BAB 13: Apakah Kalian Serius?

82 12 0
                                    

Dear Diary

Hubungan kami tak luput dari pengamatan keluarga.

Awalnya orang tua kami hanya mengira bahwa hubungan kami ini seperti yang sudah-sudah hanya sebatas pekerjaan.

Namun demi melihat semakin hari kami semakin tak dapat dipisahkan tentu saja menjadi pertanyaan bagi mereka.

Satu hari aku dan Junjun dipanggil oleh mama papa Gong.

"Silahkan duduk Tuan Zhang" ujar Papa Gong sembari menunjukkan kursi di depannya.

"Kau Juga Jun, duduklah"
Kamipun duduk berdampingan dengan gelisah.

"Tuan Zhang ..." ujar Papa Gong.

"Mohon panggil saya saja Hanhan" jawabku

"Baiklah Han, mungkin dirimu sudah menebak, maksud tujuan kami memanggilmu" tanya Papa Gong.

"Maaf paman, bisa paman utarakan maksud paman memanggil kami.di sini" jawabku dengan sopan.

"Sebagai orang tua kami dahulu juga pernah muda dan mengerti bahwa ada saatnya kita akan menyukai seseorang"

"Sebagai orang tua juga kami tidak ingin menutup mata pada siapa anak kami menyukai, terhadap siapa anak kami akan membuatnya bahagia"

"Namun masalahnya adalah anak kami laki-laki satu-satunya dalam keluarga kami. Sama seperti dirimu"

"Jadi sebagai orang tua kami berhak untuk menanyakan masalah ini"

"Jadi Han, paman ingin bertanya apakah dirimu memandang anak kami seperti sebagai teman atau pasangan?" tanya Tuan Gong Akhirnya.

"Pa.." ujar Gong Jun

"Papamu sedang bicara tidak sopan bagimu untuk menyela pembicaraan"

"Nanti ada saatnya kau berbicara" ujar Mama  Gong.

Gong Jun kembali terdiam.

"Paman, Bibi sebelumnya saya Zhang Zhehan mohon maaf tidak datang memperkenalkan diri saya secara resmi"  ujarku kemudian berdiri diikuti oleh Junjun.

Kami  kemudian mundur dua langkah kebelakang lalu bersujud memberikan pengorbanan secara resmi layaknya seorang anak pulang dari tempat yang jauh untuk.pertama kalinya setelah beberapa waktu lamanya

Mengingat lututku yang terluka Gong Jun merasa khawatir dan berkata.

"Pa, ma,  lutut Zhehan belum pulih sempurna dari lukanya mohon izinkan dia berdiri" ujar Gong Jun sembari berlutut dan bersujud pada orang tuanya.

Melihat kedua anak itu, orang tua Gong Jun hanya dapat menyuruh mereka berdiri dan duduk kembali.

Dan benar saat berdiri tubuh Zhehan sedikit oleng namun Gong Jun dengan sigap menangkap tubuh Zhehan agar tidak jatuh.

Melihat itu kedua orang tua Gong Jun menjadi tidak tega untuk menyusahkan keduanya.

Namun pertanyaan tetap harus di ajukan demi kepastian.

"Hanhan, Junjun, Apakah kalian sadar akan resiko bila kalian hidup bersama di negeri ini?" tanya Mama

"Tahu Bibi" jawabku
"Tahu Ma" jawab Gong Jun

"Apakah kalian serius?"  tanya papa Gong.

"Kami serius paman bibi" jawabku.

"Bagaimana dengan orang tuamu, Han?" tanya Mama

"Aku hanya memiliki mama saat ini mama hanya menyerahkan padaku, bila memang jodoh kami. Maka itulah jalan kami. Namun bila tidak kami diminta untuk menyerah" jawabku dengan mantap saat itu.

"Kata-kata mamamu penuh makna" ujar Papa Gong.

"Jadi menurutmu jawaban apa yang ingin kau dengar dari kami" tanya Papa Gong.

Dan dengan meluruskan tubuhnya Zhehan menjawab.

"Kami tahu hubungan kami bukanlah seperti orang pada umumnya, aku tidak bilang hubungan kami tidak normal, hanya tidak umum saja"

"Untuk sampai pada tahap ini kami juga mengalami banyak hal"

"Aku juga tidak dapat menjamin bila hubungan kami akan langgeng karena ini melibatkan Junjun Juga"

"Yang jelas saat ini yang dapat kami lakukan adalah bekerja sama menjaga hubungan kami bahagia" jawab Zhehan

"Bagaimana dengan keturunan. Gong Jun adalah putera kami satu-satunya, tentu kami berharap akan ada penerus nama keluarga kami" ujar Papa Gong

"Pa masalah itu sudah kita bicarakan khan" ujar Gong Jun saat itu.

"Papa bilang kau belum waktunya bicara Jun, ini tidak hanya menyangkut dirimu namun menyangkut kami semua" ujar Papa Gong

"Akupun anak tunggal di keluarga kami paman, aku akui ini adalah kelemahan dari hubungan kami"

"Aku juga menginginkan darah dagingku sendiri, namun dalam hal ini tak mungkin Junjun bisa berikan kepada keluarga kami"

"Kami berdua pernah memiliki pasangan seperti pasangan lainnya, namun tidak ada yang berjalan sesuai keinginan kami, kami juga pernah disakiti oleh pasangan kami terdahulu"

"Perceraian banyak terjadi pada pasangan normal, banyak anak-anak terlantar karena pasangan normal, tidak sedikit juga pasangan normal yang tidak memiliki keturunan dan karena paradigma ini mereka memilih berselingkuh ataupun bercerai"

"Namun aku merasa bahwa Junjun adalah orang yang dapat membuatku bahagia, begitu juga Junjun terhadapku"

"Menemui orang yang benar-benar dapat mencintai dan membahagiakan diri kita adalah suatu anugerah"

Saat itu sejenak semua terdiam seolah mencerna ucapanku

"Tapi kalian berdua sama-sama pria" ujar Mama Gong

Tiba-tiba nenek Gong masuk dan duduk diantara mereka.

Aku membungkuk dan memberi salam pada Nenek Gong.

"Salam nenek" ujarku

Kini aku tahu darimana ketampanan wajah Gong Jun diperoleh. Nenek Gong saat muda pasti cantik, guratan tegas di wajahnya tampak disana.

"Oooh jadi ini calonnya Junjun ya" ujar Nenek Gong sambil memandang wajahku dengan senyumannya.

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang