BAB 21: Rindu

85 17 8
                                    

Aku juga sering bermimpi seorang wanita yang sama yang belum pernah aku temui dan tak ku kenal.

Namun wanita itu sangat mengerikan tangannya penuh darah.

Karenanya beberapa hari terakhir ini aku sering merasa tidak nyaman sehingga mendekap Junjun agar aku merasa lebih merasa nyaman.

Namun aku sangat kecewa dan sedih. Junjun menampikku. Belum pernah dia memperlakukan aku seperti itu. Bahkan justru dia yang seperti ulet keket selalu menempel pada diriku seolah takut aku pergi.

Ah diary, ada apa dengan Junjun, aku kehilangan sosok Junjun yang dulu. Aku seperti tidak mengenal Junjun saat ini.

Kami sering bertengkar, aku rindu akan Junjun yang manja padaku, aku rindu akan Junjun yang selalu menceritakan segala hal bahkan hingga berapa kali dia buang airpun dia ceritakan padaku hingga membuatku jengah.

Namun aku suka dengan hal itu semua. Karena hanya pada Junjun aku tidak perlu berpura-pura tegar bila menghadapi masalah.

Dengan Junjun aku bisa menangis, tertawa dengan bebas. Berbicara banyak hal.

Junjun selalu menjaga perasaanku, menanyakan pendapatku terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu.

Junjun yang tegas yang dapat memberikan alasan yang akurat bilamana aku dirasa melewati batas.

Junjun yang posesif menjagaku namun tidak menghalangiku untuk bertemu dengan siapapun asalkan dia mengetahui alasanku untuk menemui orang tersebut dia tidak mempermasalahkan.

Junjun yang membatasi dirinya sendiri dengan tak lagi melakukan service fans seperti memperlihatkan otot perutnya. Walau aku sendiri tidak mengatakan secara terang bahwa aku cemburu bila dia melakukan itu.

Membatasi diri dari hingar bingar gemerlap kehidupan aktor.

Tidak minum alkohol secara berlebihan. Karena takut mabuk dan menjadi contoh yang tidak baik bagi fansnya.

Namun alasan sebenarnya adalah ia memang peminum yang payah dan takut dimanfaatlan orang lain.

Aaaah aku sungguh merindukanmu Jun.

Dear Diary

Hari ini aku bertemu dengan salah seorang seseorang wanita paruh baya. dalam perjalanan pulang ke rumah tiba-tiba dia berkata
"Mr. Zhang apakah aku bisa bicara denganmu?" tanya dia

"Ooh silahkan" jawabku karena toh aku juga sedang bosan.

"Apakah Anda akhir-akhir ini kurang bahagia dengan orang rumah?" tanya dia.

"Maaf itu terlalu pribadi" jawabku saat itu.

Namun anehnya dia terus memandang wajahku dengan tatapan bukan seperti para fans lainnya.

Jari tangannya bergerak seolah sedang menghitung. Aku hampir menertawakannya. Namun.

Tatapan itu sangat menggetarkan hati. Hingga akupun merasa sedikit mual.

"Apakah saat ini Anda merasa mual?" tanya wanita setengah baya itu.

"Ehmm sedikit, bagaimana anda tahu?" jawabku mulai curiga.

"Jangan takut, saya tidak berniat mencelakaimu. Kamu anak baik" ujar wanita itu lagi.

"Jadi maksud Ibu bagaimana?" tanya Zhehan.

Yuyupun mulai menaruh perhatian terhadap obrolan kami ini.

"Apakah Anda percaya akan adanya dunia lain?" tanyanya.

Saat itu aku berfikir jangan-jangan orang itu ingin bicara tentang alien?

"Alien maksud ibu?" tanyaku menahan senyum

"Alam ghaib maksudnya" ujar Yuyu.

"Ya itu maksud aku" jawab wanita itu.

"Percaya" jawabku

Bila tidak untuk apa ada drama-drama mengenai hantu. Apalagi Wen Kexing menjadi ketua lembah hantu, batinku

"Auramu tubuhmu saat ini diliputi kegelapan. Dan mulai mengegerogoti energimu. Bila tidak ditangani segera maka kau akan mengalami kematian yang sebenarnya" ujar wanita itu.

Aku dan Yuyu saling berpandangan.

"Sekali lagi memangnya emang aku pernah mati?" tanyaku heran

" Yang pertama adalah saat kau tak bisa lagi hidup sebagai manusia normal. Kau tak bisa bekerja kau dihina dan dicaci orang sehingga kau hilang dari kehidupan normal" ujarnya.

Ooh, semua orang juga tahu kalau masalah itu, batinku.

"Namun berkat perlindungan doa dan cinta ibu dan ayahmu juga orang-orang yang mendoakanmu maka kau bisa bangkit kembali" ujarnya.

"Ooh begitu" ujar Zhehan.

"Kali ini lambat laun kau akan lumpuh dan mati" jawab orang itu

"Jadi apa maksud orang itu membuatku celaka?" Tanya Zhehan penasaran karena dia merasa tidak memiliki musuh.

"Tapi untuk apa dia melakukan itu padaku" tanya Zhehan akhirnya karena penasaran

"Dia menginginkan hal penting dalam hidupmu" jawabnya.



Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang