23 - Gosip

110 23 24
                                    

Raga dan Diva berjalan beriringan menuju kantin yang masih terlihat cukup ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raga dan Diva berjalan beriringan menuju kantin yang masih terlihat cukup ramai. Sebenarnya, waktu istirahat tersisa 15 menit lagi, tetapi mereka memilih membeli makanan dari pada ke kelas.

"Kamu mau makan apa?" tanya Raga saat keduanya memasuki pintu kantin.

Diva mengerutkan dahi. "Kamu?"

Raga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bolehkan?"

Mendengar pertanyaan Raga yang malu-malu, hampir membuat Diva tertawa keras, tetapi untungnya ia masih bisa menahan itu semua.

"Boleh, kok. Kamu, kan, sekarang pacar aku. Mau manggil sayang juga boleh," jawab Diva.

Raga berdecak. "Iya, sayang. Begitu?" Diva tertawa pelan.

Keduanya lalu duduk di kursi bagian tengah. Kebersamaan mereka yang datang bersama, menimbulkan banyak bisikan dari meja seberang yang tidak jauh dari meja Diva dan Raga.

"Jangan didengerin. Mereka, kan, nggak tahu kalau kita pacaran. Nggak penting juga kalau mereka tahu," ujar Raga.

Melihat Diva yang menatap tidak suka kepada kumpulan anak cewek yang merupakan penggemar Charming, membuat Raga mengerti bahwa pacarnya tidak nyaman dengan obrolan mereka yang sengaja dikeraskan.

"Aku nggak suka waktu mereka bilang, kalau aku deketin kamu karena mau panjat sosial," adunya.

"Tapi kenyataannya nggak. Iya, kan?"

"Iyalah. Aku, kan, pacaran sama kamu itu karena perasaan. Bukan karena mau panjat sosial."

Raga mengusap punggung tangan Diva yang berada di atas meja dengan lembut. "Gosip mereka nggak penting, Div. Sekarang kita makan aja. Kamu mau makan apa?"

Bibir Diva langsung menampilkan senyum cerianya. "Mau telur gulung sepuluh tusuk."

"Oke. Aku beli dulu." Diva mengangguk.

Sembari menunggu Raga pergi membeli telur gulung, Diva mengambil ponselnya untuk mengabari Celisa jika ia di kantin.

Tidak berapa lama, Raga datang dengan telur gulung yang sepertinya melebihi pesanan yang Diva pinta.

"Nih, telur gulungnya. Kebetulan, Mang Asep baru angkat. Jadi, masih hangat."

"Banyak banget, Ga."

"Biar kenyang."

"Kamu nggak suka telur gulung?"

Dengan segera Raga memakan telur gulung tersebut. "Suka. Apa pun tentang kamu aku suka."

Diva menarik piring ke arahnya. "Kalau nggak suka jangan dimakan, nanti kamu sakit."

"Enggak. Aku suka, kok, tapi nggak hobi." Raga menarik piring itu ke tengah meja.

"Padahal telur gulung itu enak tahu. Nggak ada duanya."

"Kayak aku? Iya, kan?"

Diva berdecih. Meskipun sudah menjadi pacarnya, Raga tetaplah orang yang memiliki tingkat percaya diri tinggi.

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang