27 - Rusuh

102 18 49
                                    

"Rencana apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rencana apa?"

Diva melirik Celisa dengan menggelengkan kepala pelan. Mengode agar Celisa diam saja. Kemudian, Diva tersenyum ke arah Raga yang menghampirinya, diikuti oleh Egra, Aden, Yuan dan Alto di belakang pacarnya itu.

"Hai, Div," sapa mereka berempat serempak.

"Hai," balas Diva sambil tersenyum.

Raga berdecak kesal kepada Diva. "Rencana apa?" ulang Raga dengan datar.

Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya dengan tangan yang bersedekap di dada, setelah meletakkan bingkisan buah-buahan di atas meja belajar.

"Bukan apa-apa," sahut Celisa.

Sepertinya Raga tidak menyerah begitu saja. Dia mendekat ke sisi Diva, dengan tatapan yang tajam.

"Kita niatnya pulang sekolah nanti mau ke kedai Mang Jaja, tapi karena aku sakit, nggak jadi, deh. Iya, kan, Lis?" tuturnya.

Celisa mengangguk cepat.

Maaf, Ga. Aku harus bohong sama kamu, batin Diva.

Raga mengambil selimut tebal yang menjuntai ke lantai, lalu menyelimuti badan Diva.

"Udah makan?" tanya Raga.

"Udah."

Tiba-tiba, Aden menyodorkan cokelat batangan kepada Diva, disusul Yuan dan Alto. Sama-sama cokelat, tetapi beda merek.

Lain halnya dengan Egra, dia memberikan sebuket bunga mawar putih yang diterima dengan baik oleh Diva.

Aksi keempatnya itu mengundang tatapan tajam dari Raga. Tadi sebelum ke rumah Diva, Raga sempat mampir ke supermarket, tetapi tanpa sepengetahuannya, keempat sahabatnya malah pergi ke toko makanan dan bunga. Pantas saja, semua naik ke mobil Egra, tidak ada yang ikut mobilnya. Ternyata ada rencana tersembunyi.

Raga mengambil cokelat dan bunga itu, lalu meletakkan di meja belajar.

"Maksud kalian apa kasih pacar gue cokelat sama bunga?" Nada suara Raga terdengar tidak suka.

Hal itu malah mengundang tawa kecil dari Diva, begitu juga Celisa.

"Jelasin, Den, manfaat cokelat itu apa," perintah Yuan.

Aden menjentikkan jari. "Manfaat cokelat adalah—"

"Gue juga tahu manfaatnya apa," potong Raga, dingin.

Aden langsung membungkam mulutnya rapat-rapat. Dia memilih duduk pelan-pelan di sisi kasur. Jika Raga sudah dalam sifat dinginnya, maka tidak ada yang berani menyela.

Sedangkan itu, Yuan mengipas-ngipas lehernya, seperti orang kepanasan. Padahal kamar Diva ada pendingin ruangan.

"Kalau lo tahu kenapa nanya," celetuk Egra. Hanya dia yang berani menghadapi sifat cemburuan seorang Raga jika sudah menyangkut Diva.

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang