37 - Keputusan Akhir

680 50 29
                                    

Netranya menatap ke bawah, tepatnya ke lapangan basket di mana ada Egra sedang bermain basket bersama ketiga sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netranya menatap ke bawah, tepatnya ke lapangan basket di mana ada Egra sedang bermain basket bersama ketiga sahabatnya.

Sejak obrolan di UKS Minggu lalu, dirinya merasa canggung saat bertatap mata ketika bertemu.

Egra, laki-laki yang telah mengambil pusat perhatian Diva. Bersama Egra, ia bisa melupakan rasa sakit hatinya yang pernah diterima. Egra adalah sosok yang begitu dewasa ketika diajak bertukar pikiran. Egra juga peka dengan sekitar.

Bukan hanya ucapan yang Egra berikan pada Diva, tetapi sebuah tindakan. Egra menghormati sebuah keputusan seseorang. Buktinya, Egra tidak pernah membahas soal perasaannya ketika bersama dirinya. Egra benar-benar bisa mengendalikan perasaannya yang Diva tahu itu sangat sulit.

"Lihatin siapa?" tanya Celisa. Sahabatnya itu ikut melihat apa yang Diva lihat. "Oh, Egra. Kenapa? Nggak enak karena udah nolak dia?"

Diva memang menceritakan tentang Egra di UKS pada Celisa, tentu saja respon Celisa sangat kesal karena Diva menolak.

"Bicara sama dia, sebelum terlambat," saran Celisa saat melihat Egra menghentikan permainan basketnya dan pergi.

Diva memejamkan matanya, menarik napas panjang, lalu beranjak pergi. Saat di koridor bawah, dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri koridor, tetapi tidak menemukan keberadaan Egra.

"Ke mana dia?" gumamnya.

Ketika Diva hendak pergi, matanya malah menangkap orang yang dicarinya sedang berjalan ke arah belakang sekolah.

Tidak ingin membuang waktu, Diva pun langsung bergegas mengikutinya. Entah apa yang terjadi padanya, tetapi Diva merasa kalau saat ini dia harus mengikuti apa kata hatinya.

Sampai di belokan koridor belakang sekolah, Diva dikejutkan dengan wajah seseorang yang di hadapannya.

"Astagfirullah!" kaget Diva sambil memukul lengan Egra yang tertawa pelan.

"Kaget, Div?" tanya Egra.

"Udah tahu jawabannya, masih aja nanya," dumel Diva.

"Maaf," ujar Egra. "Anyway, lo ngapain di sini?"

"Lo sendiri, ngapain di belakang sekolah?" Diva bertanya balik.

"Gue dari toilet habis cuci muka, terus mau nyantai di sini," jawab Egra. "Lo ngikutin gue?" tebak Egra tepat sasaran.

"Enggak!" sanggah Diva.

Egra tersenyum tipis. "Kalau bohong, cantiknya hilang," cetus Egra.

Pipi Diva memanas. Matanya menatap Egra yang juga menatapnya. Ada getaran aneh di dalam hatinya saat bola mata hitam itu menerobos masuk seperti menyampaikan sesuatu, yaitu cinta.

"Oh, iya ... Soal ucapan di UKS Minggu lalu, gue serius. Terserah lo masih ragu atau nggak, tapi gue pastikan cinta itu memang ada, Div. Bahkan, semakin lama semakin besar," tutur Egra.

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang