PROLOG

240K 14.6K 1.7K
                                    

Selamat datang di lapak TERATAI

[Hak cipta dilindungi undang-undang]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Hak cipta dilindungi undang-undang]

Jangan copy!
Malaikat disampingmu sedang mencatat.

PERINGATAN!
🔥Jangan bawa-bawa cerita atau author lain ke lapak ini, begitupun sebaliknya. Biasakan hargai setiap author, ya.
🔥Harus vote dan comment di setiap chapter.

Aku janji bakal vote komen di setiap part-nya dan follow authornya.

Hayoloh udah janji😀
Masalahnya bukan sama aku lagi🤭

Follow dulu 12kentang

══━━━━✥◈✥━━━━══
HAPPY READING
══━━━━✥◈✥━━━━══


"Kala!"

Gadis berkerudung dengan tumpukan buku di tangannya menoleh ke belakang. Jika di sekolah, ia terbiasa dengan panggilan Kala dari teman-temannya.

"Ada apa, Mei?" jawabnya.

"Udah selesai rapatnya?"

"Udah, nih. Baru aja selesai. Kamu kenapa belum pulang?"

"Gue baru selesai extra. Pulang bareng gue, ya, La," tawar Mei dan mendapat anggukan dari Kala. Mereka berjalan bersama untuk keluar dari gedung sekolah.

"Jadi anggota osis nggak capek, La?"

"Apapun kegiatannya, kalo kita suka nggak terasa capeknya, kok."

"Ekhem-ekhem, gue tau penyebabnya lo betah jadi bagian osis," ungkap gadis yang kerap disapa Mei.

"Apasih, Mei."

"Pasti karena ketua osisnya Damar, 'kan?"

"Astaghfirullah, bukan karena itu."

"Ngaku aja, La. Gue nggak kasih tau ke siapapun, kok," ledek Mei.

"Demi Allah, enggak Mei. Enggk ada sangkut-pautnya sama Damar," elaknya.

"Jangan bawa-bawa Allah, La. Dosa, loh, kalo lo bohong."

"Aku nggak bohong, Mei."

"Ya ya ya ya, deh," balas Mei memutar bola matanya.

Bunyi ponsel di antara keduanya, otomatis menghentikan jalan mereka.

"Ponsel lo, La."

"Iya, ponsel aku ... tumben Bunda nelepon."

"Cepetan angkat!" seru Mei.

"Hallo, Bun. Ada apa? ini Ala mau pulang sama Mei."

"Bunda kenapa nangis? Ada apa?"

"Iya-iya, ini Ala pulang cepat."

Setelah sambungan putus, ia langsung berlari meninggalkan Mei yang bingung.

"KALA ADA APA?"

Karena sudah jauh, suara Mei hanya tertahan di udara.

***

"Assalamualaikum, Bunda!"

"Waalaikumsalam, Alara!" Gadis yang dipanggil Alara itu langsung terkejut melihat isi rumahnya telah ramai oleh orang-orang. Ditambah lagi Bundanya yang langsung memeluknya sambil menangis.

"Bun, ini ada apa? Bunda kenapa nangis?" tanyanya khawatir. Perasaannya menjadi tidak enak.

Tanpa menjawab, Maria bunda Alara menarik tangan putrinya untuk masuk.

"B-Bun ...."

"I-itu siapa?"

Bibir Alara bergetar menahan tangis saat melihat seseorang yang terbujur kaku di hadapannya. Ia menoleh ke arah sang Bunda yang masih menangis.

"Siapa, Bun?" Tidak mendapat jawaban dari sang Bunda, Alara langsung membuktikan sendiri siapa orang itu.

Perlahan tangannya membuka kain putih yang menutupi wajah orang itu.

Deg

Seakan dunianya hancur. Tubuh Alara limbung. Untung Bundanya cepat menahan tubuhnya.

"I-ini mimpi, 'kan?" lirihnya bersandar di dada sang Bunda. Tubuhnya lemas, beberapa saat setelah itu ia kehilangan kesadarannya.

***

Mata Alara mulai mengerjap seiring dengan jarinya yang mulai bergerak.

Ia menatap ke sekeliling. Ia sedang berada di kamarnya. Ingatannya langsung kembali saat ia sebelum pingsan.

Baru saja kakinya turun dari ranjang, seseorang langsung menahannya.

Alara mendongak untuk melihat orang itu. Sebelumnya ia belum pernah bertemu. Siapa wanita cantik ini? pikir Alara.

"Mau kemana, Nak?"

"A-aku mau ketemu Bunda, aku mau mau ketemu ...." Alara tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Air matanya kembali mengalir membentuk sungai kecil di pipinya.

"Kamu istirahat dulu, ya. Bunda kamu sebentar lagi pasti pulang. Pemakaman udah selesai," ujarnya lembut.

"Selesai?"

Wanita itu mengangguk.

Alara kembali menangis. Ia menyesal karena tidak bisa mengantarkan cinta pertamanya ke tempat peristirahatan terakhirnya.

"Maafin, Ala hiks."

Wanita itu duduk di samping Alara, lalu menarik Alara ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Alara dengan lembut.

"Kita berdoa ya, sayang. Semoga semua amal beliau diterima di sisi Allah."

Alara menghapus air matanya, lalu melepas pelukan wanita itu.

"Tante siapa? Alara baru pertama kali melihat Tante," tanya Alara.

"Aku Tari, calon Mama kamu, sayang."

.
.
.
.

Mau lanjut?

Kalo mau spam komen next

Spam komen lanjut

Kalian tau cerita ini dari mana?

Kalau kalian suka, bantu share ke teman-teman kalian cerita ini, ya.

See u 🖤

TERATAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang