LOVBAND [SELESAI]

26 - Tanpa Kabar

Sejak pagi hingga siang, Raga tidak melihat sang pacar di mana pun termasuk kantin. Bahkan, saat ditelepon selalu operator yang menjawabnya.

Raga juga tadi ke kelas Diva untuk menemui Celisa, tetapi sahabat dari pacarnya itu juga tidak masuk hari ini.

Sebenarnya, Raga berniat untuk izin dari mata pelajaran terakhir nanti, tetapi dia harus mengikuti ulangan Fisika yang tidak membolehkan untuk izin.

"Kamu ke mana, sih, Div?" gumamnya.

Bahkan, semua sosial media milik Diva sudah dihubunginya, tetapi tetap saja tidak ada balasan karena akunnya sedang offline.

"Lo di sini?"

Raga mendongak. Ia menatap Egra yang menghampirinya dengan membawa gitar akustik. Harusnya hari ini mereka latihan band, maka dari itu Egra membawa gitar akustik miliknya. Namun, sepertinya latihan itu akan dibatalkan.

Egra memetik gitarnya, membuat suasana rooftop yang semula sunyi menjadi sedikit lebih bernyawa.

"Kenapa? Masih mikirin soal kemarin?" tanya Egra.

Raga menggeser duduknya saat Egra mengambil tempat di samping sambil memetik senar gitar, menciptakan nada lagu.

"Diva nggak masuk, Celisa juga. Gue nggak tahu apa yang terjadi sama pacar gue," jawabnya.

Petikan gitar itu terhenti. Egra mengesampingkan gitarnya di sisi kursi, lalu duduk menghadap ke arah Raga.

"Lo nggak coba cari tahu sama teman-teman sekelasnya?"

"Udah. Kata mereka, Diva sama Celisa nggak ada izin."

"Apa Diva sakit?" tebak Egra.

Seketika pikiran Raga langsung tertuju pada kesehatan Diva yang akhir-akhir ini menurun. Apakah gadisnya sedang sakit? Namun, mengapa Celisa tidak menghubunginya.

"Lo udah menghubungi Celisa?" tanya Egra.

"Sialan! Gue lupa."

Raga langsung mencari akun sosial media Celisa. Namun, tidak ada perbedaan dengan sosial media Diva, karena akunnya juga offline.

Mengerti kebingungan itu, Egra menepuk pundak sahabatnya.

"Coba chat nomornya."

"Nggak ada, Gra. Gue nggak punya, kecuali Aden."

Detik berikutnya, ponsel Raga bergetar, menampilkan panggilan masuk dari Aden.

"Panjang umur," gumam Egra.

Dengan segera Raga mengangkat panggilan itu.

"Kenapa, Den?"

"Lo di mana?"

"Rooftop. Kenapa?"

"Gue ke sana sekarang!"

Baru saja Raga hendak menanyakan sesuatu, panggilan sudah diakhiri secara sepihak.