BAB 15: Wait and See

72 13 0
                                    

Dear Diary

Hari ini Junjun pulang ke rumah dengan mata sembabnya.

"Kau kenapa?" tanyaku

"Aku benci dengan yang orang-orang katakan mengenaimu" jawabnya sambil memelukku dari belakang.

"Memangnya apa yang mereka katakan mengenaiku?" ujarku sambil berbalik memeluk dirinya.

"Pokoknya segala hal yang tidak baik" jawabnya tak ingin aku menjadi kembali sedih.

Rupanya dia menangis bukan karena sedih namun karena merasa marah.

"Sudahlah biarkan saja, waktu nanti yang akan membuka kebenaran"

"Bila tuduhan mereka itu benar maka akupun tidak akan bisa menghindari. Sejauh apapun aku bersembunyi"

"Namun bila tuduhan mereka itu tidak benar maka hanya akan memperlihatan keburukan mereka sendiri nantinya itulah karma" jawabku.

"Tapi semua yang mereka katakan itu sampah!!"

"Yang mereka tuduhkan itu adalah kebohongan, bila kita tidak memberikan penjelasan, dan hanya diam menunjukkan bahwa yang mereka tuduhkan itu adalah benar" jawab Junjun marah

"Benar itu yang dikatakan bos Jun Han, kita tidak bisa berdiam diri saja" ujar Xiao Yu

"Nah khan, mari kita berikan bukti-bukti yang ada baby" jawab Junjun.

"Pada siapa? Mereka? Melalui media yang mereka miliki? Bahkan data saja bisa mereka putar balikkan apalagi hanya ucapanku"

"Bukankah sama saja kita memakan umpan mereka?" jawabku

"Mengapa kita tak gunakan taktik perang dari Sun Tzu" ujarku

"Apa hubungannya?" tanya Gong Jun.

'Pertama adalah kenali dirimu dan kenali musuhmu, bila kita sudah mengenali itu maka baru kita bisa menahlukkan musuh tanpa harus berperang" Ujarku kembali bersemangat.

"Jadi apa rencanamu?" tanya Gong Jun.

"Just wait and see, permainkan emosi mereka . Semakin kita nampak tak berdaya semakin musuh akan menampakkan diri dengan sendirinya dan menjadi lengah karena ketamakan  mereka sendiri" jawabku

"Sampai kapan?" tanya Gong Jun.

"Sampai mereka saling mencakar satu sama lain dengan sendirinya. Terjebak oleh jerat yang mereka pasang sendiri"

"Bukankah itu lebih menyenangkan?"  jawabku menenangkan Junjun.

Aku yakin bila aku ikut emosi dengan melihat wataknya Junjun dia pasti akan berusaha keras untuk membalasnya.

Namun hal ini akan membahayakan karirnya nanti. Maka akan sia-sia aku bertahan selama ini.

Aku percaya bahwa saat ini Tuhan tengah mencoba membuatku untuk lebih mengkoreksi diriku agar aku lebih kuat dan lebih berhati-hati lagi dalam bersikap.

Mungkin karena Tuhan sedang mempersiapkan sebuah anugerah besar untukku dan itu membutuhkan mentalku yang lebih dewasa dari sekarang .

Setidaknya dengan kasus ini aku bisa melihat siapa kawan yang sesungguhnya dan siapa lawan yang berpura-pura menjadi kawanku.

Dan aku bersyukur bahwa kawan sejatiku baik itu dari dukungan mama, keluarga besar, para fansku, fans Junjun juga fans kami berdua  lebih banyak daripada kawan palsuku yakni mereka yang meninggalkanku bahkan menuang garam di atas lukaku.

"Lalu apa yang akan kau kerjakan selama menunggu masa itu" tanya Gong Jun.

"Apa lagi, aku harus tetap bekerja untuk memperoleh uang" jawabku

"Kau akan bekerja di mana?" tanya Gong Jun cemas.

"Tentu bekerja padamu, aku bisa menjadi guru pribadimu di bidang acting, tarik suara, fashion, modeling, trainer olahraga juga pengawas isi lemariku" jawabku penuh arti

"Tapi aku khan sudah punya orang untuk itu" ujar Gong Jun.

"Bukankah lebih kau membayarku apakah kau lebih suka aku memperoleh dari orang lain?" jawabku lagi

Aku tahu Junjun tidak akan mengijinkanku untuk itu. Para fans kami bilang Junjun itu bapak yang pencemburu dan posesif terhadapku.

Bukankah kami berdua seperti itu? Ha...ha..ha...

"Tapi apa maksud pengawas isi lemarimu memangnya siapa yang akan mencuri isi lemarimu?" tanya Gong Jun mulai gelisah.

"akhir-akhir ini baik  baju, celana, jacket bahkan celana dalamku sering lenyap dari sana" jawabku

"Hah?! Siapa yang berani mengambil celana dalammu?" ujar Gong Jun terbata.

"Karenanya aku akan menyelidiki siapa saja yang masuk ke kamar pribadiku" jawabku kembali.

Orang ini memangnya aku tidak melihat kau mengenakannya disetiap acaramu? Pakai pura-pura kaget lagi

"Yu!" tanyaku sambil menatap mata Xiao Yu.

"Ya ampun Bos, celanamu itu mana mungkin muat di bokongku yang lebih bohay nan semok darimu itu. Kurang kerjaan amat" jawab Xiao Yu

Mata kami berdua beralih pada Gong Jun yang tampak tersenyum mencurigakan

"Apa..kenapa kalian melihatku, mana mungkin aku" jawabnya.

"Coba sini buka aku akan melihatnya sendiri, apa juniormu tidak merasa sesak di situ?" jawabku seraya mengejar Gong Jun yang telah lari ke dalam kamar.

"Junjun.. Kau hendak kemana? Apa yang akan kau sembunyikan? Teriakku sambil mengejarnya.

"Haiyaaa lagi-lagi aku harus mencari Jason kekasih gelapku. Jasoooon!" kudengar suara Xiao Yu ngedumel.

(Ya ampun Kang Yuyu... Nasibmu apek banget udah dicuekin jadi jomblo permanen lagi. Sampai-sampai Jason dianggep sephia).

(Salah satu buktinya nih mih)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Salah satu buktinya nih mih)

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang