12 - Selamat Diva

120 25 7
                                    

Diva meletakkan kepalanya di atas meja karena pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diva meletakkan kepalanya di atas meja karena pusing. Upacara hari ini terasa menyiksa jiwa dan raganya. Bukan karena amanat yang panjang, tetapi teriknya matahari pagi membuat punggungnya seperti terbakar.

Diva memejamkan matanya, mencoba menghilangkan sakit kepala yang begitu menyakitkan. Apa lagi tadi pagi Diva kedatangan tamu bulanan yang sering melenceng dari jadwal biasanya. Jadi, hari ini Diva begitu tersiksa dengan nyeri ya g ada di dua titik, tetapi sakit di kepalanya lebih mendominasi.

"Astaga, Diva. Muka lo pucat banget, ke UKS aja, yuk," panik Celisa yang baru datang dari kantin dengan membawa roti isi dan teh hangat.

"Gue nggak papa," lirihnya.

"Diva, kalau lo sakit nanti latihan band bisa terhambat. Lo juga tahu, kan, kalau lomba di kabupaten akan segera dimulai dalam beberapa hari, masa lo sakit saat debut pertama di Charming. Pasti nggak mau, kan?"

Diva menegakkan punggungnya dengan tangan yang diletakkan di atas meja untuk menyangga kepalanya. Mungkin saja sakitnya itu efek dari asam lambung yang kumat karena tadi pagi Diva tidak sempat sarapan karena terburu-buru.

Diva menatap Celisa dan mengangguk, ucapan sahabatnya memang benar. Jika dia sakit, maka debutnya sebagai vokalis duet Charming akan gagal.

"Ya, udah, gue mau ke UKS dulu. Tolong izinin, Lis."

"Gue antar aja Div, takutnya lo pingsan."

"Nggak, tenang aja. Gue masih kuat."

"Lo yakin?"

"Iya. Sebentar lagi pelajaran akan dimulai, gue nggak mau gara-gara antar gue ke UKS lo malah telat masuk."

Celisa berdecak. "Kalau aja gurunya nggak killer, gue pasti maksa antar lo ke UKS."

Diva tersenyum tipis. Sahabatnya itu memang tidak bisa melihat dirinya kesulitan begitu juga sebaliknya.

"Jangan lupa izinin," pesannya pada Celisa sebelum pergi ke UKS.

"Oke. Hati-hati, Div."

Diva mengacungkan jempolnya sebagai tanda mengiyakan ucapan Celisa.

Dengan hati-hati, Diva melangkah menuju UKS yang ada di lantai bawah. Koridor juga sepi karena jam pelajaran akan segera dimulai, makanya mereka setelah upacara banyak yang kembali ke kelas dari pada mampir ke kantin. Apa lagi anak IPA, terkenal akan kedisiplinan serta keambisan, sudah pasti mereka semua di kelas tidak ada yang berkeliaran kecuali anak IPS termasuk Diva.

Tangan Diva mencengkeram pilar yang ada di koridor karena nyeri di kepalanya membuat dia hampir kehilangan keseimbangan.

Diva tahu dirinya hanya gadis yang memiliki penyakit asam lambung, tetapi Diva berusaha untuk tenang, meskipun penyakitnya kadang kambuh di waktu yang tidak tepat.

Sesampainya di UKS, Diva membaringkan badan di brankar pojok yang jarang digunakan. Alasannya agar saat ada yang masuk UKS, dirinya tidak terganggu.

Setelah memastikan tirai tertutup dengan rapat, barulah Diva menarik selimut dan memejamkan mata. Dia berharap saat terbangun rasa sakit di kepalanya hilang.

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang