TERATAI 13

65.8K 8.3K 1.4K
                                    

Aku update-nya setelah Shubuh.

Kalau kalian bacanya jam berapa?

Kalian suka warna apa?

Seperti biasa tembuskan target, supaya up bisa dipercepat

.
.
.

Saat ini seluruh keluarga sudah berkumpul di ruang makan, tak terkecuali pengantin baru yaitu Elvano dan Alara.

Sudah dua menit, makan malam belum juga di mulai. Semua pasang mata masih menatap pasangan baru dengan berbagai macam tatapan. Alara hanya menunduk karena suasana sangat canggung menurutnya. Lain lagi dengan Elvano yang mulai jengah.

"Nunggu apa lagi?" celetuknya Elvano dengan nada kesal.

"Elvano enggak mau. Ya udah, Papa aja yang nikah sama gadis itu. Yang nabrak, kan, Papa. Bukan aku!" Abi bersuara meniru kata-kata Elvano saat ia menolak menikah dengan Alara kala itu. "Enggak mau enggak mau, akhirnya juga peluk-peluk," sindirnya melirik Elvano dengan tampang mengejek.

"Apasih, Pa? Siapa yang peluk-peluk?" elak Elvano.

"Tadi apa, ya, Ray? Kok mirip Elvano sama Alara, ya?" celetuk Lena pura-pura berpikir.

"Enggak ada peluk-peluk. Bunda udah lapar, kan, Bunda?" Elvano mengelak dengan mengalihkan pembicaraan.

"Ekhem, caper ke mertua dulu," sindir Rayyan. Namun, matanya fokus ke layar ponsel.

"Apa lo?"

"Diam. Kalian nggak malu? Ini rumah orang," tegur Tari.

Mereka semua terdiam. Maria terkekeh melihat wajah galak Tari. "Kamu galaknya gak berubah, ya, Tar."

"Galak banget Tante," sahut Lena.

"Hayooo! Tadi peluk-peluk, sekarang lirik-lirik!" seru Abi karena tak sengaja melihat Elvano melirik Alara yang duduk di sampingnya.

"Enggak ada peluk-peluk!" bantah Elvano seraya memutar bola matanya malas.

"Alara," panggil Abi.

"Iya, Pa?"

"Tadi Elvano benar meluk kamu?"

Alara langsung menoleh ke arah Elvano yang ternyata memperhatikan dirinya.

"I-iya."

"Nah! Alara aja jujur," ujar Heris tertawa dan diikuti yang lain.

Elvano mengumpat dalam hati. Ia mendelik ke samping, tepatnya ke arah Alara. "Lo kenapa jawab iya? Enggak malu, lo?"

Elvano merasa dongkol kepada Alara. Ia gengsi menjawab iya, mau ditaruh di mana mukanya yang awalnya menolak mentah-mentah menikah dengan Alara.

"Nyatanya begitu, kak." jawab Alara.

"Sudah-sudah. Lupakan aja, biarkan menjadi urusan mereka. Sekarang kita makan," ujar Maria menyudahi acara salah-menyalahkan.

Mereka mengambil porsi masing-masing, kecuali Alara dan Elvano. Alara melirik Bundanya. Seolah mengerti kode dari Maria, Alara segera meraih piring yang masih kosong di depan Elvano.

"Eh, ngapain lo?!" tanya Elvano nyolot.

"Santai kali, Bang. Dia mau ngambilin buat lo," cetus Rayyan. Benar saja, Alara mengambil nasi serta lauk-pauk untuk Elvano tanpa makanan yang pedas.

"Kok lo tau gue nggak suka pedas?" bisik Elvano. Bisa diledek jika Lena mendengar hal itu. Sayangnya Tari di sebelah Alara dapat mendengarnya.

"Apasih yang Alara nggak tau tentang kamu, justru kamu yang nggak tahu-menahu tentang Alara," jawab Tari.

TERATAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang