Motor scoopy milik Celisa berhenti di pelataran kedai kopi. Diva yang duduk di jok belakang tersenyum bahagia. Akhirnya, dia bisa ke sini lagi setelah sibuk dengan urusannya.
"Kangen banget gue ke sini," ucap Diva, melepas helm hitam dan memberikan pada Celisa.
"Gara-gara lo sibuk terus, gue terpaksa mampir ke sini sendirian."
"Maaf, deh. Sekarang gue nggak akan sibuk lagi."
"Kata siapa?"
"Kata gue. Seleksi kan udah selesai, otomatis jam pulang sekolah gue nggak akan terganggu."
Celisa berdecak. "Justru itu gue ajak lo ke sini, karena mulai beberapa hari ke depan, lo sibuk latihan. Lupa, kalau mau lomba ke kabupaten?"
Diva menepuk dahinya pelan. Dia lupa jika mulai besok dirinya harus latihan untuk persiapan lomba.
"Makanya, Div, jangan Raga terus yang lo pikirin," ledek Celisa, sambil berlalu dari pelataran.
Diva mengerucutkan bibirnya mendengar ledekan Celisa. Kalau saja Celisa tidak bilang pada Egra bahwa dia sakit, pasti Raga tidak akan ke kelasnya. Apa lagi ucapan cowok itu sebelum pergi dari kelasnya membuat Diva salah tingkah.
"Lo itu penting untuk gue, Diva."
"Sssss ... Kenapa mikirin dia, sih?" gerutunya.
Diva mengibaskan tangan di udara untuk menghilangkan ucapan Raga dari pikirannya. Diva tidak boleh kepikiran dengan kalimat lembut yang memiliki banyak tipu daya.
"Diva! Ngapain lo di situ? Cepat masuk!" panggil Celisa.
Diva melangkah cepat untuk masuk ke dalam kedai yang tampak ramai pengunjung. Entah hari biasa atau libur sekolah, kedai kopi Mang Jaja memang selalu ramai dengan anak remaja.
Mungkin, karena tempatnya yang mudah dijangkau, murah dan nyaman, membuat kedai kopi itu diminati banyak kalangan remaja, entah untuk nongkrong atau sekedar ngopi saja.
"Gue udah pesan flat white, sedangkan lo greentea."
"Kok, greentea? Gue mau kopi juga."
Celisa menarik kursi di pojok dekat bar, mengabaikan ucapan Diva.
"Lis, gue mau kopi," rengek Diva.
"Lo mau kalau sakit lo kambuh lagi? Gue, sih, nggak mau. Udah, hari ini libur minum kopi dulu."
"Lis," bujuk Diva, menampilkan wajah melasnya.
"Diva, kalau kata gue nggak, tetap nggak," tandas Celisa, tegas.
Diva mendesah kecewa. Dia harus menurut pada Celisa jika sahabatnya itu sudah menunjukkan karakter tegasnya.
Tidak butuh waktu lama, pesanan mereka datang.
"Gue nggak mau punya penyakit lambung, soalnya nggak bisa minum kopi," ucap Diva. Matanya menatap sedih saat Celisa meminum flat white yang enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVBAND [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Memiliki hobi menyanyi dan bercita-cita menjadi penyanyi terkenal, Diva memutuskan bergabung ke dalam band Charming yang ada di sekola...