8 - Jangan Ditekan!

195 41 52
                                    

Waktu istirahat sudah dimulai sejak tiga belas menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu istirahat sudah dimulai sejak tiga belas menit yang lalu. Namun, Celisa masih berdiri diam di dekat pembatas koridor untuk menunggu sahabatnya. Sebenarnya, pikiran Celisa sedari tadi tertuju pada Diva yang pergi ke ruang musik, tetapi belum juga kembali.

"Diva ke mana, sih? Emangnya Miss Zara ada perlu apa sampai lama banget," gumamnya.

Untuk mengusir kebosanannya, dia mengedarkan pandangannya ke penjuru sekolah. Namun, matanya malah terpaku pada empat orang yang sedang bermain basket di lapangan.

Matanya memicing saat tidak menemukan seseorang yang seharusnya ada bersama keempatnya.

"Tumben, Raga nggak ada sama mereka," ucapnya.

Tiba-tiba pikiran buruk melintas dalam benaknya. Sedari tadi Diva belum juga kembali ke kelas, dan Raga pun tidak ada bersama keempat sahabatnya. Apakah telah terjadi sesuatu antara Diva dan Raga?

Tanpa berpikir lama, Celisa pun segera menuruni anak tangga untuk menghampiri keempat sahabat Raga.

"Aden!" panggilnya, saat sampai di sisi lapangan basket.

Si pemilik nama menoleh, menghentikan permainan basketnya. Begitu juga dengan Egra, Yuan dan Alto.

Celisa menghampiri Aden yang juga melangkah ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Aden sambil menyugar rambut hitamnya yang basah karena keringat.

Manis banget, batin Celisa.

"Kenapa?" ulang Aden.

Celisa membasahi bibirnya untuk mengusir kegugupan karena terpesona dengan cowok di depannya itu.

Dia berdeham pelan sebelum menanyakan hal yang mungkin agak aneh. "Raga di mana?" tanya Celisa.

"Kenapa emangnya?" Bukannya menjawab, Aden malah bertanya balik.

"Miss Zara memanggil Diva ke ruang musik. Gue berpikir Raga juga di sana."

"Tadi, sih, Raga nyuruh kita ke kantin duluan, tapi dia nggak muncul-muncul," sahut Yuan.

"Jangan-jangan...." Alto menggantungkan kalimatnya.

Melihat raut wajah Alto yang berubah serius, pikiran Celisa langsung dipenuhi kemungkinan buruk.

"Nggak usah mikir kejauhan, To. Raga nggak kayak gitu," sanggah Egra.

Mata Celisa menatap sekumpulan anak cewek di koridor kelas 10 IPS. "Kayaknya gue menemukan petunjuk," ucapnya.

"Apa?" tanya Egra.

Diva menunjuk cewek yang sedang meminum es cincau serut. "Dia tadi ke kelas gue dan bilang sama Diva, kalau Miss Zara memintanya ke ruang musik," jawab Celisa.

"Hubungannya sama Raga apa?" tanya Aden.

"Gue tahu kalian nggak suka kalau gue berpikir buruk tentang Raga. Makanya gue mau memastikan itu."

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang