TERATAI 48

53.8K 6.5K 3.6K
                                    


بسم الله الر حمن الر حيم


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Dunia Nila seakan berhenti. Tubuhnya terlempar jauh dari posisinya semula. Pandangannya berkunang-kunang. Namun, samar-samar ia melihat ada kerumunan orang yang berada tidak jauh darinya. Nila berusaha memfokuskan pandangannya ke arah kerumunan itu.

"S-siapa ...." gumamnya. Nila berusaha bangkit, tubuhnya sangat lemas membuatnya tidak bisa berdiri. Terlebih darah yang tidak berhenti keluar dari hidungnya. Tangan Nila bergetar hebat setelah memastikan penglihatannya.

Tubuh seseorang tergeletak berlumuran darah berada tidak jauh dari hadapannya.

"Dylan? Dylan itu lo?" gumam Nila bergetar karena menahan sakit dan tangis secara bersamaan. Ia berusaha mendekati tubuh tak berdaya itu.

"Haha nggak! Ini nggak mungkin!" pekik Nila setelah berada di samping tubuh itu. Tangannya menggapai wajah yang berlumuran darah tersebut.

"DYLAN BANGUN DYLAN! LO DENGAR GUE NGGAK! BANGUN!" teriak Nila sambil mengguncang tubuh cowok itu. "Dylan gue mohon buka mata lo! Kenapa lo dorong gue, hah! Biarin gue yang mati! Lo itu harus hidup!"

"DYLAAAAAAAN! LO BUDEK, HAH!"

Tanpa diduga tangan yang dipenuhi darah itu menggapai tangan Nila yang berada di wajahnya. Gadis itu tersentak, ia perlahan tersenyum saat mata orang yang dicintainya itu perlahan terbuka.

"Hiks, gue tau lo kuat! Jangan tinggalin gue! Cuma gue yang boleh ninggalin, lo!" omel Nila.

Dylan terkekeh perih. Tangannya terangkat untuk mengusap air mata Nila yang sedang memangku kepalanya.

"Lo harus hidup, jangan na-nangis. Gue sayang sama lo," gumam Dylan dengan suara yang tercekat.

"Lo sayang sama gue? Beneran?"

"Iya, sayang. Gue sayang."

"Dylan hiks kepala gue pusing, Lan. Pingin tidur," ujar Nila lemah.

"Enggak boleh tidur, lo kalau tidur kerjaannya mimpi mulu," balas Dylan terkekeh sambil menahan rasa sakit yang sangat amat menyiksa tubuhnya.

"Gue mau peluk, lo!" Nila berbaring di sebelah Dylan. Gadis itu menjadikan lengan Dylan sebagai bantalannya. Darah di hidungnya tidak berhenti keluar. Saat Galih dan Eki ingin membantu, tapi Dylan menggelengkan kepalanya. Tangan cowok itu bergerak untuk mengusap puncak kepala Nila. Mata gadis itu sudah terpejam.

Cup

Dylan mengecup singkat puncak kepala Nila. Namun, setelah itu matanya terpejam rapat.

"DYLAN!"

TERATAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang