32

2K 127 3
                                    

Aerin tersenyum lalu memasukkan sesendok ice cream ke dalam mulutnya. Jungkook menatap Aerin lalu memicingkan matanya. Telinganya berdegung dan sesaat kemudian lelaki itu tak sadarkan diri.

•••

Aerin menggenggam tangan Jungkook yang terpasang infus. Aerin menatap wajah Jungkook yang terlihat sedikit pucat. Ia begitu khawatir dengan keadaan Jungkook saat ini. Suara langkah kaki membuat pandangan Aerin teralihkan. Ia menatap seseorang yang baru saja datang.

"permisi, bisa bicara?" ucap seorang dokter kepada Aerin.

Aerin menyeka air matanya lalu mengangguk. Dokter itu pergi dari sana dan disusul dengan Aerin di belakangnya. Aerin mendaratkan bokongnya di hadapan dokter itu.

"bagaimana perkembangan pasien?"

"sejauh ini semua baik-baik saja, dok. Mungkin hanya dia sering merasa sakit pada bagian kepala"

"mungkin karena ia berusaha  mengingat memorinya. Saya hanya ingin kamu tetap membantunya mengembalikan memorinya sedikit demi sedikit. Karena jika saya lihat, pasien tidak sanggup jika harus mengingat semuanya dengan waktu berdekatan dan cenderung menolak"

Aerin menatap dokter itu dengan tatapan khawatir. Entah mengapa ia merasa akan sulit mengembalikan semua ingatan Jungkook.

•••

Malam hari ketika Jungkook tengah makan malam, Jae tiba di kamar rawat Jungkook. Ia menghampiri Aerin dan Jungkook. Jungkook menatap Jae.

"siapa dia?" tanya Jungkook pada Aerin.

"aku Jae, kau tidak ingat?"

Jungkook memejamkan matanya. "tidak, aku tidak ingat"

Aerin dan Jae saling tatap. Aerin menggelengkan kepalanya. Jae mendudukkan dirinya di ujung ranjang.

"Jungkook, apa kau tak ingat siapa Aerin?" tanya Jae.

Jungkook menatap Aerin. Aerin tersenyum menatap Jungkook. "dia yang selama ini merawatku"

Jae tersenyum tipis ke arah Jungkook. Jungkook menatap Jae lalu mengedipkan matanya beberapa kali. Jungkook meletakkan sendok dan garpu yang tengah ia pegang dengan kasar. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit.

"senyum itu..." batin Jungkook.

"Jungkook, ada apa?" tanya Aerin khawatir.

Jungkook membuka matanya perlahan. Ia menatap Jae. "aku seperti pernah melihatmu"

Aerin mengerutkan keningnya. Mereka semua terdiam.

"apa yang kau ingat?" tanya Jae.

Jungkook menatap langit-langit. "aku ingat, aku pernah makam ice cream dengan seorang wanita, aku ingat ada seorang wanita cantik memberiku sekotak makanan, dan...aku ingat seseorang saat melihat senyummu"

Aerin tersenyum tipis. "bagus, sekarang lanjutkan makannya"

Jungkook menatap Aerin lalu mengangguk. Jungkook kembali melahap makanannya. Aerin mendudukkan dirinya di kursi yang ada di samping ranjang. Entah mengapa ia takut jika Jungkook sama sekali tidak bisa mengingat siapa dirinya.

•••

Sudah satu bulan Jungkook masih berusaha mengembalikan ingatannya. Dengan Jae dan Aerin perlahan Jungkook mengingat siapa Aerin dan siapa Jae. Namun, Jungkook lebih sering menanyakan Jae ketimbang Aerin yang selalu menjaga dan merawatnya.

"di mana Jae?"

"belum datang, ia masih bekerja"

Aerin meletakkan segelas coklat panas di atas nakas. Aerin duduk di samping Jungkook yang tengah membaca buku. Jungkook menoleh sekilas ke arah Aerin.

"Jung, kau tak ingat siapa aku?"

"Jae bilang kau kekasihku"

Aerin menoleh lalu tersenyum. "ya benar, kau tak ingat kau pernah bilang bahwa kau sangat mencintaiku lebih dari apapun?"

"sudahlah, suruh Jae ke sini!"

"nanti ia akan datang, bersabarlah"

Aerin menyandarkan tubuhnya di tumpukan bantal. Gadis itu menatap Jungkook yang sedang fokus membaca buku, tak lama kantuk menghampiri gadis itu. Aerin perlahan menutup matanya dan pergi ke alam mimpi.

Setelah selesai membaca buku Jungkook menoleh ke arah gadis di sebelahnya. Jungkook menghela napasnya. Ia terus menatap gadis itu, menatap kedua matanya yang tertutup lalu menatap bibir gadis itu.

"siapa namamu?"

"Red."

"aku tidak butuh nama itu lagi, sebut namamu!"

"tidak bisa tuan."

"sebut namamu dan kau akan jadi asisten pribadiku."

Ia menatapku ragu. "namaku Aerin, tuan."

Jungkook menutup matanya lalu tangannya menyentuh pelipisnya. Kepalanya kembali terasa sakit dan telinganya berdengung. Ia menolak untuk mengingat hal itu. Jungkook membuka matanya perlahan lalu bangkit dan pergi dari kamarnya.

•••

Malam hari tiba, Aerin berjalan menuju balkon kamarnya. Gadis itu mendudukkan tubuhnya di atas sofa kecil di balkon. Ia menatap langit malam yang cukup cerah, banyak bintang di atas sana. Ujung bibirnya tertarik, membentuk senyum manis di wajahnya.

Sesaat ia mengingat keadaan Jungkook yang sama sekali tidak mengingat tentangnya. Jae memang sudah memberi tahu siapa Aerin kepada Jungkook. Namun lelaki itu seperti tidak peduli.

Cairan bening menetes di ujung mata gadis itu. Aerin menekuk kedua lututnya lalu memeluk lututnya. Ia menyembunyikan wajahnya dibalik dengkul.

"aku merindukanmu, Jung. Aku sangat berharap kau akan mengingatku" ucap Aerin lirih.

Aerin mengangkat kepalanya. Kembali dirinya menatap langit. Hatinya terasa begitu nyeri setiap mengingat perlakuan Jungkook pada dirinya. Seakan lelaki itu begitu membenci dirinya.

Di sisi lain, Jae tengah menemani Jungkook di ruang tamu. Aerin memang sudah pulang lebih dulu dengan alasan tidak enak badan. Jae menatap Jungkook. Sejujurnya ia merasa tak enak pada Aerin.

"Jungkook, kau tidak ingat siapa itu Aerin?"

Jungkook menatap Jae. "aku tak ingat"

"Aerin kekasihmu, Jung. Dia yang sangat kau cintai, kau tak ingat pernah meninggalkan seorang wanita demi Aerin?"

Jungkook mengernyitkan dahinya. Ia tak percaya jika dirinya pernah menjadi sebodoh itu.

"tapi aku ingat ada seorang gadis cantik mengantarkan makan siang untukku, aku juga ingat pernah memakan ice cream bersama gadis itu. Aku tak tahu siapa gadis itu"

Jae menatap Jungkook lalu menghembuskan napasnya pelan.

"gadis itu Aerin" ucap Jae pelan.










tbc

hai readers yang kucintai, mohon bersabar yaa, cerita ini belum dekat sama ending jadi kalian harap tunggu aja chapter chapter berikutnya gimana☺️

MAKANYA BACA TERUS GUYSS JANGAN SAMPE KETINGGALAN!!!

oh ya! aku minta maaf karena kalo UP itu suka ga nentu waktu dan harinya, karena aku gapunya waktu khusus buat nulis😀

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang