatkanmu untuk mencintai dirimu sendiri dengan tetap berproses menjadi lebih baik," lanjut bunda.
"Bun, apakah gadis jelek seperti Wulan pantas jatuh cinta dan dicintai?" tanya Wulan yang kini erat memeluk wanita terhebatnya itu.
"Cinta diciptakan tidak hanya untuk dimiliki oleh mereka yang cantik saja, atau yang kaya, dan punya kuasa. Cinta diciptakan untuk dua insan yang saling mengerti dan percaya. Semua orang yang mampu menjaga komitmen dan menghargai perasaan pantas mencintai dan dicintai." Bunda tersenyum. Ia elus lembut rambut putri bungsunya itu.
"Bunda, salahkan jika Wulan terlalu mencintai seseorang?" tanya Wulan lagi.
"Tidak, jika kamu juga mendapatkan respons yang sama darinya. Kesalahan terbesar mencintai adalah terlalu buta dengan ego dan perasaan sendiri. Padahal kita selaku yang mencintai sadar bahwa yang kita cintai tidak pernah mengakui dan menerima keberadaan kita. Cinta yang seperti itu tidak patut dipertahankan, Nak."
"Tapi ...,"
Bunda menyela, "Tidak ada kata 'tapi' ketika perasaan kita tidak dihargai sama sekali. Dunia menampung banyak cinta yang baik hati, lantas mengapa kita tetap mempertahankan cinta yang busuk? Jangan menghancurkan banyak hal demi sesuatu yang tidak berharga."
Jelas sudah kalau bunda tidak setuju dengan kondisinya saat ini-mencintai pria yang tidak menghargai perasaannya-tapi bagaimana mungkin Wulan melepaskan perasaannya begitu saja? Itu perkara yang sulit bagi Wulan, tapi bunda sudah memberikan peringatan keras kepadanya. Terlebih kalimat terakhir yang beliau ucapkan bak tekanan yang membuat Wulan harus melepaskan perasaannya.
Kejadian tadi siang, di sekolah, menjadi tamparan keras atas kalimat terakhir yang bunda ucapkan. Bunda ada benarnya, memang tidak seharusnya ia menyia-nyiakan perasaannya demi Kevin. Tapi bagaimana? Tidak semudah itu meluruhkan perasaannya. Dan, apakah dia mampu merelakan perasaan yang telah dibangun sejak tatapan pertama dihancurkan begitu saja? Wulan bergeming. Kalut dalam perasaannya sendiri.
"Terima kasih untuk obrolannya malam ini, Bun. Wulan merasa lebih tenang sekarang." Hanya itu yang dapat Wulan sampaikan sebelum bunda keluar dari kamarnya untuk makan malam.
"Maafkan aku yang telah menyelakakanmu, Hadi. Maaf bunda, Wulan tidak bisa meluruhkan perasaan ini begitu saja. Semoga masih ada harapan untuk menumbuhkan benih-benih cinta di hati Kevin," gumam Wulan sendirian.
🌙🌙🌙Hadi tertidur di sofa setelah lelah membaca habis komik Conan yang ia pinjam di perpustakaan. Mama Rosa tidak tega membangunkan putra tunggalnya itu sehingga ia hanya menyelimuti Hadi agar tidak kedinginan.
Malam belum terlalu larut tapi hujan di luar semakin deras. Jam dinding kuno di rumah mereka baru menunjukkan pukul 21.34. Mama Rosa kembali ke ruangan kerjanya. Menyelesaikan beberapa laporan yang harus ia setor lusa.
Belum lama setelah Mama Rosa meninggalkan Hadi, beliau mendengar suara gaduh di ruang keluarga. Suara itu khas sekali. Mama Rosa bergegas menuju ruang keluarga. Setibanya di sana ia dapati suaminya bersungut-sungut dengan suara keras. Hadi yang masih setengah mengantuk hanya menunduk menyimak nasihat papanya.
" ... mau jadi jagoan kamu?! Hadi, cukup ini yang terakhir kali. Papa nggak mau lihat kamu begini lagi. Tidak ada alasan untuk menyakiti dirimu sendiri." Papa berdecak pinggang. "Seharusnya kamu fokus kepada sekolahmu. Hanya tinggal satu setengah tahun lagi kamu bertahan di SMA. Selepas itu papa akan menguliahkanmu di Sidney. Kamu harus jadi sarjana ekonomi di sana dan meneruskan usaha papa. Jadi papa harap kamu belajar dengan sungguh-sungguh. Jangan membuang waktumu untuk hal-hal yang tidak penting. Papa nggak suka kamu terlibat dalam permasalahan."
"Sidney?" tanya Mama Rosa heran. "Kenapa harus jauh-jauh ke Sidney, di sini Hadi juga bisa mendapatkan pendidikan yang layak."
"Aku tahu yang terbaik untuk anakku," ujar papa dingin.
"Tapi itu bisa kita bicarakan nanti, papa nggak boleh bikin keputusan sendiri. Lagipula belum tentu Hadi mau."
"Ma ..., Pa ..., kenapa jadi pada ribut sih?" Hadi menengahi dengan suara lirih karena kantuk yang masih hinggap di mata. "Hadi minta maaf, Pa. Hadi juga bakal kuliah di Sidney kalau memang itu keinginan papa."
"Loh, Hadi, kemarin kamu bilang mau kuliah di dalam negeri saja, kenapa sekarang malah setuju dengan keputusan papa?" semprot Mama Rosa.
"Sudahlah, Ma, mau kuliah dimana pun Hadi nggak masalah kok," ujarnya sembari menguap. "Hadi mau sambung tidur di kamar.
Hadi meninggalkan orang tuanya yang masih bersitegang di ruang keluarga. Adu argumen malam itu bisingnya terdengar hingga kamar Hadi. Membuat Hadi gagal memejamkan mata. Kantuknya hilang seketika.
Perkara ini memang sering terjadi. Bahkan sejak Hadi duduk dibangku SMA masa depannya seolah telah diatur oleh kedua orang tuanya. Papa selalu mengutarakan keinginannya untuk menguliahkan dia di Sidney. Bagi papa kuliah di luar negeri itu kualitasnya lebih bagus dan tentu tidak diragukan lagi kualitas sarjana yang lulus dari sana. Untuk meneruskan perusahaan papa, tentu beliau ingin anaknya berwawasan luas dan belajar banyak hal dari negara maju.
Sedangkan mama bertolak belakang dengan pendapat papa, bagi mama banyak cara untuk meraih kesuksesan. Tidak menempuh pendidikan di luar negeri tidak menjadi halangan seseorang untuk meraih kesuksesannya. Mama selalu bilang bahwa semua itu tergantung kepada individunya. Jika individu tersebut menjalaninya dengan sungguh-sungguh dan pandai memanfaatkan peluang, tidak menempuh pendidikan di luar negeri pun kesempatannya untuk sukses terbuka lebar. Sekali pun ia menempuh pendidikan di luar negeri jika hasratnya tak menginginkan itu, akan sulit rasanya menyerap ilmu yang ia dapatkan.
Menuntut ilmu juga perkara hati dan naluri. Bukankah masing-masing kita boleh menentukan jalan hidupnya sendiri? Bahkan wajib kita tentukan sendiri tanpa campur tangan orang lain. Setiap orang memiliki talenta dimasing-masing bidang 'kan?
Hadi menghirup napas dalam. Pikirannya menceracau sendirian. Tidak bisakah kalian berhenti merencanakan masa depanku?! Aku bukan anak kecil! Hadi berteriak dalam hati. Ia kalut dalam pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
Подростковая литератураKamu itu cantik! Nggak perlu muluk-muluk untuk jadi cantik karena cantik nggak cuma soal fisik. Cerita ini diikutsertakan dalam kompetisi Writing Project yang diselenggarakan oleh @RdiamondPublisher #WPRD2TimHipHop #WritingProjectDiamond #RDiamondP...