Dear Diary
Hari ini dia datang ke rumah, dia ingin memasak makanan untukku. Karena dia tahu akhir-akhir ini aku tak berselera makan.
Entah bagaimana yuyu yang biasanya menjadi cermin bagiku selalu ada dimanapun aku berada pergi kemana. Bahkan mama dan bibi juga tidak ada. Jadi hari ini kami benar-benar hanya ada kami berdua.
Hari ini Junjun hendak memamerkan keahliannya memasak padaku, aku tidak diijinkan masuk ke dapur saat dirinya memasak. Aku juga tidak ingin tau.
Memasak bagiku itu sangat merepotkan karena tidak ada yang menghabiskan masakannku setiap aku memasak padahal khan enak lho.
Kau tau diary hari ini bahkan aku tak diijinkan mengangkat sendok saat makan. Junjun memaksaku duduk di pangkuannya sambil menyuapiku.
Jujur, dulu aku selalu mengkhayalkan bahwa bila aku memiliki isteri nanti dia harus pandai memasak untukku. Saat makan bersama aku akan menyuapi isteriku.
Namun mengapa kini aku yang disuapi Junjun apakah Junjun sedang menganggapku sebagai isterinya?
Aku tak perduli. Yang aku tahu aku sangat bahagia hari ini.
Untuk setiap suapan yang aku makan maka aku akan memperoleh kecupan darinya. Jadi dapat kau bayangkan bagaimana basahnya wajah dan leherku saat itu.
Saat itu baru aku menyadari alasan Junjun memangkuku, karena mulai melancarkan godaan fisik padaku. Juniornya terasa mengganjal di bokongku.
Juniorku sendiri entah sejak kapan mulai merasa gelisah di antara kedua pahaku itu.
Tanpa aku sadari bahwa posisiku kini berhadapan dengannya di atas pangkuannya. Bokongkupun secara otomatis menggiling pahanya.
Junjun mendekap tubuhku dengan erat mata kami saling memandang seolah minta persetujuan.
Lidah Junjun yang besar itu menelusuri bibir bawah dan atasku seolah membuat lingkaran.
Jemarinya yang ramping panjang itu menangkup kedua pipiku dan tiba-tiba dia menghisap kuat bibirku. Aakh sensasi ini sangat mengejutkan diriku.
Tanganku melingkar pinggang dan lehernya. Sehingga pelukan kami terasa semakin erat.
Dear Diary
Tepat 511 hari kami putus tiba-tiba Burung onta bodoh itu kini mulai mendekati lagi. Dia bahkan berani mendatangi rumahku dan menemui mamaku.
Ha..ha..ha.. Rasakan kau di ceramahi mamahku. Walau aku sering menerima omelan mamahku namun bagaimanapun juga aku adalah seorang pangeran di mata mamahku. Saat seseorang menorehkan luka padaku sama artinya menghunus pedang padanya. Tau. Ha..ha..ha... Aku sangat senang hari ini
Ingin mendapatkan diriku kembali? Tak semudah itu. Kau harus merasakan dulu tiap tetes air mata penderitaanku karena kau abaikan aku dahulu.
Kau tahu diary, bila dahulu aku selalu mencari perhatiannya kini terbalik dia selalu mencari cara untuk menemui dan memperoleh cara untuk mendapatkan pengakuanku lagi.
Huh, kau pikir siapa diriku. Namun bagaimana bila tiba-tiba dia akhirnya merasa lelah dan menyerah untuk mengejarku. Bukankah artinya aku jadi benar-benar tak ada kata kembali.
Aku bingung.
Dear Diary
Hari ini aku mendapat kabar bahwa kami akan mengadakan serangkaian acara untuk promosi drama kami.
Kau tahu diary, artinya kami akan selalu bersama lagi baik dalam pekerjaan maupun di rumah.
Bukankah artinya nanti akan selalu bertemu di setiap kesempatan, Bukankah... Aaah aku tak tahu aku tak mau banyak berharap.
Dear Diary
Hari ini dia datang ke rumah, dia ingin memasak makanan untukku. Karena dia tahu akhir-akhir ini aku selera makan.
Entah bagaimana yuyu yang biasanya menjadi cermin bagiku selalu ada dimanapun aku berada pergi kemana. Bahkan mama dan bibi juga tidak ada. Jadi hari ini kami benar-benar hanya ada kami berdua.
Hari ini Junjun hendak memamerkan keahliannya memasak padaku, aku tidak diijinkan masuk ke dapur saat dirinya memasak. Aku juga tidak ingin tau.
Memasak bagiku itu sangat merepotkan karena tidak ada yang menghabiskan masakannku setiap aku memasak padahal khan enak lho.
Kau tau diary hari ini bahkan aku tak diijinkan mengangkat sendok saat makan. Junjun memaksaku duduk di pangkuannya sambil menyuapiku.
Jujur, dulu aku selalu mengkhayalkan bahwa bila aku memiliki isteri nanti dia harus pandai memasak untukku. Saat makan bersama aku akan menyuapi isteriku.
Namun mengapa kini aku yang disuapi Junjun apakah Junjun sedang menganggapku sebagai isterinya?
Aku tak perduli. Yang aku tahu aku sangat bahagia hari ini.
Untuk setiap suapan yang aku makan maka aku akan memperoleh kecupan darinya. Jadi dapat kau bayangkan bagaimana basahnya wajah dan leherku saat itu.
Saat itu baru aku menyadari alasan Junjun memangkuku, karena mulai melancarkan godaan fisik padaku. Juniornya terasa mengganjal di bokongku.
Juniorku sendiri entah sejak kapan mulai merasa gelisah di antara kedua pahaku itu.
Tanpa aku sadari bahwa posisiku kini berhadapan dengannya di atas pangkuannya. Bokongkupun secara otomatis menggiling pahanya.
Junjun mendekap tubuhku dengan erat mata kami saling memandang seolah minta persetujuan.
Lidah Junjun yang besar itu menelusuri bibir bawah dan atasku seolah membuat lingkaran.
Jemarinya yang ramping panjang itu menangkup kedua pipiku dan tiba-tiba dia menghisap kuat bibirku. Aakh sensasi ini sangat mengejutkan diriku.
Tanganku melingkar di pinggang dan lehernya. Sehingga kini pelukan kami terasa semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
FanfictionZhehan menuliskan segala kenangannya bersama Junjun. Pada saat dia marah atau senang ditumpahkan dalam buku diarynya. Hingga pada saat ada keinginanan untuk berpisah karena pertengkaran dia dapat membaca kenangan manis saat bersama Junjun. Apa sih...