iv. Sasya Febriana

8.5K 328 3
                                    

iv. Sasya Febriana

__

Nafas memburu menjadi soundtrack kamar hotel bernuansa ungu ini. Desahan wanita menggema meminta untuk disodok lebih dalam. Tangan sang dominan menghentakan kasar pada lubang intim itu.

Ia mengulum bibirnya, wajah datarnya sangat menikmati ekspresi wanita yang lebih tinggi darinya itu.

“Hahh.. gue.. shhh.. mau.. keluar..!” teriaknya diakhir kalimat. Sedangkan Sasya masih mengocok vagina yang telah mengalir cairan deras berwarna putih itu.

“Teriakin nama gue.”

Wanita itu mengeliat, meneriakan nama Sasya begitu jari itu bertambah menjadi tiga dan dihentakan begitu keras oleh lawan mainnya. 

“SASYAHH!!” teriak wanita blonde sambil memeluk Sasya erat.

Sasya menghentikan kocokannya, secara perlahan ia mengeluarkan jarinya. Dilihatnya, bacek. Pemandangan itu mampu membuat sudut bibirnya tertarik ke atas.

Matanya melirik ke dinding. Pukul 5 pagi. Itu artinya mereka telah main selama 7 jam. Sasya turun dari kasur, mengenakan pakaian atasnya dan berjalan menuju toilet.

Wanita itu tertidur saat Sasya kembali ke kamar. Di letakannya lembaran uang untuk wanita yang ia lupa siapa namanya itu sebelum ia keluar dari deluxe room itu.

Ia membawa mobilnya menuju rumah yang ada di sebuah perumahan mewah. Tersenyum kecil ketika menutup telepon. Lalu memarkirkan mobil Acura NSX berwarna merah itu dipelataran halamannya.

“Abis ons lagi lo?”

Sasya menghentikan langkahnya ketika pria hidung mancung itu bertanya, tubuh tegap pria itu tiba-tiba membuatnya kembali bergairah. Ia pun mendekat, duduk di pangkuan sang pria dan melingkarkan tangan di leher sang pria.

“Kok lo wangi?” tanya Sasya sambil mengendus leher Indra. Menyesapnya dan tersenyum ketika melihat tanda merah keunguan disana.

“Ugh.. bener-bener brengsek ya lo...”

Sasya tersenyum miring, memegang rahang tegas pria di hadapannya.

“Shit!” umpat pria itu sebelum memakan bibir tipis Sasya dengan rakus.

Suasana semakin panas. Tangan Indra sudah menjamah payudara Sasya yang masih tertutup kain. Ciuman Indra turun menuju leher sang wanita. Menyesapnya dibekas hisapan yang nampak baru saja dibuat juga.

Sasya menghentikan tangan Indra yang ingin mengangkat bajunya. Kemudian berdiri. “Gue kan mau senang-senang ke sini.”

Indra mendengus, meski tau ujungnya akan seperti ini tetap saja ia kesal. Sangat jarang bagi mereka akan sampai ke ranjang sungguhan. Jika berhasil, Indra sangat beruntung. Permainan wanita di hadapannya ini membuatnya merasa di bawa ke dunia lain.

“Lo bener-bener brengsek. Yang bener aja anjir! Udah mah gue dikasih bekasan orang lain banget, eh, ga jadi. Bangs—” ucapannya terhenti saat menyadari sedang berbicara kepada siapa ia saat ini. Menggaruk tengkuknya kikuk dan memamerkan bentuk jari V kepada Sasya.

“Solo aja sono.”

Indra menatap mohon kepada Sasya, siapa tau rasa iba wanita itu masih ada. Namun ia harus mendengus kecewa ketika mendapatkan balasan.

“Sewa jalang. Lo ga akan jatuh miskin buat sewa satu.” ucap wanita itu lalu meninggalkannya dalam keadaan dongkol setengah mampus. Jika sudah begini terpaksa ia harus bermain dengan sabun.

***










Sasya terbangun dengan keadaan yang sepertinya sangat baik. Hingga senyum cantik terbit dari wajah yang jarang mengembang itu. Ia berjalan ke kamar mandi, 20 menit kemudian keluar dengan keadaan yang sangat segar.

Wanita bermata hitam itu mulai memasak untuk satu porsi dan mulai memakannya. Sejak kegiatan bersenang-senangnya usai ia langsung pulang menuju apartemen pribadinya.

Sasya menempelkan jarinya ke sensor penjaga keamanan ruangan kerjanya. Segera memasuki setelah pintunya terbuka. Jarinya sedikit menggeser tumbuhan yang terbuat dari kaca, membenarkan karena miring. Duduk dan mulai menyalakan komputernya. Mengecek email dan memeriksa jadwalnya untuk satu minggu kemudian yang dikirim dari orang terpecayanya.

Ponsel bergetar, pesan yang memang sengaja tidak dimute, terlihat balasan dari Luna.

Ponsel bergetar, pesan yang memang sengaja tidak dimute, terlihat balasan dari Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dirinya tak membalas lagi pesan itu. Kembali fokus ke komputernya hingga suara telefon berdering dengan nyaring kembali berbunyi.

“Hmm”

Diliriknya jam transparan di ujung meja. Sudah pukul setengah delapan malam.

“Udah.”

“Makan.”

“Iya, gue udah makan.”

“Ok.”

Telepon tertutup. Sasya menatap monitornya. Sesaat kembali menyelesaikan pekerjaannya yang sedikit lagi. Di hiraukannya bunyi perut yang kini tengah berbunyi. Memang ya, jika diingatkan pasti akan langsung terasa. Aneh.

Tiga puluh menit kemudian dirinya merenggangkan badan. Mematikan komputer dan keluar dari ruangan bernuansa monokrom itu. Berjalan ke dapur dan memasak kemudian makan.

Dirinya membersihkan badan. Saat matanya ingin terpejam ia mengingat sesuatu, kembali mengecek ponsel, namun tak seperti yang diharapkan. Sedang lamat mengamati roomchat, pesan dari nomor lain masuk. Membuatnya diam sebentar, kemudian membalasnya.

Sasya menutup ponselnya. Langsung menaruhnya di nakas dan menarik selimut agar tubuhnya yang dingin menjadi hangat. Matanya lambat laun terpejam. Mimpi yang berulang kembali terulang.

[]

[M] LunaSyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang