Sejak kejadian tempo hari-hari dimana Kevin mengungkapkan hubungannya dengan Wulan-Hadi jadi lebih banyak diam. Sering kali ia memikirkan Wulan di saat sepi melanda. Ia terlihat sensitif di saat-saat sendiri. Bahkan interaksinya dengan Wulan semakin berkurang. Gadis itu akhir-akhir ini pun lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kevin. Sedangkan Hadi memaksa diri untuk menjauh dari perasaan yang terpendam sejak lama. Sayangnya, meski interaksi di antara dirinya dan Wulan tak lagi terjalin baik, rasa itu tidak bisa ia tepis. Semakin ia mencoba untuk melupakan, semakin kuat ingatan tentang Wulan melekat pada memorinya.
Hari ini kompetisi fashion show dimulai. Wulan dan Ema tengah bersiap-siap di rumah Ema. Mereka merias diri dan mengenakan gaun yang telah mereka pilih jauh-jauh hari. Sebenarnya Ema tidak berkenan mengikuti kompetisi itu. Ia tidak ingin menjadi saingan Wulan, tapi Wulan memaksanya untuk ikut serta dalam kompetisi ini. Tidak ada pilihan lain, Ema pun menyetujui keinginan Wulan. Hari ini Ema mengenakan pink pastel strapless dress. Make up-nya pun tampak natural dengan balutan lipstik berwarna senada dengan gaunnya. Sementara itu, Wulan mengenakan gaun berpotongan pendek berwarna biru terang. Wajahnya disapu oleh make up tipis membuatnya semakin bersinar. Usai bersolek, mereka segera menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, mereka disambut takjub oleh banyak siswa. Penampilan mereka sungguh mempesona hingga Susi iri dibuatnya. Susi berdengkus kesal ketika penampilannya tak semaksimal penampilan Wulan dan Ema. Ia telah mencium aroma kegagalan dalam kompetisi ini.
"Mana rencana yang kamu janjikan kemarin?!" tanya Susi kepada Rena.
Rena merogoh tasnya, lalu mengeluarkan sebuah botol minum yang tampak familiar di mata Susi.
"Itu botol minumnya Ema?" Susi mengerutkan kening.
Rena menggeleng. "Lihat saja nanti, permainan akan dimulai beberapa saat lagi."
🌙🌙🌙
Sebelum kompetisi itu dimulai, para peserta memilih menghabiskan waktunya di dalam kelas ketimbang harus menunggu di aula lomba nan sumpek. Tak terkecuali Ema, gadis itu memilih menunggu di kelas sembari bercakap-cakap dengan Citra. Tampak Rena dan Susi juga berada di kelas itu. Mereka asyik bersolek membenahi make up Susi yang sedikit luntur.
"Kamu benaran mau jadi saingannya Susi?" tanya Citra setengah berbisik. Gadis itu melirik sekilas ke arah Susi, lalu memandang cemas ke arah Ema.
Ema mengangguk yakin. "Aku tinggal ke toilet dulu, ya. Kebelet, nih." Ema beranjak dari bangkunya meninggalkan Citra.
Rena yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Ema lantas menuju bangku gadis itu. Kepergian Ema dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Rena untuk melancarkan aksinya.
"Heh, Culun!" sapa Rena kepada Citra, "beliin minuman di kantin, gih! Buruan!"
Citra menurut, kemudian pergi meninggalkan kelas. Kesempatan ini digunakan Rena untuk menukar botol minum di dalam tas Ema dengan botol yang ia bawa. Setelah pekerjaannya selesai, ia kembali duduk di bangkunya. Seolah tidak terjadi apa-apa, Ema tak merasa curiga ketika ia kembali ke kelas.
"Si, ke aula, yuk! Lima belas menit lagi acaranya dimulai. Kamu belum ambil nomor undian 'kan?" Tanpa banyak basa-basi Rena segera menggandeng sahabatnya itu untuk keluar kelas.
Ema turut meninggalkan kelas. Tak lupa ia bawa tas miliknya. Sebelum menuju aula, ia menuju kelas XI MIPA 2. Saat kakinya sampai di ambang pintu kelas itu, Ema terkejut mendapati Wulan tengah duduk bersama seorang pria yang pernah menabraknya di lorong kelas-Kevin. Sementara itu, Hadi duduk jauh dari tempat Wulan berada. Ema memandang janggal hal itu. Bagai ada jarak pemisah di antara kedua sahabatnya. Namun, ia tak tahu apa penyebabnya. Ema masuk ke kelas dan menyapa Hadi. Hadi hanya mendongak lemah memandang Ema yang tampil manis di hadapannya.
"Ada apa, sih?" tanya Ema berbisik hingga suaranya nyaris tak terdengar.
"Mereka jadian," jawab Hadi singkat membuat Ema mengerti dan bungkam. Ia tak berkeinginan melanjutkan percakapan itu demi menjaga perasaan Hadi.
Ema beralih menemui Wulan. Gadis itu mengajak Wulan ke aula perlombaan. Inginnya Ema, mereka pergi bertiga saja. Sayangnya, Wulan malah mengajak pacar barunya itu turut serta menyaksikan penampilannya nanti. Hal itu cukup membuat Ema kesal, tapi ia segan untuk menegur. Jadilah mereka berpasangan menuju aula. Kevin menggandeng Wulan. Sementara Ema dan Hadi hanya berjalan berdampingan layaknya teman.
"Kamu harusnya bahagia kalau sahabatmu juga bahagia!" cetus Ema yang berjalan di belakang Wulan dan Kevin. "Kamu harus sadar kalau cinta nggak bisa dipaksakan, tapi jangan khawatir karena Tuhan menciptakan banyak cinta buat kamu."
Hadi hanya menyeringai menanggapi penuturan Ema.
Mereka sampai di aula beberapa saat kemudian. Ruangan itu tampak sesak oleh perserta dan para suporter. Dewan juri juga telah siap di tempatnya. Beberapa peserta malah telah mengambil nomor undian. Ema dan Wulan menyusul kemudian. Setelah mendapatkan nomor undiannya, mereka kembali duduk di bangku masing-masing. Hawa gerah membuat Ema merasa haus. Ema mengambil botol minumnya kemudian meneguk minuman dari botol itu. Baru tiga tegukan, ia merasa ada yang janggal dari rasa minuman itu.
"Alpukat?" lirih Ema. Tiba-tiba ia merasa gatal di sekujur tubuhnya. "Hadi, alergiku kambuh!"
"Kok, bisa?!" Hadi terperangah. Tak berpikir panjang langsung saja ia antar Ema ke UKS.
"Oke, rencana pertama sukses!" Rena menyeringai menatap Ema dan Hadi dari kejauhan.
🌙🌙🌙
Senang bukan kepalang hati Wulan karena berhasil memasuki babak final. Gadis culun yang selama ini menjadi cemoohan banyak orang, kini tampil sebagai bintang di depan mata banyak orang. Sementara itu, Ema dinyatakan gugur dari kompetisi itu.
Susi sangat kesal karena harus bersaing dengan gadis culun itu. Gadis keturunan Cina dan Indonesia itu juga memasuki babak final. Dan, akhir dari penilaian kompetisi itu ialah voting. Masing-masing finalis harus mengumpulkan dukungan sebanyak-banyaknya. Voting itu akan dilangsungkan mulai esok hari.
Esoknya, dibantu Kevin, Wulan berlomba-lomba mencari suara untuk keberhasilan kompetisi itu. Setiap pendukung akan menuliskan nama finalis yang ia dukung dan memasukkannya ke dalam kotak suara. Setelah hari pengumpulan suara berlalu, dewan juri segera melakukan penilaian. Di luar dugaan Wulan, hasil dari keputusan juri membuatnya tercengang. Yang lebih mencengangkan lagi ialah ketika salah seorang juri menyatakan alasan kegagalan Wulan.
"Maaf ananda Wulan, ananda dinyatakan gagal dalam kompetisi ini karena ...." Juri yang merupakan guru kesenian itu memperlihatkan layar ponselnya. Layar ponsel itu menampilkan sebuah tangkapan layar sebuah berita simpang siur tentang pembelian suara secara ilegal yang dilakukan oleh Wulan.
Tidak! Ini fitnah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
Teen FictionKamu itu cantik! Nggak perlu muluk-muluk untuk jadi cantik karena cantik nggak cuma soal fisik. Cerita ini diikutsertakan dalam kompetisi Writing Project yang diselenggarakan oleh @RdiamondPublisher #WPRD2TimHipHop #WritingProjectDiamond #RDiamondP...