TERATAI 20

74.4K 8.4K 1.4K
                                    

Assalamualaikum semuaaa!
Aku kembali👋

Oke skip!

Tembuskan rekor komen di part ini

Bismillah dulu, moga ada baper tipis-tipisnya.

Typo tolong tandain


Apapun yang akan ditakdirkan untukmu,  akan tetap menjadi milikmu. Bagaimanapun prosesnya  ”

⁖℘S̾eͤl̾aͣmͫaͣtͭ Mͫeͤmͫbaͣcͨaͣ 𓆩༢࿔ྀુ

"Menangis adalah satu-satunya cara mata berbicara ketika mulut tidak bisa menjelaskannya apa yang hati rasakan," ungkap Alara.

Elvano terdiam merenungi perkataan Alara.

"Aku ambil wudhu dulu sebentar, kak Elvano kalau mau keluar ketemu sahabat-sahabatnya nggak apa-apa, nanti aku--"

"Hari ini gue mau sama lo, istri."

—o0o—

"Stigma yang sering terdengar dari seorang wanita adalah lemah. Wanita memerlukan kaum pria untuk membantunya. Selain fisiknya yang lemah dari pria, wanita juga cenderung suka mengeluh. Padahal, pemikiran ini tidak selamanya benar."

"Lo minta apa sama Tuhan?" celetuk seseorang. "Lama bener," lanjutnya sedikit kesal.

Gadis yang sejak beberapa menit lalu masih diam berdoa, ralat, lebih tepatnya melamun itu langsung menoleh.

Saat berdoa, tiba-tiba saja ia teringat potongan kalimat dari sang Alm. Abunya.

Gadis yang diketahui bernama Sakya Alara itu segera melepas mukena dan membenahi alat sholatnya.

"Kak Elvan nungguin aku, ya? Maaf udah bikin kamu nunggu, Kak." Alara bersimpuh di depan suaminya yang sedang duduk di bibir ranjang.

"Berdiri, istri. Ngapain lo sungkem depan gue?" balas Elvano.  Alara langsung menurut. Sekarang ia berdiri di hadapan Elvano.

"Itu tadi sholat dhuha?" tanya Elvano.

"Iya benar, Kak." jawab Alara tersenyum tipis. "Nanti Kakak harus coba. Selepas sholat hati kita bakal rasa lebih lega, lebih plong," lanjut Alara.

"Hm." jawab Elvano seadanya.

"Panggilan lo siapa?" Elvano tiba-tiba bertanya nama panggilan Alara. Sungguh, suami tidak tahu-menahu tentang istrinya.

"Alara," jawab Alara spontan.

"Yang lebih simpel, istri. Alara itu terlalu ribet diucapin sama lidah gue," balas Elvano mendengus.

"Biasanya orang rumah manggil aku Ala, tapi di sekolah dulu aku sering dipanggil Kala," jawab Alara.

"Gue harus panggil lo apa biar enak?" tanya Elvano.

"Istri," jawab Alara. "Aku suka dengar kak Elvano panggil aku istri," lanjut Alara tersenyum malu.

"Oke, kecuali kalau lagi di luar. Lo gue panggil Ala, boleh 'kan?" Alara refleks mengangguk.

"K-kak ...."

"Hm."

"Tadi kenapa bilang kalau hari ini, Kakak mau sama ... hmm ...." Alara menjeda ucapannya.

𝐓𝐄𝐑𝐀𝐓𝐀𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang