xxiv. hangat kembali
___
♪
love maybe - secret number
___"Syaa, cuciin sayurnya!"
Yang diperintah pun langsung menurut dan berjalan ke kamar mandi dengan baskom berisi berbagai sayur di dalamnya.
Aroma dari tumis bumbu halus, kayu manis, cengkih, serai, lengkuas, daun jeruk, dan daun salam mulai menguar dari penggorengan.
"Udah, terus?"
Luna menoleh, Sasya sangat terlihat imut dengan rambut di kuncir kepangnya. "Duduk aja, lo kan ga bisa masak."
Sasya mencibir, wajahnya dibuang ke samping. "Ya makanya ajarin!"
"Yakin Mbak Sultan?"
"Ish, jangan panggil gue begitu. Ngeyel banget sih lo!"
Luna mengangkat wajan dan menyiramkan isinya pada panci lain yang berisi daging sapi yang sudah dicampur bumbu lain. "Yaudah sini."
Sasya dengan semangat langsung menghampiri Luna. Berdiri di depan Luna. "Ini ga akan meledak, 'kan?" tanyanya takut-takut.
Luna tertawa dan menggeleng tidak percaya. "Haha sangar doang, beginian takut."
"Gue nanya, jawab yang bener!" jawab Sasya yang sebenernya menahan malu. Orang dia cuman berani bikin salad atau manggil orang buat masakin dia!
"Engga, aman. Nah sekarang lo masukin garem," perintah Luna yang tadi sudah memasukan santan dan pala bubuk.
"Yang mana?"
Luna terperangah, "Hah?"
Sasya berdecak, "Garem yang mana?" tanyanya lagi. Dihadapannya sudah ada 2 wadah yang isinya hampir sama-butiran serbuk berwarna putih, seperti sabu saja, ehh.
"Ck, dasar anak mamih lo!" Mengambil toples yang padatannya lebih berantakan dari toples yang lain.
"Lo SMA jurusan apa sih?" tanya Luna sambil menaburkan sedikit garam.
Sasya masih memperhatikan Luna yang kini mengambil toples di sebelah toples garam tadi dan menaburkan isinya ke panci, matanya mendelik-- kalau gitu kenapa tadi ga nyuruh dua-duanya aja!? Ah, udah kepalang malu.
"Gue sekolah internasional kali, mana ada jurusan yang lo maksud."
Luna mendelik, "Terus? Lo ambil mapel kimia gak?" Merapatkan pelukan pada Sasya, dagunya bertumpu pada bahu Sasya. Matanya memperhatikan soto betawi setengah jadi di atas kompor.
"Masuk dong, but emang ada hubungannya?!"
"Ya ada lah, garam kan senyawa NaCl. Masa lo gatau. Suka bolos ya lo? ck ck."
Sasya sangsi. "Idih, gue udah lupa kali ... Bentar, bukannya lo anak IPS?"
Luna memamerkan senyum sombongnya. "Luna gitu lho! Gu ..."
" ... Udah ga perlu dilanjut, males gue denger lo pamer." potong Sasya skeptis, berbalik dengan sikapnya yang semakin menyenderkan kepalanya pada bahu Luna.
Keduanya terdiam dengan suasana yang sangat hangat. Senyum tak hilang dari bibir Luna. Hari ini dia memang ada cuti dari kantornya dan tanpa pikir panjang dia pun langsung melajukan kakinya ke kos, apalagi kalau bukan tidur tujuannya. Namun tak terlaksana, karena Sasya tiba-tiba saja datang dan memintanya untuk memasak. Walau awalnya ogah-ogahan, dia kini sangat menikmati situasi ini.
"Emang harus ditunggu di depan kompor banget ya?"
Luna terkekeh, memasang senyum yang hanya bisa diterjemahkan olehnya. "Iya, apalagi sambil pelukan, bisa cepet Mateng."
Sasya menoleh, "Jangan nipu lo!"
Luna mencium ujung bibir Sasya. "Emang bisa gue nipu lo?"
Sasya melepaskan pelukan. Berjalan ke arah sofa dengan cepat dan menyalakan televisi. "Yaudah, lo aja yang nunggu, gue mau netflikan."
Luna menggeleng, dia juga tersenyum. Tadi dia melihat wajah itu memerah, matanya ga bermasalah, kan?
Tak ingin terlalu larut, kemudian Luna mulai mengangkat panci dan mengambil beberapa centong soto untuk dimasukkan pada mangkuk cap ayam.
Luna mulai memasukan seluruh sayur pada satu tempat. Menambahkan sejumput lada dan garam. Lalu membuat saus untuk menu selanjutnya.
"Mau bikin apa?"
Menoleh kecil ke arah Sasya yang memperhatikannya dari sofa, dia tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya. "Salad sayur," Luna menaburkan saus ke dalam salad. "Sini bantuin tata piringnya."
Sasya melompat dan langsung mengambil alih mangkuk dan piring yang sudah dibawa Luna. Meletakannya di sofa karena harus mengangkat karpet merah itu dulu. Baru deh menyusunnya di depan tivi.
Luna menatap Sasya yang sedang mencoba soto buatannya. Kalau boleh jujur, hatinya berdebar karena sudah lama tak masak menu itu.
Sasya masih berlagak menilai. Mencoba menyelami rasa, padahal mah dia ga tau pake bumbu apa aja di situ. "Wow, gue baru cobain soto betawi. Enak ternyata." Lalu menguyupnya dengan rakus.
Luna tersenyum lega. Hangat menjalar dari dada hingga pipi. Entah mengapa dia jadi salting sendiri. "Ekhem.. Lo harus pake nasi sih!"
Sasya menatap heran, bibirnya terdapat noda kuning. "Hah?"
Wanita bergigi kelinci itu tersenyum, "Biar khas kaya orang Jakarta, lah!" katanya sambil menambahkan nasi pasa piring kosong. "Cobain,"
"Bb gue!" ucap Sasya sambil menatap ngeri pada nasi dan soto.
Luna tertawa, "Buat kali ini, ayo cobain surga dunia!" Mengambilnya dan menyuapi pada Sasya.
"Surga dunia mah elo." ucapnya sebelum menyambut suapan Luna.
Luna kini merasakan panas di wajahnya. Senyumnya terpampang jelas. Dia tak mau menutupinya, setidaknya untuk hari ini. "Lo mengakui kalau gue indah."
Sasya mendelik. "Ya, ya, buat gue doang." ralatnya sangsi sambil menyendokkan kembali menu itu pada mulutnya.
Sore itu mereka habiskan dengan menonton film dan berpelukan di sofa. Hening sudah menjadi teman setia mereka ketika sedang berduaan, selain panas dan gairah. Berada di pelukan Sasya, Luna merasa sangat aman. Sudah dibilang, 'kan? Bagaimanapun Sasya tetap menjadi rumah ternyamannya. Biarlah, dia hanya ingin menikmati masa ini. Masa dimana Sasya masih tergila-gila akan tubuhnya dan tidak mencari raga lain. Biarlah Luna dianggap bodoh. Tak apa. Luna tetap senang.
[]
Kunjungi juga guys cerita gue yang lain, di aplikasi NovelToon!
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] LunaSya
Teen Fiction[ Lunatic Series #1 ] Dua wanita dengan kepribadian sama saling memutuskan untuk menjadi pemuas satu sama lain. Jika Luna membutuhkan Sasya maka Sasya akan segera meluncur ke tempat wanita bergigi kelinci itu, pun sebaliknya. Kegiatan itu berjalan...