62

1K 44 0
                                    

"sakit sekali, sayang" kata Jungkook sembari menatap kosong sebuah batu berwarna putih di hadapannya.

Aerin menggenggam tangan sang suami lalu mengelus lembut lengannya. Aerin menatap wajah sang suami sembari tersenyum kecil. "Eomma sudah tidak sakit lagi, pasti Eomma istirahat dengan tenang di sana. Eomma pasti sangat bahagia karena di akhir hidupnya ia bisa berdamai dengan anak satu satunya, dan Eomma bisa pergi tanpa rasa benci yang ada di dalam diri anaknya"

Jungkook tersenyum tipis lalu merangkul Aerin. Lelaki itu mengecup kening sang istri. Jungkook tak tahu bagaimana jika Aerin tak ada di sisinya saat ini. Mungkin rasa sakit yang ia rasakan akan lebih sakit dua kali lipat. Jemari kekarnya mengelus perut besar Aerin.

"perpisahan pasti akan terjadi. Sesuatu yang pergi pasti akan diganti dengan hal yang tak kalah indah atau bahkan lebih indah. Aku percaya, anak kita adalah bahagiaku setelah kamu dan Eomma" ucap Jungkook sembari tersenyum lebar walaupun matanya sembab.

•••

Dua minggu berlalu, Aerin dan Jungkook tiba di salah satu rumah sakit. Aerin berjalan perlahan di sepanjang koridor rumah sakit. Sembari menahan rasa sakit yang kini menyerang perut sampai ke pinggang. Beberapa jam lagi dokter akan melakukan tindakan, Jungkook yang memilih untuk Aerin di operasi, karena ia tak ingin melihat Aerin merasakan sakit yang lebih parah.

"sakit?" tanya Jungkook sambil menuntun Aerin berjalan.

"sedikit, tidak terlalu sakit"

Jungkook mengangguk merespon perkataan Aerin lalu kembali menuntun Aerin berjalan di koridor. Aerin ingin sekali melahirkan secara normal, karena yang sering ia dengar, melahirkan normal akan lebih cepat pulih daripada melahirkan caesar. Namun, ini permintaan Jungkook. Mana mungkin bisa ditolak.

Dua jam berlalu sudah waktunya Aerin untuk masuk ke dalam ruang operasi. Aerin sudah berbaring di atas ranjang rumah sakit, sebelum ia dibawa ke ruangan operasi. Ia menggenggam tangan Jungkook.

"restui aku, doakan aku dan dia selamat. Aku minta maaf jika aku pernah membuat kesalahan selama aku bersamamu" ucap Aerin lirih dengan air mata yang tiba-tiba saja mengalir.

"sayang, jangan khawatir. Semua akan baik baik saja, berdoalah. Kau tak pernah membuat kesalahan padaku. Semangat, ya?" ujar Jungkook sambil jemarinya mengelus kepala sang istri.

Setelah itu Aerin langsung dibawa ke ruang operasi. Seluruh badan Jungkook terasa lemas bak tak bertulang. Ia berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di dinding bercat putih. Seluruh pikirannya hanya tertuju pada keselamatan kedua malaikatnya itu. Tak lama Aleda dan Jae tiba. Aleda mengelus punggung Jungkook sembari mengajaknya berdoa.

Jae menatap kedua orang itu. Ujung bibirnya tertarik ke atas, ia merasa bahagia karena sebentar lagi Jungkook dan Aerin akan bertambah kebahagiaan. Ia benar-benar merasa bersalah pernah hadir di tengah kebahagiaan dua orang itu, Jae merasa telah merebut banyak kebahagiaan Aerin. Namun, kini ia sudah mulai bisa menerima semua yang terjadi di masa lalu. Bagaimanapun kini mereka sudah hidup masing-masing dengan jalan hidup mereka yang jelas jauh lebih baik.

•••

Suara tangisan bayi terdengar sangat lantang di dalam ruangan inap Aerin. Aerin dan Jungkook tertawa kecil melihat putri kecil mereka tengah menangis karena kehausan. Aleda mengangkat bayi itu lalu memberikannya pada Aerin.

"dia sangat cantik, sayang" ucap Aerin.

Jungkook mengelus kening sang anak dengan jari telunjuknya. Bibirnya tak henti tersenyum melihat malaikat kecilnya kini sudah berada di tengah mereka. Jungkook mengecup lembut pucuk kepala bayi itu.

"Jeon Ji Woo" ucap Jungkook membuat semua pasang mata yang berada di dalam ruangan itu tertuju padanya.

"nama yang bagus, aku suka itu, Jung" ucap Aerin.

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang