v. lemahnya terhadap godaan

11K 354 7
                                    


vi. lemahnya terhadap godaan

__

Dinginnya angin malam yang menerpa Kota Budaya itu tak dihiraukan oleh kedua insan yang saat ini berjalan bersisian. Suasana sunyi hanya ada beberapa kendaraan yang melintas. Mungkin jika bergeser ke tempat wisata atau berburu kuliner akan lebih terasa hidup. Namun yang tengah hidup sekarang adalah hati salah satu insan yang kini terlihat tersipu malu dengan wajah datar karena diberi jaket oleh wanita lainnya.

"Mobilmu ada di sini?" tanya Luna dengan wajah heran yang dibalas anggukan oleh Sasya.

Sasya berjalan lebih dulu pada kos milik Luna. Meninggalkan wanita itu yang masih memperhatikan mobilnya di pelataran kos. Dirinya sengaja menyimpan itu di sana, pasalnya ia ingin mencoba menjemput wanita bergigi kelinci itu dengan berjalan kaki, walau jarak tak jauh.

Pintu terdorong setelah kuncinya dibuka oleh Sasya yang juga memiliki kunci kos Luna. Saking seringnya ia berkunjung ke ruang berpetak ini hingga Luna risih sendiri ketika diganggu jam tidurnya oleh gedoran Sasya.

Rahang Luna terjatuh ketika melihat kosnya sudah mirip seperti mini market. Harusnya ia sudah terbiasa dengan ini, namun nyatanya tidak. Bukannya merasa senang, ia lebih merasakan tidak enak.

"Gue kan udah bilang, berhenti bawa belanjaan ke sini."

Sasya yang tengah menonton televisi -yang dibawa olehnya juga- menoleh. "Emang kata siapa ini buat lo?" Kembali menoleh pada benda setipis kertas itu sambil membuka snack dengan gambar twitter itu.

Luna menghela nafasnya berat, memilih melenggang ke kamar mandi daripada berdebat dengan titisan Claire Underwood itu. Namun ia harus kembali ke luar karena rasanya kini ia sangat ingin mandi dengan air hangat. Memasukan air pada panci dan membawanya ke atas kompor. Kemudian berjalan ke karpet berbulu lembut itu, menyusul Sasya.

"Gajadi mandi?"

Luna merebut snack yang di pegang oleh Sasya membuat sang pemilik hanya mencoba mengatur emosinya. Kemudian memakannya sambil mengamati tivi yang kini tersiar sebuah drama korea. "Lagi pengen mandi air anget."

"Terus ngapain di sini?"

Luna menatap kesal Sasya. Tapi sedetik kemudian ia kembali tersadar bahwa kelas mereka berbeda, sangat jauh. "Nunggu airnya matang." Tunjuknya ke dapur dan dibalas anggukan oleh Sasya.

Suara teriakan pesanan pesanan menyapa, "Lo ambil, gih." titah Sasya seenak jidat.

Luna hanya bisa mengelus dadanya dan berjalan ke luar, kemudian kembali masuk setelah menerima pesanan.

"Pesen apa lo?"

"Makan, laper."

Luna mengangguk. Kemudian ke dapur untuk mengambil piring dan sendok. Lalu menyerahkannya pada Sasya. Kembali menidurkan diri di karpet.

"Ck, lo ikut makan."

"Oh.. lo beliin gue juga?"

Sasya tidak menjawab. Ia malah menyodorkan sendok yang berisi nasi goreng ke arah Luna.

Tak kunjung membuka mulut, ia pun berkata. "Buka mulut lo."

Luna pun membuka mulut. Bibirnya tertarik tipis selama mengunyah. "Is, yang bener aja satu sendok sama lo." ungkap Luna dengan ekspresi jijik.

"Biasanya juga tukeran saliva."

"Shh.. bahasa lo!"

"Ya jangan ngedesah gitu dong."

[M] LunaSyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang