Zhehan menuliskan segala kenangannya bersama Junjun.
Pada saat dia marah atau senang ditumpahkan dalam buku diarynya. Hingga pada saat ada keinginanan untuk berpisah karena pertengkaran dia dapat membaca kenangan manis saat bersama Junjun.
Apa sih...
Mereka berdua kemudian berjalan bersama menuju sebuah pintu yang terbuka di depan sana.
Mereka berdua terkejut demi melihat pemandangan di dalamnya.
"Bao.. itu... kenapa dengan mereka?" tanya Zhehan dengan memicingkan matanya.
Melihat orang-orang yang dulu 'dekat' dengannya namun karena keserakahan dan ambisi mereka yang menginginkan apa yang bukan milik mereka sehingga mereka kini nampak sedang memetik hasil dari yang mereka tanam.
Badan Zhehan sedikit gemetar melihat pemandangan di depannya. Walaupun Zhehan tidak menyukai atas tindakan mereka terhadapnya dahulu. Namun hatinya tetap iba melihat penderitaan yang mereka terima saat ini.
Menyadari tubuh gemetar belahan jiwanya. Gong Jun menggenggam erat tangan Zhehan untuk menenangkannya.
"Sssssh, sudah tidak apa-apa, mereka hanya menerima apa yang mereka tanam," ujar Gong Jun.
"Tapi sampai kapan mereka akan menjalani itu semua?" tanya Zhehan.
"Sampai mereka menyadari kesalahan mereka dan memperoleh keikhlasan memberikan maaf dan pengampunan dari orang yang telah dirugikan oleh mereka," tiba tiba tampak seorang yang mengenakan setelan hitam dengan topi hitam masuk dan mendekati mereka.
Gong Jun segera menarik Zhehan ke belakangnya seolah melindungi Zhehan dari orang itu.
"Heh? Dia khan aktor korea ngapain bisa ke sini, Jun? tanya Zhehan.
Gong Jun seolah teringat sesuatu dan berkata:
"Ah iya, Malaikat Maut di film Goblin. Kenapa kau bisa ikutan dalam mimpi kami?" tanya Gong Jun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hai semua, jangan tanya aku, tanya tuh sama Min. Aku juga tidak tahu di sini sebagai apa," ujar Dong Wook.
"Makanya kalau lagi breafing peran tuh dengerin"
"Nih baca skriptnya, Dong Shi," ujar Min sambil menyerahkan satu lembar kertas untuk dibacanya
Gong Jun dan Zhehan saling menatap heran akan hal ini. Namun mereka berdua hanya mengangkat bahu dan kembali mengobrol.
Namun tak lama kemudian Dong Shi atau Malaikat Maut berkata.
"Oke, kita lanjutkan," jawab Dong Shi.
"Aku di sini sebagai Malaikat Maut yang bertanggung jawab pada jiwa -jiwa yang sudah saatnya meninggalkan raganya," ujar Malaikat Maut itu.
"Memangnya kalau Malaikat Maut modern harus memakai topi ya?" tanya Gong Jun.
"Aku mengenakan topi ini gara-gara kalian berdua," jawab Malaikat Maut.
"Hah? apa hubungannya dengan kami? memangnya kami berdua adalah Malaikat Maut?" protes Gong Jun cepat.
"Sebelum kalian berdua dibawah naungan Dewi Bulan dan Dewa Asmara dulu sekali kalian adalah Malaikat Maut,"
"Bahkan karena gaya berpakaian kalianlah Dewa Neraka, kemudian mengharuskan kami bergaya seperti kalian saat bertugas,"
"Tentu saja style kami berbeda satu sama lainnya" jawab Malaikat Maut.
"Ah, bagaimana ceritanya gaya berpakaian kami dulu di jadikan referensi seragam Malaikat Maut," ujar Zhehan.
Malaikat Maut pun mengacungkan jarinya ke dinding sebelah mereka, kemudia menepukkan tanganya satu kali. Muncullah gambar di dinding itu.
"Ini kalian berdua bukan?" ujar Malaikat Maut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keduanya hampir terjatuh demi melihat gambar mereka itu.
"Menurut Raja Neraka. Karena gaya kalian inilah maka banyak jiwa-jiwa yang dengan sukarela kalian jemput,"
"Bahkan tidak sedikit juga mereka yang belum saatnya mati, pergi memanjatkan doa agar dijemput oleh kalian" jawab Malaikat Maut.
"Karenanya, kalian berdua memperoleh anugerah untuk menjadi jiwa abadi di bawah naungan Dewi Bulan dan Dewa Asmara," jelas Malaikat Maut.
Zhehan dan Gong semakin bingung dengan penjelasan Malaikat Maut itu.
"Lalu, kenapa kami ada di bumi sekarang?" tanya Gong Jun dan Zhehan bersamaan.
"Ya, hal biasa bila para penghuni Langit turun ke Bumi untuk kenaikan tingkat dan uji kelayakan sebagai Jiwa Abadi atau para calon Jiwa Abadi yang di adakan 200 tahun sekali," jawab Malaikat Maut.
"Lalu bagaimana dengan mereka, bukankah mereka belum mati, mengapa mereka sudah ada sini?" tanya Zhehan.
"Jiwa mereka memang belum mati saat ini, namun yang telah mati adalah hati nurani mereka,"
"Sekarang jiwa hidup mereka hanya tinggal menunggu bersatu kembali dengan hati nurani mereka agar mereka bisa terlahir kembali sebagai manusia,"
"Jadi apa yang tengah mereka alami saat ini adalah proses penyempurnaan untuk reinkarnasi," tanya Zhehan.
"Maksudmu yang sekarang miliki adalah jiwa yang hampa," tanya Gong Jun.