Bismillahirrahmanirrahim.......
Sambil nunggu berbuka, kita baca kisah ALEL dulu 🤭
Semoga diberi kelancaran dalam mengahadapi apapun, baik aku maupun kalian semua🖤
Kalau ada terselip nama Aza tolong tandain ya, soalnya suka keliru mau ngetik Alara malah ke Aza.
.
.
.
.
"Ini punya siapa? Kok aku kayak kenal?"Elvano duduk dari posisinya, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Punya istri yang waktu itu ketinggalan di mobil."
Alara terkejut mendengar perkataan Elvano yang penuh kejutan.
"Kenapa masih di simpan dan nggak dibuang?" Alara merasa penasaran dengan alasan Elvano yang ternyata masih menyimpan ikat rambutnya yang terlepas dan tertinggal di mobilnya kala itu.
"Enggak tau, mungkin khilaf," jawab Elvano masih mempertahankan kegengsian yang selalu ia agung-agungkan dalam hidup.
"Lo suka Boboiboy apa gimana?" tanya Elvano.
"Enggak, itu ikat rambut dari Alif. Hadiah ciki-ciki yang sering dia beli. Enggak enak kalau aku nggak pake, takutnya dia sedih," jawab Alara. Ikat rambut itu berbandul kepala kartun dari Boboiboy. Hal itu yang membuat Elvano tidak membuangnya dan justru menyimpannya. Jika Eki atau Galih mengetahui hal kecil itu, dapat dipastikan Elvano akan diledek sampai timbul tanduk merah di kepalanya.
"Bocil itu suka ngasih hadiah?"
Alara mengangguk. "Walau masih kecil, Alif sangat suka memberi. Dia tidak pernah perhitungan," tutur Alara tersenyum.
"Mana hadiah untuk gue?" pinta Elvano, lalu duduk di bibir ranjang.
"Hadiah apa kak? Aku--"
"Dari Alif!" potong Elvano nyolot.
"Astaghfirullah, maaf aku lupa. Bentar, ya," balas Aza menepuk keningnya. Dengan cepat ia membuka koper yang tadinya Elvano bawa.
Alara langsung mengambil kado yang dibungkus berwarna merah itu kepada Elvano.
Dengan cepat cowok itu menerimanya dan membukanya terburu-buru.
"Perlu gunting, kak?" tawar Alara karena melihat Elvano sedikit kesusahan membuka kado yang diberi perekat penuh oleh Alif.
"Enggak perlu. Lo pergi aja sana!" usir Elvano. Alara hanya mengangguk. Baru saja ia kembali mengeluarkan baju dan dimasukkan ke dalam lemari, Elvano kembali memanggilnya.
"Heh istri! Sini lo."
Sepertinya Alara harus terbiasa dengan panggilan itu dari pak suami. Alara kembali mendekat dan berdiri di depan Elvano.
"Duduk!" instruksi Elvano melirik tempat di sebelahnya.
Sekarang giliran ia yang berdiri, Alara hanya diam menunggu apa yang akan dilakukan Elvano dengan sesuatu yang ia pegang.
"Ini apa?"
Alara mengerutkan keningnya bingung. Bukan bingung, ia hanya heran kepada Elvano. Apa suaminya ini benar-benar tidak tau bahwa nama kain yang dipegangnya itu adalah sarung.
"Itu sarung kak."
"Bukan. Maksud gue ini apa? Kenapa dikasih ke gue? Untuk apa?"
"Untuk sholat, toh, kak." Alara menjawab cepat.
"Enggak perlu pakai ini. Gue juga nggak bisa pakai beginian!" balas Elvano geram sambil meremas sarung berwarna hijau ditangannya.
"Nanti bisa belajar--"
KAMU SEDANG MEMBACA
TERATAI
SpiritualBagaimana kehidupan Alara menjadi seorang istri yang seharusnya dituntun oleh sang suami, tapi ia justru yang menuntun? ━━━━━⋇⋆✦⋆⋇━━━━━ *•.¸♡𝐓𝐄𝐋𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓♡¸.•* ᵀᵉʳˢᵉᵈⁱᵃ ᵈⁱ ˢʰᵒᵖᵉᵉ ᴸᵒᵛᴿⁱⁿᶻ ˢᵗᵒʳᵉ ━━━━━⋇⋆✦⋆⋇━━━━━ "Jika Ummu Sulaim menolak kare...