Selamat membaca!~
~°•°•°•°•°•°~
Seminggu telah berlalu, dan kini Ale sudah ada diruangan Dokter Juan. Ia datang disore hari selepas dari rumah, untung saja kedua orangtuanya sedang pergi ke Swiss untuk melakukan pekerjaan.
"Ini hasilnya," Dokter Juan memberikan amplop yang masih tersegel kepada Ale dan langsung terima oleh Ale.
"Saya harap kamu menyiapkan mental dan hati kamu saat mengetahui hasilnya." Ale hanya tersenyum menatap Dokter Juan dan mulai membuka amplop itu
Surat Pernyataan Kesehatan
Nama : Aeleasha Greesa
Umur : 18 Tahun
Keterangan : Tumor Otak Stadium 3
Bagaikan disambar petir hati Ale seketika hancur mengetahui kenyataan pahit ini. Air matanya seketika meluruh tanpa izin, ia menangis lebih tepatnya menangisi nasibnya dan takdirnya.
"Saya tau ini berat untuk kamu, saya juga sudah tau kalau kamu adalah anak dari keluarga Nasotion Siregar." Ale menatap Dokter Juan sekejap.
"Tumor yang bersarang dikepala kamu sudah parah Aeleasha, dan sudah seharusnya mendapatkan penanganan khusus. Apalah kamu mau melakukan kemoterapi?" Ale menggeleng kuat.
"Enggak Dok! Saya gak mau kemoterapi! Jangan beritahu masalah ini kepada orang tua saya." Ale menatap memohon kepada Dokter Juan.
"Tapi kenapa? Tumor itu setiap saat bisa berkembang, jika kamu tidak mau melakukan kemoterapi tumor itu akan merengkut nyawa kamu. Dan untuk orang tua kamu kenapa? Kenapa kamu mau menyembunyikan tentang ini kepada mereka?" Ucap Dokter Juan tak habis pikir.
"Kemoterapi hanya memperpanjang kematian saya! Saya harus merasakan sakit karena efek kemoterapi namun jika ujungnya tetap mati apa gunanya? Saya tidak ingin orang tua saya khawatir! Larangan saya mutlak jika Dokter memberi tahu ini kepada orang tua saya, saya jamin keesokan harinya keluarga anda akan hancur. Saya permisi."
Ale segera bergegas keluar tak lupa memasukan surat keterangan itu kedalam tas nya, dan berjalan pergi meninggalakan Dokter Juan yang terus memanggil namanya.
Mengendarai mobilnya tanpa tujuan Ale hanya bisa menangis. Kenapa? Kenapa harus dirinya? Ale sangat frustasi memutuskan untuk pulang kerumah. Dirinya tidak akan pergi kemana-mana untuk saat ini. Ia hanya ingin sendiri.
Mobil yang dikendarai oleh Ale berhenti dipekarangan rumahnya, untung saja ia membawa kacamata hitam tadi. Dengan langkah tergesa-gesa Ale memasuki rumah dan berjalan menaiki anak tangga.
Segera ia menutup dan mengunci pintu kamarnya. Ale berjalan tanpa semangat dengan air mata yang turun semakin deras.
"Kenapa?" Lirih Ale ia menjatuhkan dirinya disamping tempat tidur.
"Kenapa Tuhan?" Ale hanya mampu menangis dan menangis, ia tak peduli juga dikatakan cengeng atau apa.
Ale memukul dadanya dengan sekuat tenaga kala merasakan sesak yang luar biasa. Ia sampai terbatuk kesakitan dan segera mencari keberadaan obatnya.
Kepalanya pusing seakan-akan ingin pecah, dadanya yang sesak seakan ditimpah beton dan perutnya yang kembali mual.
Hari ini tidak ada Ale yang selalu ceria dengan tingkah randomnya, yang ada saat ini adalah Ale yang kondisinya jauh dari kata baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Girl's | ✔️
Teen Fiction[Completed] Menceritakan kisah ketujuh gadis remaja yang menikmati masa-masa SMA ditambah bumbu-bumbu kisah cinta sebagai pelengkap. Dan dengan sikap yang tidak mencerminkan seorang manusia. "HELLO FUTURE!! ASEK MARI DIGOYANG SAUDARA-SAUDARA!" Teria...