25

2.7K 154 16
                                    

Setibanya di rumah Jungkook langsung merebahkan dirinya di ranjang dengan kasar. Ia mengacak rambutnya frustasi. Entah mengapa melihat Jae dengan Mark membuatnya panas. Ia bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Tengah malam saat Jungkook sedang menonton film ia dikejutkan dengan dering teleponnya. Ia meraih ponselnya yang ada di atas nakas lalu melihat siapa yang menelepon. Tertera nama Aerin di sana, Jungkook menggeser tombol hijau untuk menyambung teleponnya.

"ada apa?"
"kau yang ada apa"
"apa? bicaralah yang jelas"
"pikirlah sendiri"

Aerin memutus sambungan teleponnya membuat Jungkook tambah kesal. Ia melempar ponselnya ke sebelahnya lalu lanjut menonton film.

•••

"kerjakan semuanya!" perintah Jungkook sembari memijat keningnya.

Setelah bawahannya keluar Jungkook memutuskan untuk pergi keluar. Kakinya melangkah menuju lift tapi siapa sangka ia bertemu dengan Jae. Jungkook mempercepat langkahnya untuk mengejar Jae.

"Jae!"

Jae menghentikan langkahnya. Ia tak ingin menoleh. Jungkook menghentikan langkahnya tepat di hadapan Jae. Jae menunduk, ia tahu Jungkook akan membahas soal pertemuan mereka semalam.

"cepat sekali kau melupakanku" ucap Jungkook seolah Jae yang salah.

Jae tak menjawab, mereka sama-sama terdiam dalam pikiran masing-masing. Jungkook mencengkeram pergelangan tangan Jae membuatnya meringis.

"lepas!"

"dengarkan aku!" sergah Jungkook.

"kamu ini mau apa!?" tanya Jae dengan suara lantang.

Jungkook melepas tangan Jae lalu menatapnya dengan tatapan tajam. Jae benar-benar rindu dengan tatapan itu, ingin sekali ia memeluk Jungkook dengan sangat erat tanpa melepasnya lagi.

"dia benar kekasihmu?"

"apa urusannya denganmu?"

"aku bertanya, dia kekasihmu?"

Jae menatap Jungkook. Memang benar Mark kekasih Jae namun Jae tak benar-benar mencintainya, cintanya tulus hanya untuk Jungkook.

Jae menghela napas pelan. "ya, kenapa?"

"cepat sekali kau melupakanku, Jae"

Jae tertawa lirih. "kamu sudah bahagia bersama Aerin, kan? aku juga membutuhkan seseorang yang bisa menyembuhkan lukaku, aku tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihanku"

Jungkook tak tahu lagi ingin bicara apa. Ia terdiam tak berkutik. Tatapan lembut Jae kini sirna, entah apa arti dari tatapan Jae sekarang.

"sudahlah, Jung. Aku benar-benar tidak ingin menganggu kalian lagi" ucap Jae sembari pergi melangkah dari sana.

Jungkook menarik tangan Jae masuk ke dalam lift. Saat pintu lift tertutup Jungkook langsung mencium bibir Jae. Jae berontak namun Jungkook semakin memegangi tubuh Jae dengan kuat.

Jae mendorong tubuh Jungkook untuk menjauh darinya dengan sekuat tenaganya. Dalam hatinya memanggil nama Mark, ia tak sadar itu, ia hanya ingin lepas dari Jungkook saat ini. Jungkook melumat bibir Jae dengan brutal membuat Jae tak kuasa menahan tangisnya. Suara lift membuyarkan semuanya, Jungkook melepas lumatannya pada bibir Jae lalu menatap Jae lekat.

"aku masih ingin bicara!" ucap Jungkook sebelum pergi meninggalkan Jae dalam lift.

Jae menunduk sembari air matanya terus turun membasahi pipinya. Ia benar-benar kaget melihat Jungkook sekasar tadi. Jae menghapus air matanya, ia berusaha terlihat baik-baik saja lalu keluar dari lift.

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang