vi. indahnya kamu mengalahkan pemandangan

8.7K 279 6
                                    

vi. indahnya kamu mengalahkan pemandangan.

__

"WOAHH KEREN BANGET!"

Teriakan heboh Ilham menggema pada bentangan laut yang menampung air berwarna biru yang berada di depan mata memandang. Senyum dari ke empatnya tidak luntur sejak pertama menginjakkan kaki di camp ke-3. Rasa lelah karena harus duduk di atas kendaraan dan berjalan panjang seakan sirna digantikan oleh rasa kagum yang mengukum.

Kini pasangan Ilham dan Meli sedang berswafoto ria. Mencoba mengabadikan setiap sudut dari indahnya Bukit Pengilon.

Seorang pria bertubuh tegap menghampiri wanita yang tengah duduk dengan mata tepejam, semilir angin menjadikan anak rambut wanita itu berterbangan sehingga terlihat sangat indah pemandangan itu di mata sang pria.

"Suka?"

Luna membuka matanya. Menatap Diko yang tengah tersenyum dan duduk di sebelahnya. "Suka!"

Diko terkekeh, kemudian mengajak Luna untuk bergaya di menghadap lautan. Di aturnya cahaya dan ketepatan pada lensa analognya. Menjempretnya ketika merasa sudah sangat pas.

Diko mendekati Luna yang kini sudah kembali memandangi alam. "Sebelumnya ga pernah, 'kan?"

Luna menggeleng pelan dengan tatapan masih ke depan. "Syukurlah jadi gue ga salah."

"Bos Diko mah selalu benar!" ucap Luna santai tak tahu bahwa yang dipuji sudah memerah.

"Bos, mari selpi!" teriakkan Ilham mengambil atensi keduanya. Diko dan Luna pun mendekati pasangan bucin itu. Mereka mulai mengambil gambar dan vidio yang katanya untuk jadi kenangan. Meli heran sendiri melihat kehebohan sang pacar, mungkin ekspresi nya melukiskan, 'Kok gue mau pacaran sama modelan kek gini!'

"Wah, the best parah Bos. Liat sunset nya!"

Ke empat manusia dengan kisah yang berbeda pun mengamati indahnya langit biru yang kini terlebur dengan cantiknya jingga yang kembali menerpa.

Seakan ini adalah pemandangan yang langka, mereka tak sedikit pun mengindahkan pegalnya kepala karena melihat ke langitnya cakrawala.

Sekarang mereka tengah makan di sebuah warung yang ada di tempat itu. Mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum kembali menggempur medan jalan yang sempit.

Tawa canda terdengar memenuhi udara sepanjang perjalanan menuju tempat dimana ojek sudah menunggu untuk ditumpangi oleh mereka.

Diko adalah seorang pria berusia 23 yang kini memperjuangkan s2 di kampus yang sama dengan Luna. Dirinya bukanlah seorang pria yang bekerja untuk memenuhi kehidupannya. Orang tuanya terbilang terpandang dan kaya. Mungkin pria itu hanya ingin memulai sebuah usaha untuk mengisi waktu luangnya. Berbeda dengan para pekerjanya yang memang bekerja padanya karena tekanan ekonomi.

"Ekhm maaf, Kak.." Luna keluar dari pelukan Diko yang menahannya karena tadi ia terpeleset. Dirinya menahan malu setengah mampus karena kini dirinya digoda mati-matian oleh pasangan menyebalkan itu.

"Ha ha hati-hati dong. Sini pegangan." Tiba-tiba saja Diko mengambil tangan Luna dan langsung membawanya untuk berjalan di sisinya. Sesekali ia akan berhenti untuk memastikan Luna menginjak jalan yang benar.

"Aduh, berasa jadi penggiring penganten kita, Yank!"

"Bener, Yank. Harusnya bawa seserahan ini!"

Diko berdesis dengan mata menajam ke arah dua insan yang berisik di belakang itu. Luna di sampingnya seperti biasa hanya menatap lurus ke depan dengan mulut yang rapat tertutup. Namun jalannya semakin cepat, itulah yang membuatnya menghentikan godaan kawannya itu. Ia tak mau membuat Luna tak nyaman berada di sekitarnya.

[M] LunaSyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang