50

1.3K 76 12
                                    

Jae berjalan menuju ruangan di mana dirinya akan dipotret. Ia menghela napas saat tiba di depan ruangan itu, ia merasa tak nyaman karena jadwalnya kali ini adalah Yejun yang memotret dirinya. Tangannya menekan kenop pintu lalu mendorong perlahan pintu berbahan kaca itu.

Yejun menundukkan kepalanya saat Jae mulai mengambil posisi di depan dirinya. Instruksi dari seorang pria dewasa mulai terdengar, Yejun mengangkat kepalanya lalu mulai memposisikan lensa kameranya ke hadapan wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu. Jauh di lubuk hatinya, Yejun merasa sangat sakit sekaligus gagal. Yejun memang masih mencintai Jae, masih sangat mencintai wanita itu.

Setengah jam berlalu, Jae mendudukkan dirinya di sofa yang berada di sudut ruangan. Tatapannya kosong menatap ke depan, tak lama Yejun menghampirinya dengan segelas kopi di tangannya lalu ia memberikan kopi itu pada Jae yang duduk terdiam.

Jae menatap Yejun sekilas lalu menatap segelas kopi di tangan lelaki itu, Jae menerima gelas itu lalu mulai meminumnya. Yejun menghela napasnya lalu mendaratkan bokongnya di sebelah wanita itu berada.

"di mana Yuna?" tanya Yejun pada Jae yang tengah menyeruput kopi pemberian dirinya.

"aku tak tahu"

"apa Yuna tahu tentang ini?" tanya Yejun lagi.

Jae hanya menggeleng lalu meletakkan gelas kopi di atas meja yang berada di depannya. "tidak, aku tak ingin ia tahu. Ia pasti akan kecewa sama sepertimu"

Yejun menatap Jae. Jae menundukkan kepalanya. "aku terpaksa melakukan ini, maaf jika kau kecewa denganku"

"pulanglah bersamaku, kutunggu di depan kafe xxx"

Yejun bangkit lalu pergi keluar ruangan meninggalkan Jae yang masih terselimuti rasa kebingungan akan dirinya sendiri. Ia tak ingin terus seperti ini, namun tak ada yang bisa ia lakukan.

•••

Jae berjalan menuju lobi apartemen. Mini dress berwarna hitam dengan cardigan berwarna coklat yang ia kenakan malam itu terlihat sangat cocok dengannya. Ia terus berjalan hingga tiba di depan seorang lelaki berjaket jeans yang sudah menunggunya di lobi.

"sudah lama menunggu?"

"belum, ayo!"

Mereka pergi ke sebuah tempat makan yang biasa mereka sebut dengan sebutan 'Pojangmacha'. Jae menduduki salah satu kursi yang masih kosong sedangkan Yejun terlihat menjauh dan pergi mengangkat telepon.

Tak lama Yejun datang bersama seorang wanita yang sangat Jae kenali, ya, Yuna. Yejun membawa serta wanita itu untuk makan malam bersama dirinya dan Jae. Jae dengan senang menyambut kedatangan Yuna.

Di pertengahan acara makan mereka, Yuna membuka suara. Yuna menatap Jae dengan tatapan serius. "Jae, jawablah pertanyaanku dengan jujur"

Jae yang mendengar itu lantas mengangkat kepalanya dan menatap sahabatnya semasa SMA dulu. Alisnya terlihat terangkat menunggu pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Yuna.

"sejak kapan kau memutuskan untuk menjadi model?"

Pertanyaan Yuna sukses membuat Jae membelalakkan matanya. Jae menatap Yejun, berharap Yejun mengakui bahwa ialah yang memberi tahu Yuna soal pekerjaannya saat ini.

"jawablah. Jae. Aku hanya ingin tahu hal itu darimu"

Jae menatap Yuna sekilas lalu kembali menunduk. Tangan Yejun bergerak mengelus punggung tangan milik Jae, berusaha menenangkan wanita itu.

"belum lama, aku hanya terpaksa melakukan hal ini, ini semua bukan keinginanku"

"Yejun sudah menceritakan semuanya padaku, sekarang apa kau akan terus bekerja seperti ini? aku dan Yejun sepakat untuk membebaskanmu dari kontrak itu"

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang