iii. kilas peristiwa__
"Ahh ... Syahh ...."
Suara leguhan terdengar jelas di kamar kedap suara milik Sasya. Terlihat wanita yang berada di bawahnya mencengkram seprai putih itu dengan seduktif, menyebabkan libido Sasya semakin berada di kasta tertinggi.
"Bring my name, Baby!" titah Sasya memperlambat gerakan jarinya yang semakin terjepit pertanda wanita di bawahnya akan mencapai puncak.
"Syahh fuck mehh please!"
Mendengar permohonan itu Sasya pun kembali mempercepat jarinya yang berada di surga wanita itu. Merendahkan dirinya dan kembali menyedot dada kembar Luna dengan semangat, semakin keras teriakan sang submisiv semakin semangat pula ia mencoba membawanya lupa daratan.
Kepala Sasya ditarik. Dibawanya oleh Luna untuk menyembunyikan wajahnya yang merah padam pada leher sang dominan. Namun, Sasya melepaskan geleyotan Luna dan menatap wajah Luna yang kini melihat ke kanan kiri dengan nafas tersengal yang beneran membuat dirinya sangat horny.
"Look at me, Sayang!"
"Perlihatkan wajah nakalmu!"
"Beri aku kenikmatan dari surgamu, Baby!"
"Gue suka banget sama dada lo.""Be-berhentihh menggoda ku brengsek!"
Sasya selalu suka setiap umpatan yang keluar dari mulut Luna. Membuatnya semakin tambah bergairah. Jarang wanita di bawahnya ini berbicara binal atau kasar.
Suasana semakin panas, padahal pendingin ruangan ini sudah di atur sedingin mungkin. Namun rupanya dinginnya ac dikalahkan oleh atmosfer yang dibuat oleh dua hawa itu.
Luna semakin mengapit jari Sasya yang ada di bawah. Badannya mulai membengkok patah. Mengerti akan pertanda ini Sasya membawa pandangan Luna untuk menatapnya. "Buka matamu! Tatap aku!"
Sekuat tenaga Luna mencoba membuka matanya, namun tak bisa. Ini terlalu nikmat, rasanya ia terbang ke langit. Merasa dirinya tak lagi ada di bumi setelah keluarnya semburan di bawah sana. Nafasnya tersengal. Belum lagi kini ia merasakan geli di kewanitaannya sebab Sasya tengah memakan lahap cairannya. Sikap yang selalu membuat Luna malu sendiri.
"Sya...."
Luna menahan bahu Sasya yang kini terlihat ingin 'memakan' bibir bengkaknya. Terlihat bahwa mata Sasya masih kian berkobar oleh gairah, malah lebih ganas dari yang pertama. Namun ia sudah tak sanggup meladeni lagi.
"Udah dulu ya, lo mau bunuh gue atau gimana?"
Sasya terkekeh, kedua tangannya masih berada di antara kepala Luna. Tersenyum miring sebelum berkata. "Bunuh dengan sejuta kenikmatan, why not?"
Luna nanap, "Gue capek. Kita main udah lebih dari 4 jam. Gila!"
Sasya mendekatkan mulutnya ke telinga Luna. Perkataannya membuat Luna tak karuan, "Iya, gue gila kayanya. Setiap liat lo gue bawaannya laper terus," Kemudian mengulum cuping Luna, yang membuat wanita dibawahnya itu kembali pasrah akan digagahi lagi oleh wanita di atasnya.
***
Dering telepon membuat Luna membuka mata, tanganya menelusuri nakas dengan mata yang masih memejam. Setelah menemukan barulah ia membuka mata. Melihat call id-nya lalu mengangkat panggilan itu.
"Iya"
"Hah?"
"Engga, gue ga ikut."
"Ok, bye. Have fun."
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] LunaSya
Teen Fiction[ Lunatic Series #1 ] Dua wanita dengan kepribadian sama saling memutuskan untuk menjadi pemuas satu sama lain. Jika Luna membutuhkan Sasya maka Sasya akan segera meluncur ke tempat wanita bergigi kelinci itu, pun sebaliknya. Kegiatan itu berjalan...