Hari demi hari dilewati dengan berat oleh Diva. Tidak ada kabar dari Raga. Bahkan satu Minggu sebelum kembali masuk ke sekolah, Raga harusnya sudah ada di Indonesia, tetapi Raga tidak memenuhi janjinya pada Diva.
Jika ditanya bagaimana perasaan dirinya, jujur saja ia sangat sedih. Diva takut jika terjadi sesuatu dengan Raga, karena akun sosial media pacarnya itu tidak aktif sejak awal keberadaannya di Singapura.
Keempat sahabat Raga juga tidak tahu keberadaan Raga. Sampai malam tahun baru, Egra baru bisa menghubungi mamahnya Raga. Kata mamahnya, Raga sedang menikmati liburan di sana. Lantas, mengapa Raga tidak memberi kabar kepada Diva. Mengapa pacarnya itu seakan lupa jika Diva menunggunya di Indonesia.
Diva kecewa. Ia seperti kehilangan Raga, pacarnya. Padahal Raga ada, tetapi sifatnya berubah.
Semua itu semakin terbukti saat hari pertama masuk sekolah di tahun yang baru. Ia melihat Raga bersama seorang perempuan berambut pendek, datang ke sekolah. Mereka terlihat akrab seperti teman lama yang baru saja bertemu. Diva cemburu.
Seperti saat ini, dari lantai dua, tangan Diva mencengkeram pagar pembatas, menahan sesak saat dua remaja itu saling tertawa bahagia di lapangan basket.
Di sana, Raga sedang bermain basket bersama perempuan itu.
"Div," panggil Celisa. Sahabatnya itu mengusap bahu Diva.
"Sakit, Lis. Gue masih mempertanyakan dua hal, kenapa Raga seperti lupa sama gue, dan siapa cewek itu," ucapnya, menahan tangis.
Bahkan seantero sekolah membicarakan kedekatan Raga dan perempuan itu. Semua penghuni SMA Jaya Abadi saling melempar pertanyaan yang sama saat bertemu Diva, yaitu apakah hubungan ia dan Raga telah berakhir.
Dengan mata berkaca-kaca, Diva menuruni anak tangga yang menuju lantai bawah untuk menemui Raga. Ia sudah tidak tahan lagi. Di belakangnya ada Celisa yang menyusul.
Saat di lantai bawah, Diva melihat keempat sahabat Raga yang berdiri di pinggir lapangan, begitu juga beberapa murid lainnya.
Diva menggeram. Langkahnya ia lebarkan menuju posisi Raga. Semakin dekat Diva melangkah, maka semakin jelas tawa itu terdengar.
"Apa lo lupa ingatan, Ga," gumamnya.
Langkah Diva terhenti tepat di belakang Raga, hal itu membuat permainan basket perempuan berambut pendek itu terhenti.
"Lyra, ayo lempar bolanya," ucap Raga.
Ternyata Lyra, namanya, pikir Diva.
Lyra menunjuk Diva, yang membuat Raga menoleh. Bisa Diva lihat bagaimana Raga yang terkejut. Di detik yang sama, memori saat pertama kali Diva dan Raga bertemu menyapa ingatannya, dan lapangan basket itu adalah saksinya.
"Diva?" gumam Raga.
Diva tersenyum tipis, senyum penuh luka. "Hai, selamat kembali, Ga," sapa Diva dengan bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVBAND [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Memiliki hobi menyanyi dan bercita-cita menjadi penyanyi terkenal, Diva memutuskan bergabung ke dalam band Charming yang ada di sekola...