TERATAI 37

56.5K 7.2K 1.1K
                                    

Hai assalamualaikum
Gimana kabarnya?

Lama menunggu?

Udah berapa hari🤭
Jam berapa kalian baca ini?
Kasih jejak sebagai penanda kalau kalian udah baca part 37 ini.

Jangan lupa vote comment, ya. Typo atau keliru tolong ditandain. Sertakan kritik saran kalian. Aku butuh itu untuk memperbaiki cerita ini. Menerima semua jenis komentar 🤗

Kata-kata yang selalu aku cantumkan sebelum masuk ke cerita atau dibagian akhir cerita, itu nggak ada sangkut pautnya dengan isi cerita, ya. Kata-katanya random aja🤭
Kalau nyambung sama isi part itu berarti cuma kebetulan.

________________________________________

"Mereka tertawa melihat aku yang berbeda dan aku tertawa melihat mereka yang sama tanpa ada bedanya."
~12kentang


••S e l a m a t m e m b a c a••

37. Makan bersama
.
.
.

"Ibu," panggil Alif pada Bu Sinah.

"Iya, kenapa anak ganteng?" tanya Bu Sinah tersenyum manis kepada Alif.

"Alif mau ceker ayamnya juga."

"Chicken smackdown-nya bagian paha, ya, Bu!" sambung Alif lagi.

"Siap anak ganteng," jawab Ibu Sinah.

Suasana seketika hening, seluruh mata tertuju kepada Elvano, kecuali Alif yang asik bersenandung kecil melantunkan sholawat kesukaannya.

Brak

"JANGAN ADA YANG PESAN MONSTER ITU!"

Semua orang terlonjak kaget karena Elvano baru saja menggebrak meja dengan keras, tidak lupa suaranya yang membuat siapa saja tau bahwa cowok itu sedang marah.

"Abang semprul jangan bentak-bentak! Mba Ala jadi kaget!" marah Alif menatap nyalang kepada Kakak iparnya tersebut.

"Gara-gara lo, bocil!" balas Elvano sengit. Ia beranjak dari duduknya dan hendak keluar dari warteg, tetapi Alara langsung menahannya.

"Kamu mau ke mana, Kak?" tanya Alara.

"Nunggu di mobil," jawab Elvano dengan wajah datarnya.

"Tapi kamu belum makan. Tadi pagi cuma makan sehelai roti," peringat Alara sambil menarik tangan Elvano untuk kembali duduk. Namun, tenaga Alara tidak sebanding dengan suaminya itu. Tentu Elvano tidak bergerak sedikitpun.

"Duduk, Kak," titah Alara dengan lembut. Elvano hanya mendengus, tapi ia tak kunjung duduk.

Ibu Sinah mulai keluar dari belakang dan membawakan beberapa piring pesanan. Melihat itu mata Elvano melotot seakan-akan ingin keluar dari tempatnya.

"BU SINAH! STOP!" teriak Elvano. Hal itu membuat wanita paruh baya dengan rambut disanggul itu menghentikan langkahnya secara mendadak.

"Astaghfirullah, ada apa?" tanya Bu Sinah terkejut. Hampir makanan yang ada di tangannya tumpah jika ia tidak sigap menahannya.

TERATAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang