Sorak-sorai suara penonton yang menyuarakan yel-yel, membuat suasana gedung serbaguna yang berada di tengah kota kabupaten Jakarta Barat terdengar riuh.
Kursi yang tertata rapi terlihat penuh oleh para penonton dari setiap sekolah yang datang sebagai suporter.
Sedangkan itu, di belakang panggung, tepatnya di ruangan masing-masing, para peserta sedang diberi sentuhan make-up dan hair style dengan kostum yang menambah nilai lebih untuk setiap pesertanya.
Di ruangan berbeda, ada satu orang yang terlihat gugup. Bibirnya beberapa kali dia basahi karena kering. Bahkan wajahnya dimake-up berulang kali oleh sang sahabat yang menjadi juru penata rias dadakan untuknya.
"Astagfirullah, Diva. Lo kenapa keringatan terus? Asam lambung lo kumat?" tanya Celisa yang baru selesai mengoleskan bedak dan blush on.
"Gue gugup banget, Lis."
"Kayaknya asam lambung lo kambuh lagi, Div, karena gugup. Mau gue pesenin bubur ayam?"
Diva menggeleng. Dia masih berusaha mengatur napasnya agar tenang serta memikirkan hal yang positif agar tidak semakin buruk kondisinya.
"Ada apa?" tanya Raga. Laki-laki di hadapan Diva terlihat ganteng dengan rambut yang ditata rapi, serta kostum manggung yang cocok untuknya.
Raga mengibaskan tangannya di depan wajah Diva. "Gue nanya, ada apa? Kok, lo malah melamun."
"Terpesona kali sama kegantengan lo, Ga," celetuk Celisa.
Diva berdecih. "Nggak. Gue biasa aja."
Bibir Raga tersenyum lebar. "Celisa benar, lo terpesona sama gue."
"Pede banget lo!" ketus Diva.
Sebenarnya dia memang terpesona dengan kegantengan Raga, tetapi tidak mungkin kalau dia harus jujur kepada Raga, yang ada dia akan malu.
"Lis, lo bantu sahabat gue untuk bersiap, biar Diva jadi urusan gue."
"Oke."
Celisa menyengir lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya saat Diva melotot tajam ke arahnya agar tidak menuruti ucapan Raga.
Namun, Celisa tetaplah Celisa. Dia akan suka jika melihat Diva mati gaya di depan Raga. Lihat saja, Celisa pergi, meninggalkan Diva yang semakin salah tingkah saat Raga duduk di sisinya.
"Lo gugup?" tanya Raga, setelah Celisa hilang di balik pintu.
"Iya. Mungkin karena itulah asam lambung gue kambuh."
"Udah makan sesuatu yang berkarbohidrat?"
Diva menggeleng. "Dulu gue nggak pernah gugup kalau mau lomba, tapi kayaknya hari ini beda," tuturnya.
"Boleh gue bantu menenangkan kegugupan lo?" tawar Raga.
"Emang bisa?"
"Bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVBAND [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Memiliki hobi menyanyi dan bercita-cita menjadi penyanyi terkenal, Diva memutuskan bergabung ke dalam band Charming yang ada di sekola...