i. awal yang panas
__
Sinar matahari menyelip masuk kamar melalui gorden yang terbuka. Seakan cahaya ultraviolet itu ingin melihat sepasang wanita yang kini tertidur di bawah selimut dengan kondisi tak mengenakan sehelai benang pun yang menempel pada dua insan tersebut.
Wanita berkulit putih itu mengerayang. Matanya dengan pelahan terbuka. Selama menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina cantiknya ia melihat jam yang ada di dinding marmer abu mewahnya.
Terlihat seseorang lainnya yang masih nyenyak dengan alam mimpinya. Diam-diam senyumnya terbit selama mengamati wanita berkulit tan itu. Matanya melirik bibir ranum itu, sekelibat ingatan panas tentang semalam muncul membuat dirinya kembali merasakan panas di sekujur badannya.
'sialan' umpatnya dalam hati.
Tak tahan, wanita berkulit putih itu memajukan badannya dan mulai melumat lembut bibir yang terlihat memohon untuk jelajahi itu.
"Ugh..."
Sudut bibirnya tertarik begitu menyadari lawan mainnya mulai membalas ciumannya. Kepalanya memiring mencoba untuk memasukinya lebih dalam.
Hingga tepukan di bahu membuat dirinya mau tak mau mundur dengan nafas terengah. Matanya masih menatap sayu wanita bermata hazel itu.
Cukup diam beberapa menit, ia kembali memajukan dirinya dan mulai menciumi Luna dengan tidak sabaran. Tangan kirinya sudah mengerayangi dada yang sangat pas digenggamnya itu. Tangan kanannya mendorong tengkuk Luna agar ciumannya lebih dalam.
Ciuman wanita itu turun menuju dagu Luna, seolah mengigit sesuatu yang tak bisa dilewatkan. Kemudian turun lagi menuju leher dan menghisap kecil beberapa bagian di titik kelemahan lawannya.
"Ahh...Sya..."
Suara leguhan membuatnya semakin semangat, ciumannya terus turun hingga ke dada. Lidahnya memutar, memilin, dan menari dengan terampil di puncak sana.
Tiba-tiba saja pundaknya ditarik. Heran sebentar, lalu kembali tersenyum, memajukan wajahnya menuju Luna.
"Hahh ... gu-gue ada kuis satu jam lagi..." bisik Luna menahan kepala Sasya dengan nafas terengah. Matanya terpejam.
Raut kecewa tak bisa disembunyikan dari wajah Sasya. Libidonya sudah mencapai puncak, tubuhnya sangat panas, ia butuh pelampiasan.
Dengan segera ia menciumi setiap sudut wajah Luna. Mulai dari dahi, mata, hidung, pipi, dagu dan bibir. Mendiamkannya sebentar di area terakhir, kemudian mengangkat wajahnya.
"Sebentar aja ya?" bujuknya dengan padangan sayu.
Suasana hening, hanya terdengar lenguhan dari Luna karena Sasya kini sedang menjilati cupingnya. Luna tak bisa diam, sensasi geli di telinganya menjalar menuju perutnya. Ditambah kata-kata kotor dari Sasya mampu memancing nafsunya kembali ke puncak.
"Di kamar mandi." putus Luna yang langsung di setujui oleh Sasya. Mereka pun kembali berciuman sepanjang jalan ke kamar mandi. Dan kembali menuntaskan syahwatnya lebih panas dalam waktu yang singkat, keterbatasan waktu membuat kedua insan ini harus bisa menuntaskan nafsunya dalam hitungan menit. Yang diakhiri hampir terlambatnya Luna masuk ke kelasnya meski ia sudah berusaha secepat mungkin.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] LunaSya
Teen Fiction[ Lunatic Series #1 ] Dua wanita dengan kepribadian sama saling memutuskan untuk menjadi pemuas satu sama lain. Jika Luna membutuhkan Sasya maka Sasya akan segera meluncur ke tempat wanita bergigi kelinci itu, pun sebaliknya. Kegiatan itu berjalan...