xxx. butterfly

3.6K 241 10
                                    


xxx. butterfly
___

"Lo gila, Sya!" Sasya hanya terkekeh pelan. Baru beberapa menit yang lalu mobil mereka berangkat, setelah memaksa Luna untuk naik tentunya. "Berhenti, gue mau kerja!"

Sasya melirik Luna yang memasang wajah kesal. "Tenang aja, ga akan dipecat ini."

Wajah Luna semakin kusam. "Tau dari mana lo?!"

"Perlu bukti? Nih telepon kantor lo." ucapnya sambil menyerahkan ponselnya pada Luna.

Luna mengambil ponsel itu dan langsung menelpon nomor kantornya yang sudah dia hapal di luar kepala. Dirinya hanya tercengang saat diberitahu bahwa dia sudah diberikan izin. Luna menatap tajam pada Sasya.

Sasya tersenyum miring. Mengeluarkan seringai khasnya. "Ngeraguin koneksi gue, hm?"

Luna membuang wajah, melipat ke dua tangannya di depan perut. Matanya menatap jalanan. Dia terlihat sangat kesal. Bagaimana tidak, Sasya menculiknya saat dia baru saja bangun tidur. Memaksanya untuk naik mobil dan langsung menjalankan mobil tanpa memberi penjelasan.

"Udah santai aja, sih. Gue ga akan bunuh lo ini."

Luna menoleh, "Idih sintai iji. Gie gi ikin binih li ini," paste Luna sambil memperagakan wajah mengejek. Kemudian dia tertawa sendiri. "Mana ada nyali lo bunuh orang!"

Sasya mengacak gemas rambut Luna sambil terkekeh. Melihat Luna menatap tajam dirnya malah semakin membuatnya tertawa. "Jangan gitu, ntar lo kebunuh,"

"Sama apaan? Lo? Haha"

"Sama pesona gue."

Otomatis Luna langsung memperagakan orang muntah. "Idih, ogah amat. Kaya ga ada cewek yang lebih cakep aja!"

Sasya memutar setirnya saat mereka memasuki kawasan bandara. Dengan lihai tangannya mengendalikan setir. Luna meneguk ludahnya melihat pemandangan itu. "Emang ada yang lebih mempesona dari gue?"

Lamunan Luna buyar. Memasang wajah sinis kembali, lantas menjawab. "Banyak. Salah satunya Mbak Dua Lipa."

"Kaya dia mau aja sama lo yang triplek."

Luna mendelik. "Triplek gini juga lo kecanduan!"

Mereka menaiki pesawat yang sudah Sasya pesan, mereka banyak mengobrol, tidak seperti biasanya. Mengobrol sampai tiba di tujuan. Berbagai ekspresi keluar dari wajah Luna. Pertama kali setelah berita kematian adiknya dia merasa hatinya benar-benar hangat. Seperti kue yang baru diangkat dari oven ....

***

Hamparan bunga dan rumput hijau tersebar di seluruh penjuru. Ada air pancur juga di depan sana. Luna menatap kagum pada tempat itu. Tempat yang dulu hanya bisa dilihatnya di internet. Tepatnya tempat wisata yang ada di kawasan Puncak, Sukabumi. Taman Bunga Nusantara.

"Bilang kalau ini pertama lo ke sini."

Luna menatap Sasya. Mendekap tubuhnya sambil membuang wajah. "Kalau gue bilang nggak?"

"Ya rugi lah gue!"

Mereka mulai berjalan memasuki kawasan taman yang berisi berbagai jenis bunga mawar. "Makanya apa-apa tuh bilang! Jangan sok misterius,"

Sasya mendelik, "Siapa sih yang sok misterius. Jawab aja, pernah ga ke sini?!"

Luna menoleh ke Sasya dan tersenyum sangat manis. "Untungnya, belom!" Lalu meninggalkan Sasya yang saat ini sedang memegang jantungnya yang berdebar kencang.

"Gue kenapa?" monolognya sebelum menyusul Luna.

Mereka pun saling mengejek dan beragumen selama melihat hamparan bunga itu yang ada juga dari negara lain.

[M] LunaSyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang