28 - Hujan

101 16 17
                                    

Hari-hari telah dilalui dengan kebahagiaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari telah dilalui dengan kebahagiaan. Memasuki awal Desember, kota Jakarta sering diguyur hujan deras hingga menimbulkan luapan air.

Beberapa daerah, masuk dalam kategori terkena curah hujan tinggi. Maka dari itu, masyarakat harus mewaspadai jika sewaktu-waktu air meluap dan menimbulkan banjir.

Selain dampak banjir, masih banyak dampak yang terjadi akibat hujan deras, seperti longsor dibeberapa daerah Jabodetabek.

Seperti hari ini, hujan mulai turun dengan curah tinggi, membuat beberapa orang enggan untuk beranjak dari posisi tempat tidur. Namun, lain halnya dengan gadis dengan rambut terikat satu. Dengan seragam yang lengkap, ia melangkahkan kakinya menuju lantai bawah untuk pergi ke sekolah.

Di ruang tamu sudah ada ayahnya yang sedang membaca koran dengan serius sembari meminum teh hangat.

Setelah hari kejadian saat Diva pingsan dan jatuh sakit, ayahnya memutuskan untuk pindah kerja di salah satu kantor yang ada di Jakarta.

Keputusan ayahnya yang pindah kerja, tentu saja mengundang bahagia untuk Diva. Itu berarti, Diva akan lebih sering menghabiskan waktu bersama satu-satunya orang yang ia sayang.

Soal Celisa, sahabatnya itu pindah ke apartemen. Padahal, Diva meminta Celisa untuk tinggal bersamanya, dan Ebru menyetujui itu. Alasan Celisa pindah, yaitu tidak ingin jika keluarga Diva terkena masalah oleh pihak orang tuanya, karena bagaimanapun, hak asuh jatuh ke tangan papah Celisa. Jadi, Celisa harus menurut pada papahnya karena hidup Celisa dibiayai oleh sang papah.

"Pagi, Yah," sapa Diva, menghampiri ayahnya.

Ebru mengangkat wajahnya, sembari melepaskan kacamata bening. Dilipatnya koran itu, lalu diletakkan di meja.

"Pagi juga. Mau berangkat sekolah?"

Diva mengangguk.

"Tapi di luar masih hujan, Div. Apa nggak nunggu reda aja atau izin?"

"Kalau Diva nggak ulangan, pasti Diva udah izin, tapi sayangnya nggak bisa," tutur Diva.

"Oh, iya. Ayah lupa. Kalau gitu hati-hati di jalan, semoga lancar ulangannya."

Diva memeluk ayahnya. "Siap, komandan!"

Setelah menyalami tangan sang ayah, Diva mengambil kotak bekal di ruang makan, lalu pergi. "Diva pergi dulu, Yah. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsallam."

Ebru mengantarkan Diva sampai teras rumah. "Hati-hati di sekolahnya."

"Siap, Bos."

"Jangan lupa makan," tekan Ebru.

"Iya, Ayah." Diva yang dipayungi Pak Boim, berjalan ke arah mobil.

"Pak, jaga Diva dan hati-hati di jalan," pesan Ebru pada Pak Boim.

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang