No vote! No coment! No lanjut!
.
."Calon mantu Mama udah datang! Ayo sini masuk sayang!" teriak Tari dan berlari menghampiri Alara dengan begitu semangat. Alara hanya tersenyum manis sambil menyalami tangan Tari.
Melihat itu Elvano mendengus. Ia memarkirkan mosa di garasi setelah sopir Taksi tadi pergi.
"Ayo sayang kita masuk!" ajak Tari menarik tangan Alara untuk masuk dan mengabaikan keberadaan Elvano.
"Cih!" Elvano berdecih karena ia diabaikan oleh Mamanya. Namun, Elvano tetap mengikuti mereka dari belakang.
Alara sangat kagum melihat rumah yang ia masuki sekarang. Rumah berlantai dua itu sangat jauh berbeda dengan rumahnya yang sederhana.
Sampainya di ruang keluarga, Alara membeku di tempat saat melihat siapa saja yang berada di ruangan itu.
"Woaaahhh! Dari mana aja lo, El?" teriak salah satu di antara lima orang di sana. Dia Galih Saguna.
"Pake nanya lo, Gal! Ya jelas jemput calon istri lah!" sahut Eki. "Yang udah punya calon, mah, beda!" lanjutnya.
"Nanti malam matahari terbit," balas Elvano ngasal.
"Alara nggak usah dengerin makhluk itu ngomong. Kita pergi aja dari sini," ajak Tari menarik Alara menuju dapur. Alara hanya tersenyum kikuk.
Setelah kepergian Alara dan Tari, sahabat Elvano yang terdiri dari Dylan, Zayden, Eki dan Galih pun menatap Elvano dengan pandangan yang berbeda-beda. Eki dan Galih yang memandang Elvano dengan tatapan jail, Dylan dan Zayden menatap Elvano dengan bertanya. Sedangkan satu orang lagi terlihat cuek sambil memakan kacang kulit yang sudah disediakan Tari. Rayyan.
"Apa lu?" sengit Elvano pada Galih yang menatapnya dengan jail.
"Nggak niat kenalin calon bini ke kita-kita nih brok!" seru Eki.
"Gue aja kagak kenal," balas Elvano males. Tak urung ia duduk di karpet dan bergabung dengan mereka.
"Macaa ciih?" goda Eki sambil mengedipkan matanya.
"Jijik!" desis Elvano.
Di dapur Tari dan Alara mulai mengobrol. Tari sangat cerewet dan terus bertanya banyak hal kepada calon menantunya. Alara menjawab dengan sepengetahuannya.
"Kita masak, ya, La. Setelah ini kita makan bersama," ajak Tari merangkul bahu Alara.
"Iya, Tente."
"Alara suka makan apa?"
"Aku suka makan apa aja. Asal itu halal," jawab Alara terkekeh.
"Mulai sekarang panggil Mama aja. Jangan panggil tante lagi, biar sama kayak Elvano."
"Hehe iya Ma-mama," jawab Alara gugup.
"Kalo Elvano itu suka pilih-pilih makan, La. Dan yang paling ditakuti anak itu adalah ceker ayam," ungkap Tari tertawa.
"Ceker ayam?"
"Iya haha. Dia takut sama ceker ayam, La. Pernah waktu itu dia sampe demam gara-gara mama masakin dia ceker ayam." Alara hanya tersenyum menanggapi. Sepertinya Elvano orang yang unik.
"Kak Elvano punya pantangan makanan gitu nggak, Ma? Karena elergi gitu?" Alara mulai memberanikan diri untuk bertanya tentang Elvano. Ia harus tau tentang calon suaminya, jangan sampai saat menikah ia berbuat kesalahan fatal. Memberikan Elvano makanan yang buat dia Elergi misalnya.
"Hmm ... nggak ada kayaknya kalo elergi. Tetapi, Elvano nggak suka makanan pedas. Dan yang tadi itu hihi, takut ceker," bisik Tari.
"Besok kalo kalian udah nikah, kamu harus banyak sabar ya, La. Elvano itu nyebelinnya masyaAllah. Mama sering darah tinggi gara-gara dia," kata Tari
KAMU SEDANG MEMBACA
TERATAI
SpiritualBagaimana kehidupan Alara menjadi seorang istri yang seharusnya dituntun oleh sang suami, tapi ia justru yang menuntun? ━━━━━⋇⋆✦⋆⋇━━━━━ *•.¸♡𝐓𝐄𝐋𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓♡¸.•* ᵀᵉʳˢᵉᵈⁱᵃ ᵈⁱ ˢʰᵒᵖᵉᵉ ᴸᵒᵛᴿⁱⁿᶻ ˢᵗᵒʳᵉ ━━━━━⋇⋆✦⋆⋇━━━━━ "Jika Ummu Sulaim menolak kare...