36

2.2K 142 5
                                    

Jungkook membuka matanya perlahan. Lagi dan lagi ia harus berada di sini, Jungkook menghela napasnya lalu berusaha untuk bangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling tak ada siapapun di sana selain dirinya.

Tak lama terdengar suara langkah kaki. Ia menatap ke sumber suara ternyata itu adalah Aerin.

"dari mana?" tanya Jungkook sembari menatap Aerin sinis.

"menebus obat" ujarnya lalu meletakan obat di atas meja.

Aerin mendudukkan dirinya di atas sofa lalu memainkan ponselnya. Jungkook menyentuh pelipisnya, ia merasa kepalanya sangat pusing.

"aku ingin minum"

Aerin bangkit dari duduknya lalu melangkah mendekat ke arah ranjang. Ia meraih segelas air di atas meja lalu membantu lelaki itu untuk minum.

Jungkook menyandarkan tubuhnya di ranjang. Ia menatap Aerin yang kembali memainkan memainkan ponselnya.

"temanmu bilang jika Jae tak bisa ditemukan" ucap Aerin tanpa menoleh ke arah Jungkook.

Jungkook mendecak lalu mengacak rambutnya kasar.

"kita harus lapor polisi"

Aerin menoleh ke arah Jungkook yang tengah berusaha turun dari ranjang.

"tunggu kau membaik"

"tidak, kita harus melaporkan ini"

Aerin menghela napas lalu bangkit. Ia menghampiri Jungkook lalu kembali membaringkan lelaki itu di ranjang.

"kau ingin mencarinya dengan kondisimu seperti ini?"

"apa salahnya, Aerin? aku hanya ingin meno–"

"menolong wanita yang kau cintai itu?" sergah Aerin membuat Jungkook terdiam.

Jungkook menatap Aerin cukup lama.

"jika kau tidak ingin membantuku mencari Jae tidak apa, aku bisa melakukannya sendiri"

"bukan aku tak ingin membantu, pikirkan dirimu!" ucap Aerin.

"tapi Jae sedang butuh bantuan kita"

Aerin terdiam dan sesaat kemudian membalikkan tubuhnya. Ia meraih tas miliknya yang berada di atas meja.

"lakukan semaumu, Jung. Aku sudah tidak peduli!"

Aerin pergi meninggalkan Jungkook sendirian. Jungkook menatap punggung Aerin yang menghilang di balik pintu. Jungkook mengacak rambutnya frustasi. Ia merebahkan kembali dirinya di ranjang. Kepalanya terasa sangat pusing memikirkan semua ini.

•••

Jae menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Lelaki paruh baya di sebelahnya baru saja melakukan hal bejat padanya dan kini ia sudah tertidur. Air mata Jae terus menetes membasahi pipinya. Wajahnya terlihat pucat karena Jae benar-benar tidak nafsu makan.

Jae membalikkan tubuhnya membelakangi lelaki itu. Ia menghela napasnya. Ia tak percaya jika ia harus bertemu dengan lelaki itu dan kembali merasakan luka yang telah lama ia simpan.

Jae bangkit lalu berjalan menuju luar kamar. Ia menatap sekeliling, rumahnya tampak sangat berbeda dengan yang dulu. Ia kembali menangis saat melihat foto dirinya dan ibunya yang tergeletak di lantai. Ia mengambil foto itu lalu membawanya kembali ke kamar.

Ia menyimpan foto itu di dalam tas miliknya lalu kembali merebahkan tubuhnya yang lelah dan sakit di atas ranjang.

Pagi harinya Jae mendengar suara seorang wanita yang sepertinya tengah mengobrol dengan lelaki itu.

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang