Bismillahirrahmanirrahim...
Jangan lupa vote dan sempatkan untuk berkomentar. Typo tolong tandain, ya.
Selamat membaca..........29. Alif
.
.
.Dagu Elvano bertumpu pada pundak Alara. "Tadi gue cuma ekting di depan makam Abu."
Alara terdiam mendengar ucapan Elvano. Namun, bukannya melepaskan, Alara justru semakin mengeratkan pelukan mereka.
Entah apa yang dirasakannya saat ini. Terharu atau kecewa? Hanya Alara dan Tuhan yang tau.
Elvano menarik pundak Alara agar ia bisa melihat wajah gadis yang masih menangis itu. Tangannya terangkat untuk menghapus air mata sang istri dengan lembut.
"Gimana perasaan lo setelah gue bilang tadi cuma ekting?" tanya Elvano.
Alara menggeleng lantas menunduk. "A-aku nggak percaya," jawabnya dengan bibir tersenyum tipis di sela air mata yang sesekali masih mengalir di pipinya.
"Hm?" Alis Elvano terangkat.
"Aku nggak percaya kalo kamu tadi cuma ekting. Aku tau kamu serius ngomong kayak tadi, Kak," lanjut Alara. Ia kembali mendongak untuk melihat wajah Elvano yang saat ini menatapnya dalam.
"Seyakin apa lo percaya sama ucapan gue tadi, dan kenapa nggak percaya kalau gue tadi cuma ekting?" tanya Elvano lagi.
Alara lagi-lagi tersenyum tipis. Tangannya terangkat untuk menyentuh mata Elvano yang refleks menutup saat tangan lembut itu menyentuhnya.
"Aku udah pernah bilang ...."
"Tatapan itu nggak bisa bohong, suamiku," ujar Alara terkekeh kecil.
Senyum manis terbit di bibir Elvano. Tangannya terangkat untuk menggenggam tangan lembut yang masih menyentuh matanya.
"Terimakasih," gumamnya.
"Kenapa terimakasih?" tanya Alara karena mendengar gumaman sang suami.
Elvano mengelus punggung tangan Alara dengan lembut. Ia melirik sekilas ke wajah Alara yang masih menunggu jawabannya. Pria itu kembali fokus pada tangan yang ia genggam. Tangan Alara sangat pas di genggamannya.
"Terimakasih udah percaya sama gue," ungkap Elvano. Tanpa melihat sepenuhnya ke wajah Alara, Elvano tau bahwa gadis tengah tersenyum kepadanya.
Perasaan Alara menghangat saat tangan Elvano menggenggam dan sesekali mengusap jemari-jemari tangannya.
"Benar kata Zayden sama Dylan. Gue beruntung punya istri kayak, lo. Makasih udah percaya." Alara diam saat mendengar apapun yang keluar dari mulut suaminya.
"Sesuai yang lo bilang tadi, ucapan gue serius dan bukan ekting doang di depan makam Abu."
"Gue cuma ngetes ...." Elvano menjeda ucapannya, lalu melepaskan genggamannya dari tangan Alara.
Sekarang tangannya beralih menangkup wajah cantik sang istri. "Gue kira lo bakal marah-marah atau diam aja karena kecewa. Ternyata lo pengertian banget," ucap Elvano tersenyum.
Kali ini Elvano sangat berbeda. Mantan ketua ACE yang sangat gengsi dalam mengungkapkan sesuatu itu menjelma menjadi sosok manusia yang manis dan lembut.
Untuk sekarang ini. Entah nanti jika seandainya gengsinya kambuh.
Sifat gengsiannnya itu entah menurun dari siapa. Mungkin faktor ia tumbuh di keluarga yang memang terpandang prestisius. Hal itu membuatnya sangat gengsi dalam menurunkan ego dan mengungkapkan sesuatu. Namun, jika memang dari faktor keluarga, Rayyan tidak seperti itu. Adik dari Elvano itu tidak memiliki sifat gengsi yang berlebihan. Mungkin Elvano yang terlalu narsis, untuk menurunkan egonya saja menjadi sangat rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERATAI
SpiritualBagaimana kehidupan Alara menjadi seorang istri yang seharusnya dituntun oleh sang suami, tapi ia justru yang menuntun? ━━━━━⋇⋆✦⋆⋇━━━━━ *•.¸♡𝐓𝐄𝐋𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓♡¸.•* ᵀᵉʳˢᵉᵈⁱᵃ ᵈⁱ ˢʰᵒᵖᵉᵉ ᴸᵒᵛᴿⁱⁿᶻ ˢᵗᵒʳᵉ ━━━━━⋇⋆✦⋆⋇━━━━━ "Jika Ummu Sulaim menolak kare...