11 - Bego dan Sinting

179 31 57
                                    

Kakinya yang hendak melangkah lagi langsung terhenti ketika mendengar ancaman Raga, dan itu terdengar lucu bagi Diva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakinya yang hendak melangkah lagi langsung terhenti ketika mendengar ancaman Raga, dan itu terdengar lucu bagi Diva. Sebelumnya tidak menyangka, jika Raga bisa mengatakan kalimat seperti dialog di novel. Sungguh, bukannya takut, Diva malah ingin tertawa keras.

Tangannya terlipat di depan dada, lalu berjalan mendekati Raga dengan tatapan yang terheran-heran. Telinganya tidak salah dengar jika di depan Egra, Aden, Yuan, Alto dan Celisa, Raga mengancamnya dengan kalimat menggelikan itu.

Di tempat duduknya, Yuan mempraktikkan pada Alto dengan mengadukan kedua tangannya yang mengerucut sebagai arti ciuman. Hal itu mengundang tawa tanpa suara dari Alto. Lelaki itu juga paham arti ciuman yang Yuan maksud. Sedangkan Egra dan Aden hanya menatap bingung ke arah Raga. Mereka tidak pernah menyangka jika Raga bisa mengucapkan kalimat itu.

Raga diam saja, matanya masih menatap datar kepada Diva yang kini berdiri di hadapannya. Gadis itu memang pendek jika berhadapan dengan Raga.

Tiba-tiba, Diva membuat aksi lancang dengan membenarkan seragam cokelat Raga di bagian pundak, lalu bagian kerahnya persis seorang kekasih.

Hal itu tidak lepas dari pandangan Raga. Bahkan, saat Diva sedikit berjinjit untuk mengalungkan tangannya di leher Raga, sang empunya tetap diam saja.

Bibir Diva tersenyum miring karena ide jahilnya itu. "Bilang apa tadi?" tanyanya dengan lembut.

Raga mengerutkan dahinya penuh kebingungan karena tingkah Diva yang tiba-tiba seperti ini.

"Lo pikir, gue takut dengan ancaman lo barusan? Nggak sama sekali, yang ada gue rasanya mau ketawa," lanjut Diva dengan nada bicara yang meledek.

Alis Raga terangkat sebelah. Bibir lelaki itu tersenyum devil. Tentu saja itu tanda bahaya untuk gadis di hadapannya. Hal itu terbukti ketika Diva melepaskan tangannya di leher Raga, badannya malah terhuyung ke depan karena punggungnya di dorong oleh Raga.

Sesuatu yang kenyal dan lembut menyentuh area kulitnya, meninggalkan jejak dingin yang membuat syaraf Diva seakan terhenti dalam beberapa detik.

"Apakah gue main-main?" bisik Raga, sensual.

Bibirnya tersenyum penuh kemenangan melihat Diva yang masih diam saja dengan tatapan kosong dan wajah penuh keterkejutan.

Raga menjauhkan badannya dari Diva, lalu mengambil tas. Dia menatap keempat sahabatnya yang menutup mata mereka dengan lima jari, tetapi bagian mata dibiarkan mengintip. Dasar sahabat yang payah.

"Kita pulang. Kayaknya latihan sampai sini aja," ujar Raga.

Lelaki itu pergi lebih dulu, lalu diikuti Egra, Aden, Yuan dan Alto yang mentertawakan keterkejutan Diva. Bahkan, Celisa pun ikut mentertawakannya.

"COWOK SINTING! GUE BENCI LO!" teriak Diva setelah kesadarannya kembali.

Dia langsung menyusul Raga, diikuti Celisa yang masih tertawa.

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang