60

833 55 2
                                    

Ji Woo sudah diperbolehkan pulang. Karena kesehatannya ia harus tinggal bersama Jungkook dan Aerin. Jungkook pun ingin sang ibu tetap dalam pengawasannya. Kini tanggung jawab Jungkook bertambah, namun itu tak menjadi masalah besar bagi Jungkook.

Jungkook mendudukkan dirinya di tepi ranjang di sebelah Ji Woo. "Eomma, cepat pulih. Jika Eomma pulih, aku akan mengajak–" belum selesai Jungkook berbicara, Ji Woo menghentikannya.

"sudahlah, aku tak butuh apapun. Melihat dirimu seperti ini sudah lebih dari cukup. Simpanlah uang itu untuk istri dan anakmu" ucap Ji Woo membuat hati Jungkook terenyuh.

"cepatlah pulih, aku sangat mencintaimu" ucap Jungkook lirih.

Aerin ikut mendudukkan dirinya di tepi ranjang. "Eomma jaga kesehatanmu, jika butuh apa-apa katakan padaku, ya?"

Ji Woo tersenyum tipis lalu mengambil tangan Aerin dan menggenggamnya. "tidak perlu khawatir. Jaga kesehatanmu juga, Aerin"

•••

Dua bulan berlalu, usia kehamilan Aerin memasuki usia 32 minggu. Perutnya semakin membesar dan bebannya pun semakin berat. Aerin dan Jungkook sudah pindah ke rumah yang baru saja Jungkook beli satu bulan lalu. Kesehatan Ji Woo terkadang menurun, Hemodialisa harus terus dilakukan. Jungkook dan Aerin selalu menemani Ji Woo untuk melakukan hemodialisa. Jungkook menyuruh sang ibu untuk tinggal bersama, Ji Woo sempat menolak. Namun, Jungkook tetaplah Jungkook. Ia tak akan pernah suka jika keinginannya tak dituruti.

Suatu pagi ketika Jungkook sudah pergi bekerja. Aerin menemani Ji Woo bersantai di tepi kolam renang. Ji Woo beberapa kali mengelus perut Aerin yang sudah sangat besar. Aerin tersenyum menanggapi itu. "teruslah sehat dan seperti ini, Eomma. Aku tak tahu bagaimana jika Jungkook harus merasakan kehilangan kedua kalinya"

Ji Woo tersenyum dan diam sejenak. "aku akan sembuh, aku ingin melihat cucuku sebelum aku pergi"

"Eomma, nanti saja perginya" ucap Aerin seraya menunjukkan kesedihan di wajahnya.

Ji Woo terkekeh. "doakan aku selalu sehat, sayang. Akupun ingin terus melihat kalian"

Pagi itu mereka habiskan dengan mengobrol banyak hal. Beberapa kali terdengar Aerin tertawa karena cerita Ji Woo. Terlihat sangat hangat dan manis, Aerin seperti mendapatkan kembali sosok ibu yang sudah lama hilang.

Aerin selalu menikmati setiap momen yang terjadi di hidupnya sekarang. Aerin berjanji apapun yang terjadi di garis takdirnya, ia akan menerima dan terus menjalani hidupnya dengan baik. Saat ini, Aerin hanya ingin menikmati momen-momen indah bersama suami, mertua, dan calon anaknya.

"aku tak pernah membayangkan jika aku dan Jungkook akan sejauh ini" batin Aerin.

•••

Jae melangkahkan kakinya masuk ke dalam restoran di tengah kota Seoul. Matanya mencari keberadaan seseorang yang beberapa jam lalu menghubunginya. Saat matanya menemukan seseorang yang ia cari, tanpa pikir panjang ia langsung menghampiri orang itu.

"maaf menunggu lama" Jae menarik kursi di hadapan orang itu.

"tidak apa" ujar orang itu sembari melemparkan senyum manisnya ke arah Jae.

"Yejun, sudahlah. Jangan hubungi aku lagi!"

Ya, orang itu adalah Yejun. Beberapa hari belakangan ini, Yejun selalu menghubungi Jae dan mengajaknya untuk bertemu. Sekedar mengobrol, makan bersama, atau pergi ke cafe. Namun, Jae selalu menolaknya dengan alasan tak punya banyak waktu.

"salahkan jika aku ingin bertemu denganmu, Jae?"

Jae diam sejenak, menyiapkan alasan untuk ia katakan pada Yejun. "aku ingin lanjut kuliah, aku sedang sibuk mencari universitas yang bagus. Jadi, aku tak punya banyak waktu untuk bersantai, Yejun" ucapnya bohong.

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang