"Cewek culun kayak kamu seharusnya sadar diri! Dikasih cowok jelek macam Hadi atau pria berambut keriwil itu saja sudah untung," cela Susi penuh penekanan.
"Sudahlah jelek, minta yang tampan pula!" timpal Rena.
"Ini bukan yang terakhir kali, kamu akan dapat perundungan yang lebih berat kalau maksa dekat sama Kevin!" hardik Susi, "so, kalau kamu mau aman, jangan pernah dekati Kevin, ngerti?!"
"Oh, iya satu lagi." Rena mendongakkan wajah Wulan yang tertunduk. "Jangan jadi pengadu!"
Susi tersenyum puas kepada sahabatnya itu. Lalu mengeluarkan sepah permen karet dari mulutnya. Lantas menempelkan sepah itu ke rambut Wulan.
Rena menertawakan ketidakberdayaan Wulan di hadapan mereka berdua. Susi tersenyum arogan mendapati Wulan tak melakukan perlawanan. Atas dasar itulah mereka merasa menang hari ini. Namun perundungan tidak hanya berakhir di sana, dengan kasar Susi menarik rambut Wulan dan menyeretnya masuk ke salah satu WC. Rena sudah siaga dengan seember air ketika Susi memaksa gadis itu bersujud di hadapannya. Kemudian, dibantu Rena dengan congkaknya ia mengguyur tubuh Wulan hingga basah kuyup.
Wulan merintih. Hatinya teriris mendapatkan perlakuan seperti itu dari orang yang bahkan tidak ia kenal dan ketahui motif tindakannya. Usai diguyur hingga basah kuyup mereka menudungkan ember ke kepala Wulan. Dan berlalu begitu saja meninggalkan gadis itu tanpa rasa bersalah.
🌙🌙🌙
Wulan kembali ke kelas beberapa saat kemudian. Dia kembali dengan wajah lusuh dan seragam basah kuyup karena terkena guyuran air saat insiden perundungan tadi. Rambutnya masih dipenuhi sepah permen karet. Ia kembali ke kelas saat ulangan PKN sedang dilaksanakan dua puluh menit yang lalu.
Wulan berdiri di ambang pintu kelas dengan wajah tertunduk menyembunyikan kesedihan dan rasa malu yang mendalam. Semua orang di kelas itu terperanjat menyadari kedatangan Wulan. Kedatangan Wulan mengalihkah kefokusan siswa kelas XI MIPA 2 yang sedang melaksanakan ulangan. Setelah mengetuk pintu dan meminta izin masuk, Wulan menghampiri Bu Murni-guru PKN-yang sedang duduk di meja kerjanya.
Dengan masih tertunduk, Wulan berkata lirih, "Maaf, Bu, saya terlambat."
Bu Murni bangkit dari duduknya. Ia mendongakkan wajah Wulan dengan penuh kasih sayang. Melihat keadaan siswanya itu, beliau merasa iba dan khawatir. Yang beliau tahu, siswa teladan seperti Wulan tidak pernah pernah bermasalah dengan siapa pun. Tapi hari ini Wulan menunjukkan ketidakberdayaannya.
Bu Murni menilik lengan dan kaki Wulan. Ia cemas jika ada bagian tubuh Wulan yang lebam atau luka. Syukurlah beliau tidak menemukan cacat sedikitpun. Bu Murni memegang rambut Wulan yang lengket karena permen karet. Ia tak habis pikir kenapa ada yang berani berbuat demikian kepada Wulan.
"Katakan kepada ibu, siapa yang telah melakukan ini kepadamu, Nak?!" desak Bu Murni. Beliau pegang erat bahu Wulan.
Wulan hanya menggeleng dengan tatapan kosong. Bukan hanya karena tidak tahu nama orang yang merundungnya, tapi juga karena ia takut mengatakannya kepada Bu Murni. Wulan hanya tidak ingin masalah ini bertambah lebar. Ia tidak ingin berurusan lagi dengan mereka-Susi dan Rena-jika nanti ketahuan mengadukan insiden ini kepada guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
Teen FictionKamu itu cantik! Nggak perlu muluk-muluk untuk jadi cantik karena cantik nggak cuma soal fisik. Cerita ini diikutsertakan dalam kompetisi Writing Project yang diselenggarakan oleh @RdiamondPublisher #WPRD2TimHipHop #WritingProjectDiamond #RDiamondP...