3

5.6K 372 1
                                    

Jungkook pov

Satu minggu berlalu gadis itu tidak menghubungiku lagi. Apa dia tidak membutuhkan uangku lagi?

Pekerjaanku semakin bertambah banyak. Ditambah aku akan memperluas perusahaanku. Sangat merepotkan.

Satu hari, aku dibuat kesal karena satu kesalahan karyawanku. Aku menyuruh semua karyawanku untuk mengerjakan ulang pekerjaan mereka dan menyuruh sekretarisku untuk mengerjakan pekerjaanku.

Ponselku berdering menandakan ada pesan yang masuk. Aku mengambil benda pipih itu di atas meja. Senyumku mengembang seketika.

+82xxxx
apa tuan sedang sibuk?
aku butuh uang

jk
temui aku di tempat kemarin

Aku bangkit dari kursi kantorku lalu pergi meninggalkan ruanganku dan berjalan menuju parkiran mobil.

Selama perjalanan aku terus membayangkan bercinta dengan gadis itu. Tanpa sadar celanaku sudah menggembung. Aku menambah kecepatan mobilku.

Tiba di hotel aku langsung masuk ke salah satu kamar yang sudah kupesan. Kali ini aku memesan kamar VIP untuk menambah kenyamanan kami saat melakukan adegan panas nanti.

Aku mengetuk pintu kamar, tak lama pintu terbuka menampilkan gadis itu dengan dress pendek berwarna merah.

"sudah menunggu lama, sayang?" tanyaku seraya memasuki kamar.

Gadis itu menutup pintu kamar kembali lalu menguncinya. Ia mendorongku hingga punggungku menabrak tembok cukup keras.

"waw! Perlahan saja, Red."

Gadis itu tertunduk malu. Kupegang dagunya lalu menariknya untuk menyatukan bibir kami. Aku melumatnya lembut dan ia membalasnya. Decakan bibir kami terdengar sangat nyaring.

Gadis itu meraba dadaku terus turun ke perut sixpack ku dan berakhir tepat di milikku yang sudah menegang di dalam sana. Tangan mungilnya meremas lembut gundukan itu. Aku mencengkram lengannya namun ia tidak menghentikan kegiatannya.

Kujauhkan bibirku dari bibirnya. Kutatap lekat manik indahnya. Ia terus meremas di bawah sana.

"sejak kapan dia mengeras, tuan?"

"saat aku dalam perjalanan, ia sudah tidak sabar memasuki sarangnya." ucapku sambil meraba vagina Red.

Red tersenyum malu-malu. Ia kembali menciumku lalu melumatnya sedikit kasar. Tanganku meremas payudara Red yang sejak tadi sangat menggoda di depanku.

"emhh" lirih Red di sela-sela lumatannya.

Aku mengangkat tubuh Red lalu membawanya ke ranjang tanpa melepas ciuman kami. Menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang lalu menindihnya.

Red mengalungkan tangannya di leherku. Ia menggigit kecil bibir bawahku. Aku mulai candu dengan bibir Red. Ingin rasanya setiap hari aku merasakan manis bibir Red.

Tangan Red kembali meraba milikku yang semakin menegang. Ia melepas lumatannya. "tuan, lepas celanamu sepertinya penismu sesak di dalam sana."

Aku terkekeh pelan lalu bangkit berdiri di hadapannya. "bebaskan dia, sayang"

Red mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang. Ia membuka ikat pinggangku lalu menurunkan resleting celanaku. Aku mengelus surai hitamnya.

Ia menurunkan celanaku. Ia menatapku sekilas lalu membuka celana pendek ketat yang tersisa. Akhirnya jagoanku sudah bebas. Red menatapku dengan tatapan ragu. Kuelus pipinya lembut.

Aku mendorong tubuh Red hingga berbaring dan kembali menindihnya. Kulebarkan paha Red lalu menggesekkan milikku ke vaginanya yang masih tertutup cd.

"tuan, jangan seperti itu."

"apa ini tidak nikmat? atau terlalu nikmat?"

"tuan.."

Aku mencium bibirnya lalu melumatnya brutal. Ia berusaha mengimbangi permainan bibirku. Aku terus menggesekkan milikku di bawah sana.

Aku merasakan cairan gadis itu merembas mengenai milikku. Kuhentikan kegiatanku di bawah sana dan melepas pangutan kami. Kutatap mata sayunya.

"siapa namamu?"

"Red."

"aku tidak butuh nama itu lagi, sebut namamu!"

"tidak bisa tuan."

"sebut namamu dan kau akan jadi asisten pribadiku."

Ia menatapku ragu. "namaku Aerin, tuan."

Aku tersenyum menatap gadis yang selalu saja membuat milikku menegang setiap aku membayangkan tubuh indahnya. Aerin meringis kala aku menampar payudaranya.

"gadis kecil ini memiliki payudara yang cukup besar."

Aerin menukar posisinya menjadi di atasku lalu mengecup bibirku.

"diam dan nikmati saja, tuan."

•••

"kenapa tuan tidak pernah sampai inti? penismu sudah sangat menegang!"

"biarkan saja. Kau masih terlalu kecil untuk merasakan milikku menusuk vaginamu, Aerin!"

Aerin memanyunkan bibirnya. "tapi itu tidak sebanding dengan uang yang tuan berikan padaku."

"biarkan saja. Pulanglah sebelum aku benar-benar memperkosamu di sini!"

"itu memang tugasku."

Aku menatap Aerin. "tugasmu hanya sekolah dan berciuman denganku, tidak lebih dari itu."

Aerin mendudukkan dirinya di atas pangkuanku. Ia mengecup bibirku.

"perkosa saja aku, tuan!"

Aku mendorong tubuhnya pelan untuk menjauh dariku.

"pulang, Aerin. Ini sudah malam, besok kau harus sekolah."

"kau tidak ingin bercinta denganku, tuan?"

"tidak."

Aerin mengambil tas yang berada di atas nakas lalu pergi meninggalkanku sendirian di dalam kamar.

"siapa yang mampu menolak gadis cantik dan menggoda sepertimu, Aerin? Kau masih terlalu kecil untuk merasakan nikmatnya bercinta dengan pria dewasa."

tbc

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang