55

1.1K 98 6
                                    

Jungkook tengah sibuk dengan pekerjaannya yang sedari awal ia datang belum juga selesai hingga pukul 2 siang. Saat ia sedang fokus menatap layar datar di depannya, dering teleponnya membuatnya terpaksa harus menghentikan pekerjaannya.

Tertera nama gadis kesayangannya itu, tanpa berpikir panjang lelaki itu langsung menyambungkan teleponnya dengan gadis di seberang sana.

"ya? ada apa?"
"perutku.."
"hey hey, ada apa? ada apa denganmu?"
"perutku sakit sekali, Jung"

Mendengar suara kesakitan Aerin, sontak lelaki itu langsung berlari menuju luar gedung. Ia berlari menuju mobil miliknya yang terparkir di depan gedung kantornya. Beruntung ia selalu mengantongi kunci mobil miliknya. Dengan tergesa-gesa ia menyalakan mobilnya lalu tancap gas menuju apartemen tempat ia tinggal bersama gadis kesayangannya.

Setibanya di sana Jungkook langsung berlari menuju unit apartemen miliknya. Ia berkeliling mencari keberadaan Aerin di dalam unit apartemen yang tak begitu luas dan tak begitu sempit.

Terdengar isak tangis dari dalam kamar mandi. Jungkook lantas berlari menghampiri suara isak tangis yang barusan ia dengar. Ia tahu itu pasti Aerin.

•••

Aerin terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dokter bilang jika gadis itu harus lebih banyak istirahat. Terpaksalah Jungkook harus memarahi Aerin, Jungkook tak tahu apa yang Aerin lakukan saat ia seorang diri di apartemen. Namun, Jungkook sudah memastikan pasti Aerin melakukan pekerjaan yang cukup berat.

Lelaki itu terduduk di atas kursi yang berada di sebelah ranjang. Aerin menatap sisi lain dari ruang IGD, ia tak ingin menatap kedua netra Jungkook yang kini pasti tengah menatapnya. Tak ada satupun yang berani membuka percakapan. Beberapa menit berlalu hanya terdengar aktivitas para tenaga medis di ruang IGD itu.

"kau sengaja melakukannya?" tanya Jungkook tiba-tiba.

Aerin terdiam. Ia tak ingin menjawab pertanyaan Jungkook yang nantinya akan menambah rumit masalah ini. Ia memilih diam dan tetap pada pandangan yang tak tergeser dari sudut lain dari ruang IGD tersebut.

"Aerin, aku sedang bicara. Bisakah menatapku, itu tidak sopan" ucap Jungkook yang terdengar sangat tegas. Membuat Aerin sedikit menurunkan egonya.

Aerin menatap Jungkook walaupun sesekali ia melempar pandangannya ke arah lain.

"apa yang kau lakukan selama aku bekerja?"

Aerin menggeleng. Karena menurutnya, apapun yang ia lakukan itu adalah hal yang sangat ringan dilakukan. Contohnya saja mencuci, itu adalah kegiatan yang cukup ringan dan Aerin rasa ia bisa mengerjakannya.

"katakan padaku, apa yang kau lakukan?"

"hanya mencuci bajuku" ucap Aerin terdengar sangat pelan. Jungkook menghela napasnya. Ia membetulkan posisi duduknya, duduk dengan tegas sembari menatap Aerin membuat gadis itu sedikit menciut.

"jangan melakukan apapun setelah ini" ucap Jungkook terdengar tegas dan dingin.

•••

Aerin hanya dirawat selama semalam di rumah sakit. Untuk memberikan obat serta vitamin yang akan menemani hari-harinya. Aerin bukan tipe orang yang kuat untuk meminum banyak obat. Namun, ini demi kesehatan bayinya.

Sekarang Aerin dan Jungkook berada di atas sofa yang sama, di ruang tamu apartemen mereka. Jungkook tengah sibuk dengan laptopnya, sedangkan Aerin tengah memainkam ponselnya. Tak berselang lama, Aerin meringis. Jungkook sontak menoleh.

"ada apa, Aerin?" tanya Jungkook dengan penuh kekhawatiran.

Aerin tak menjawab apapun. Ia hanya menunjukkan layar ponselnya pada Jungkook. Benda pipih dengan case berwarna biru langit menampilkan seorang ibu hamil yang tengah berjuang untuk melahirkan bayinya.

"ada apa?" Jungkook yang kebingungan dengan hal itu hanya mampu menanyakan hal itu pada Aerin.

"nanti, aku akan seperti ini?" ucap Aerin dengan suara pelan namun terdengar sangat menggemaskan di telinga Jungkook.

Jungkook terkekeh, sebenarnya ia bingung harus menjawab apa. Ia takut jika ia menjawab 'iya' akan membuat gadis itu takut, namun jika ia menjawab 'tidak' sama saja akan membohongi gadis itu.

"semua ibu hamil akan merasakan hal itu. Hal itu sangat wajar, karena itu adalah proses untuk kau bertemu dengan dia" ucap Jungkook lembut sembari mengelus perut rata Aerin.

"aku tak tahu sesakit apa saat melahirkan, tapi kuharap kau akan kuat. Rasa sayangmu pada anak kita akan mengalahkan segala rasa sakit dan takut yang kau rasakan. Tumbuhkanlah rasa itu, Aerin" sambungnya sembari mengelus lembut pipi Aerin.

Aerin menatap kedua netra indah milik Jungkook, yang selalu berhasil menyita seluruh perhatian Aerin. Entah mengapa Aerin percaya dengan apa yang Jungkook katakan. Aerin tak mampu menjawab apapun selain terdiam sembari memandangi kekasihnya.

"sudah, ini sudah malam. Sudah waktunya untuk tidur, sebelum itu minum dulu obat dan vitaminmu, ya?"

Aerin mengangguk lalu beranjak dari sofa. Mendahului Jungkook, ia masuk ke dalam kamar lalu mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Ia membuka laci nakas untuk mengambil obat dan vitamin. Namun, matanya malah tertuju pada dua tiket pesawat yang berada di bawah obat dan vitaminnya.

Aerin teringat bahwa ia dan Jungkook punya rencana untuk pergi ke Busan. Tak lama Jungkook masuk ke dalam kamar. Aerin yang melihat sosok itu masuk lantas berdiri.

"ayo kita ke Busan!"

Jungkook yang mendengar itu lantas menoleh. Ia mengerutkan keningnya, berusaha mencerna apa yang barusan Aerin katakan.

"ke Busan?" tanya Jungkook sembari menghampiri Aerin.

Aerin mengangguk. "ya, ke Busan. Kau menginginkannya, bukan?"

Jungkook mendaratkan bokongnya di sebelah Aerin. "ya, tapi tidak untuk sekarang. Aku ingin lebih fokus untukmu dan dia, aku tidak ingin melakukan banyak kegiatan"

Aerin menghela napasnya lalu kembali meletakkan dua tiket pesawat itu di dalam laci. Aerin memasukan satu kapsul obat dan satu kapsul vitamin ke dalam mulutnya, lalu menenggak air putih yang sudah Jungkook siapkan.

"baiklah, mari kita lakukan banyak hal untuk dia"













tbc

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang