ii. Luna Candrasi

17.3K 420 17
                                    


ii. Luna Candrasi

__

Musik akustik yang mengalun melalui speaker selalu terdengar, kumpulan raga yang sedang bercengkrama atau sekedar bersantai dan mengerjakan tugas memenuhi ruangan kafé yang cukup hits dikalangan penghuni kota pelajar itu.

Terlihat seorang wanita berambut layer classic sepunggung itu begitu lihai meracik kopi.

"Terima kasih." ucapnya ramah.

Hari sudah semakin malam, hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, yang artinya kafé harus segera tutup.

"Udah, beres-beres, euy!" titah pria dengan model rambut belah tengah itu. Mata bulatnya menjadikan ia nampak begitu berwibawa.

Para karyawan pun dengan cekatan menyapu, mengelap dan mengangkat kursi. Membersihkan area yang masih terbilang berantakan oleh sikap perfeksionis bos mudanya.

Hingga 20 menit kemudian barulah tempat benar-benar dikunci.

"Gue duluan bos Diko!" pamit Ilham yang sudah ada di atas motor bebeknya

"Saya juga, Bos!" Pamit Meli sambil menaiki motor bebek Ilham

"Ha ha berhenti panggil gue bos, panggil aja Diko. Seumuran kita." kekeh Diko sampai menyembunyikan mata bulatnya. "Oh, iya, Senin nanti kalian kosong ga? gue mau adain acara liburan buat karyawan disini. healing."

"Wisss, Si Bos gaul tenan!" puji Ilham lebay

"Ha ha pasti dong. Siapa dulu!" jawab Diko sambil mengedipkan sebelah matanya

"DIKO" timpal Ilham dan Meli dengan tawa, disusul oleh Diko dan Luna yang terkekeh.

"Jadi bisa gak?" tanya Diko setelah menurunkan volume tawanya.

"Bisa gue. Kamu gimana, Yank?" tanya Ilham sambil menoleh ke boncengan.

"Bisa kok! Kebetulan free."

Diko memamerkan gigi ratanya, menoleh ke Luna. "Lo gimana, Na?"

Semuanya fokus ke Luna. Menunggu Luna yang kini tengah berfikir dilihat dari gestur tubuhnya yang menutup rapat mulutnya sambil matanya menjelajah ke tanah. Bekerja di tempat yang sama setahun lebih membuat para pekerja dan pemilik usaha ini hafal dengan gelagat gadis itu.

"Bisa, Kak." jawab Luna sambil tersenyum simpul.

"Oke, deh. Yuk 3 hari lagi liburan. Semangat yaks!" Luna, Ilham, dan Meli pun menjawab dengan semangat, kecuali Ilham yang heboh sendiri. Kemudian pasangan itu berpamitan dan melajukan motornya menjauhi kafé.

"Na, mau bareng?"

Luna mengangkat pandangannya dari ponsel. Kembali menatap roomchat-nya dengan Sasya, menunggu konfirmasi apakah wanita itu jadi menjemputnya. Padahal dia sudah mengirimkan chat kepadanya satu jam yang lalu. Namun belum juga kunjung ceklis dua biru.

"Na?"

"Eh, iya Kak. Mmm...boleh." jawabnya dengan nada sumbang sambil memasukan ponsel pada saku.

Diko dan Luna pun berjalan ke arah parkiran dan kemudian memasuki mobil merah Diko. Suasana mobil senyap, hanya ditemani oleh radio yang kini memutar lagunya maximillian. Luna mulai bergumam mengikuti alunan musik.

I'm going crazy, stuck with your maybe
Left me in nowhere, my beautiful nightmare
Oh, my love when I look into your eyes
Girl, it gets me everytime
And I thought that you should know

Cool as a cold war, hot like a fever
I'm tryna hold on, 'cause, baby, I need ya

Luna menoleh ke arah Diko yang ikutan bernyanyi. Membalas senyuman pria itu.

You're so contagious, tell me I'll make it
Act like you don't know, I'm calling your Limbo

"Suka sama maximillian juga, Na?" tanya Diko meski lagu masih memutar musik yang sama.

"Iya," 

"But, you ok?"

Luna mengangkat sebelah alisnya, membuat lelaki di sampingnya menggigit dinding mulutnya gemas. Lelaki itu kembali memfokuskan diri ke jalanan.

"Maksudnya kan kebanyakan eum...'blue' liriknya."

Tawa kecil terdengar dari sang gadis. "Aman kok. Suka aja suaranya ringan dan easy listening."

Mobil berhenti di depan gerbang kos Luna. Tak perlu memerlukan waktu banyak terlebih dengan menggunakan roda empat. Jaraknya dekat.

Luna membuka sabuk pengamannya. Kemudian membuka pintu selepas mengucapkan terima kasih. Membuka gerbang ketika mobil sudah menghilang di ujung jalan. Memasuki kamar kos paling ujung dan mulai menidurkan tubuhnya. Rasanya terlalu lelah untuk sekedar mencuci wajah. Tidurnya hari ini kurang, terlebih tugas kampus sangat banyak, selepas itu langsung menuju ke kafé untuk mencari tambahan pendapatan.

Sekarang dirinya benar-benar menyebrang ke alam mimpi setelah mengecek ponselnya yang ternyata jajaran pesannya masih sama.

[]

[M] LunaSyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang