TERATAI 31

64.8K 8K 1.4K
                                    

Bismillah, vote dulu.
Kolom komentar juga nganggur, krisar apapun di sana aku terima 🐈

31. Ciuman tidak langsung

.
.
.

Seorang gadis baru saja turun dari sebuah angkot. Gamis simple berwarna gray dipadukan dengan kerudung pasmina yang senada melekat pada tubuhnya yang ideal. Hal itu membuat penampilannya terlihat anggun. Dia Sakya Alara.

Kakinya melangkah dengan santai untuk memasuki kawasan di hadapannya. Ia tersenyum sambil memperhatikan sekeliling. "Bismillah," batinnya.

Kakinya kembali melangkah. Namun, pandangannya berhenti pada sosok laki-laki yang amat ia kenali yang masih berada di area parkiran. Laki-laki itu adalah suaminya Elvano. Hal yang menarik perhatian Alara adalah gadis yang bergelayut pada lengan suaminya. Alara tidak mau berpikir negatif tentang suaminya. Dapat Alara lihat dari kejauhan Elvano sedang menghindari sentuhan gadis yang tidak ia kenali itu.

Tanpa diduga, Elvano menangkap keberadaannya. Saat Elvano seperti ingin menghampirinya, Alara tersenyum seraya menggeleng. Jika suaminya itu mendekatinya, semua akan curiga dengan hubungan mereka. Alara hanya menghargai keinginan Elvano.

Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Setelah sampai di lobi, Alara langsung disambut oleh kedua teman barunya yang satu fakultas bahkan satu jurusan.

"Hai Alara!" sapa gadis dengan rambut hitam lurus sebahu. Hidung mancung, pipi tirus, kulit putih dengan mata sedikit sipit.

"Hai Namira," jawab Alara balas tersenyum.

"Kavin nggak disapa, nih?" celetuk seorang cowok yang bertubuh gempal berdiri di samping Namira.

"Hai Kavin," sapa Alara sedikit canggung. Namira dan cowok bernama Kavin itu terkekeh melihat kecanggungan Alara.

"Santai aja sama Kavin, La. Kavin tau batasan kok sama cewek kayak kamu," ujar Kavin memahami gadis seperti Alara.

"Iya, maaf ya. Aku belum kebiasa punya teman laki-laki," balas Alara. Ia melihat ke arah Kavin, tapi tidak sepenuhnya menatap cowok bertubuh gempal itu.

"Ya udah, ayo masuk!" ajak Namira.

***

Saat ini Elvano dan para sahabatnya sedang berada di taman belakang kampus.  Di bawah sebuah pohon yang cukup rindang terdapat kursi panjang di sana. Mereka sedang asik dengan aktifitasnya masing-masing.

Eki dan Galih duduk di rerumputan tanpa alas. Elvano, Dylan dan Nila duduk di kursi. Sedangkan Zayden masih di kelas. Maklum anak teladan.

"Cari makan napa cari makan!" celetuk Galih mengelus perutnya yang terasa keroncongan.

"Bosan banget, bolos kuy! Mau ngapelin gebetan," jawab Eki.

"El! Diam-diam bae! Melamun apa, lo?" tanya Galih beralih melihat ke Elvano.

"Lagi berpikir ...." jawab Elvano menggantung.

Semua orang yang berada di sana menunggu ucapan Elvano selanjutnya.

"Berpikir apa?" tanya Zayden yang baru saja datang.

Elvano tidak menjawab, ia justru mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah tempat bekal.

"Berpikir gimana cara makannya," jawab Elvano menatap satu-persatu para sahabatnya.

"Mulut lo udah nggak berfungsi?" tanya Dylan.

"Makan, ya, tinggal makan, El! Jangan lupa bagi-bagi--"

"Nah, itu dia! Gue lagi mikir cara makan biar kalian nggak minta!" Ucapan Galih langsung dipotong Elvano.

𝐓𝐄𝐑𝐀𝐓𝐀𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang