35 - Retak (2)

430 37 45
                                    

Semalam, Raga sudah mengirimkan pesan padanya jika pagi ini ingin bertemu di rooftop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semalam, Raga sudah mengirimkan pesan padanya jika pagi ini ingin bertemu di rooftop. Sebuah berita bahagia saat pacarnya itu kembali mengirimkan pesan walaupun singkat.

Seperti yang Raga minta, Diva kini sudah ada di hadapan lelaki yang duduk dengan tenang di kursi kayu panjang. Kebetulan, hari ini Diva juga ingin membicarakan soal hubungan mereka.

"Kamu atau aku yang ngomong duluan?" tanya Diva, memecahkan kesunyian.

"Aku," jawab Raga.

Kemudian, Raga berdiri membuat Diva kebingungan.

"Mulai hari ini kita udahan."

Satu kalimat menohok yang melukai hati Diva di pagi yang cerah ini. Satu kalimat yang membuat kepercayaan dan semangatnya sejak semalam runtuh begitu saja.

"K–kenapa?"

Raga menatap Diva. "Karena gue nggak mau punya pacar yang jahat kayak lo."

"Maksudnya?"

"Gue tahu, kalau kemarin siang lo yang bully Lyra, kan?"

Diva menghampiri Raga. "Maksudnya apa, sih? Aku nggak tahu apa-apa."

Terakhir memang dia bersitegang dengan Lyra di koridor, tetapi tidak ada tindakan kasar, bahkan setelah dari koridor pun Diva kembali ke kelas.

"Nggak usah bohong, Div! Gue tahu semuanya! Lyra udah cerita kalau lo yang buat bully dia!" bentak Raga.

Diva tercekat. Selama mereka menjalin kasih, Raga belum pernah menunjukkan sisi amarahnya, tetapi sekarang di hadapannya, Raga membentak atas kesalahan yang Diva saja tidak tahu.

"Demi Tuhan, Ga, aku nggak tahu apa-apa. Aku memang bicara sama dia kemarin, tapi aku nggak bully dia. Kamu tanya sama anak-anak kelas lain, mereka saksinya, kok," bela Diva. Ia mencoba meraih tangan Raga, tetapi Raga menepisnya.

"Percuma, Div! Karena mereka di pihak lo! Jadi, gue mau kita udahan, itu juga karena kesalahan lo yang udah bully Lyra!"

"Gue nggak bully Lyra, Raga!" pekik Diva.

Cukup. Diva sudah lelah dengan semuanya. Ia sudah lelah untuk mempertahankan kalau dirinya baik-baik saja.

Netranya berkaca-kaca menatap Raga yang menatap tajam dirinya.

"Lo nggak mau dengar penjelasan gue sedikit pun, Ga. Lo nggak pernah tanya bagaimana keadaan gue dengan kehadiran dia. Lo pikir gue nggak cemburu? Hah?! Lo pikir gue baik-baik aja lihat lo sama Lyra gandengan tangan, ketawa dan berangkat sekolah bareng. Gue sakit hati, Ga!"

Diva mengusap air matanya. Ia benci harus terlihat lemah. "Gue butuh lo di saat penyakit gue kambuh, tapi lo sama dia! Lo yang jahat, Ga! Lo! Andai aja gue paham arti ucapan lo sebelum keberangkatan lo ke Singapura, mungkin gue nggak sesakit ini sekarang! Terlihat nggak tahu apa-apa, padahal lo yang sembunyikan semuanya!"

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang