TERATAI 27

67.8K 7.6K 1.3K
                                    

Alhamdulillah update!
Kangen anakku yang satu ini🤭

Vote dulu terus absen yang udah hadir.
Aku maksa, nih!

“Ucapan yang refleks itu biasanya mengutarakan isi hati yang seorang rasakan. Tanpa sadar ucapannya itu sudah mencerminkan karakternya.”

.
.
.

"Masya Allah, pagi-pagi seger banget liat pasutri baru ini. Ya Allah, aku jadi pingin ...."

Alara langsung menarik tubuhnya dari pelukan Elvano. Ia menatap Mama mertuanya dengan canggung.

"Eh, Mama?" sapa Alara, lalu berdiri dan menyalami Mama mertuanya.

"Mama ngapain ke sini pagi-pagi?" tanya Elvano sedikit sebal. Ia kembali duduk di kursi dan melanjutkan sarapannya.

"Mama cuma sebentar kok, maaf kalo ganggu kalian lagi nganu. Cuma buat mastiin aja, mantu mama baik-baik aja dan dikasih makan apa nggak sama suaminya," jawab Tari menyindir.

"Ck, yakali aku kasar. Elvano nggak pernah kasar sama perempuan," cibir Elvano.

Positif thinking aja, mungkin dia lupa kejadian tadi pagi sudah mendorong Alara hingga terjungkal.

"Ya udah, sepertinya hubungan kalian udah semakin baik. Mama nggak khawatir lagi kalau gitu," ujar Tari mengusap lengan Alara.

"Hm ...." Elvano mengusap pipinya.

"Ma ...." Lagi-lagi Elvano menjeda ucapannya.

"Apa? Kamu mau ngomong apa? Minta duit? No, cari sendiri," ujar Tari.

"Ck, nggak pernah berprasangka baik sama anak sendiri," cibir Elvano.

Tari tertawa mendengar itu. "Kamunya yang bikin Mama suudzon mulu. Biasanya kamu, tuh, bikin onar! Bikin kekacauan di jalanan! Bikin masalah sama dosen! Jadi gimana mama mau husnudzon sama kamu," balas Tari.

Elvano menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ini beda, Ma," katanya. Elvano menyingkirkan piring bekas sarapannya, lalu berdiri menghampiri Tari yang masih berdiri bersama Alara.

"Itu piringnya kalau habis makan diberesin, bantu kurangin pekerjaan istri kamu," tegur Tari.

Alara langsung menggeleng. "Enggak apa-apa, Ma. Biar Aku yang beresin, itu udah menjadi tugas aku," ucapnya.

"Huh, beruntung banget kamu, El," sindir Tari.

"Iya beruntung," Jawa Elvano memutar bola matanya malas.

"Duduk dulu, Ma. Aku bikin teh--"

"Eh, nggak usah sayang. Mama cuma sebentar kok. Ini mau langsung pulang," potong Tari.

"Sayang sayang sayang sayang," celetuk Elvano yang berjalan menuju ruang depan.

"Apa? Cemburu?" sewot Tari pada anaknya itu

Elvano bergidik. "Apaan cemburu?" elaknya.

"Terserah kamu. Ya udah, Mama pulang dulu ...."

"Alara, mama pulang dulu, ya. Kalau Elvano nakal, jewer aja telinganya sampai putus, kalau perlu sunat aja lagi," pesan Tari melirik anaknya yang berada di ambang pintu. Elvano membalas tatapan Mamanya dengan sinis.

"Hehe, kak Elvano nggak nakal kok, Ma. Cuma nyebelin dikit," jawab Alara terkekeh. Elvano mendelik ke arah istrinya itu.

Lama-lama keluar, tuh,  mata si Elvano.

"Aku belum selesai ngomong yang tadi," celetuk Elvano.

"Mau ngomong apa, sih, anak ini?" heran Tari.

"Aku udah dapat pekerjaan ...."

TERATAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang